15 December 2010

Pernah punya Jamsostek, mungkin perlu baca ini,..

Iman D. Nugroho

Ada yang menarik dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) PT. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dengan Komisi IX DPR, Rabu (15/12) ini. Ternyata, Jamsostek masih menyimpan harta karun sebesar Rp.44 triliun uang pensiun milik nasabah Jamsostek, yang sampai saat ini belum diambil pemiliknya. Anda salah satunya?


Bisa jadi. Karena uang sebesar itu adalah milik nasabah Jamsostek yang tidak lagi diketahui keberadaannya. Jamsostek, hanya memiliki nama, tanpa tahu identitas lengkapnya. Jadinya, dibarkan ngendon di Jamsostek, dan dijadikan investasi Jamsostek, yang salah satunya untuk membeli saham PT. Krakatau Steel (KS).

Dari mana uang itu? Nah, ceritanya, ketika nasabah terdaftar ke Jamsostek melalui perusahaan, maka secara otomatis, nasabah yang bersangkutan akan mendapatkan hak uang pensiun. Uang ini bisa diambil bila nasabah (yang juga pekerja/buruh) sudah memasuki usia di atas 50 tahun.

Sialnya, seorang pekerja tidak selalu bekerja hingga umur 50 tahunkan. Bisa juga "meloncat" ke pekerjaan baru, dipecat atau bahkan, mati sebelum umur 50 tahun. Nah, meski demikian, hak untuk mendapatkan dana pensiun itu tidak otomatis hilang. Melainkan, tetap bisa diambil, ketika pekerja yang bersangkutan berumur 50 tahun.

Sayangnya, aturan main ini tidak banyak dimengerti. Sehingga, tidak banyak pekerja yang mengambil hak ini. Hingga dana yang menunggu diambil itu mencapai Rp. 44 triliun. Jadi, silahkan diingat-ingat lagi, apakah anda pernah tercatat sebagai nasabah Jamsostek? Bila memang iya, tunggu saja sampai usia 50 tahun, dan ambilah hak anda.

Atau anda memilih untuk menghibahkan uang itu ke direksi Jamsostek?

14 December 2010

Mengapa tetap tidak mendukung PSSI?

Iman D. Nugroho

Ingin rasanya ikut berteriak: In-do-ne-sia! di Gelora Bung Karno. Tapi, bayangan sosok Nurdin Halid, sepertinya tidak bisa hilang. Dan ketika pilihan itu hadir, lebih baik tidak mendukung Indonesia, dari pada melegalisasi "cengkraman" Nurdin Halid di PSSI. Blah!


"Itu tidak fair,.." kata seorang kawan. Lho, apakah yang dilakukan Nurdin Halid dan back up kekuasaan selama ini memangnya fair? Coba baca sosok Nurdin Halid di link ini, akan tampak betapa si Nurdin ini sudah membuat pelanggaran di banyak hal.

Selain menjadi koruptor, mantan anggota DPR dari Golkar ini juga menguasai PSSI dan tidak pernah sedikit pun mau dengan fair melepaskan organisasi sepakbola Indonesia itu. Bahkan, ketika di penjara atas kasus beras impor, Nurdin tetap saja men-drive PSSI dari balik penjara.

"Hebat"-nya, tidak ada satu pun orang yang merasa hal itu sebuah kesalahan. Semua diam. Entah setuju, entah takut atau tidak peduli. Bahkan Menteri Olah Raga sekali pun bergeming. Jadi, jangan pernah omong fairness dalam kasus PSSI dan Nurdin Halid.

Seorang kawan menceritakan, Arifin Panigoro sempat akan melawan. Dari sisi keuangan dan backing politik, Arifin dianggap cukup mampu untuk menggeser Nurdin. Tapi, semua hanya pepesan kosong. Arifin pun melempem. Orang yang dulu pernah dekat dengan Megawati Soekarnoputri dan para jenderal nasionalis itu pun tiba-tiba entah kemana.

Nurdin tetap berjaya! Jadi, masihkan ingin teriak In-do-ne-sia! dan melanggengkan kekuasaan Nurdin? NO!

foto: http://hilmyinfo.wordpress.com dan info suporter

13 December 2010

Terus menggeliatlah Yogya, memang sudah waktunya,..

Iman D. Nugroho


Polemik akibat ucapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal monarki di Yogyakarta, bukan hanya soal mempertahankan Sultan HB X sebagai Gubernur Yogyakarta. Melainkan sebagai bukti, pemerintah Jakarta tidak memahami rakyatnya.


Karena itulah, rakyat Yogyakarta berhak marah dan kecewa. Sama halnya ketika rakyat Papua dilecehkan upacara kesukuannya, atau rakyat Minang akan dihapus kekuasaan para nagari-nya dan rakyat Dayak yang diremehkan adatnya. Sultan bagi rakyat Yogya adalah pemimpin. Bukan cuma kesultanan, tapi juga pemerintahan.

Hal lain yang lebih menyakitkan adalah, polemik komentar Presiden SBY itu terjadi setelah rakyat Yogya diterpa bencana alam meletusnya Gunung Merapi. Belum kering air mata ratusan warta Yogya yang meninggal dunia karena wedhus gembel, belum hilang bau ternak yang mati terpanggang, eh,.. sudah diusik dengan persoalan kemonarkian.

Bisa dipahami, mengapa rakyat Yogya sangat marah. Dan mereka memang harus marah. Bukan karena ingin mempertahankan Sultan HB X sebagai Gubernur semata, melainkan sebagai luapan kekecewaan kepada negara yang tidak memahami rakyat-nya. Rakyat yang secara sejarah sangat berjasa.

Karena itu, terus menggeliatlah Yogya!

foto: Sultan HB IX bersama masyarakat Dayak.

12 December 2010

No more Mr. Nice Guy dalam kasus Lapindo

Iman D. Nugroho

Dirilisnya hasil penelitian soal lumpur Lapindo oleh Indoleaks.org, mengingatkan lagi posisi hukum kasus semburan lumpur di Sidoarjo itu. Siap-siaplah sakit hati, karena meski lumpur masih menyembur, tapi Lapindo Inc sebagai pihak yang bertanggungjawab telah "bebas" dari hukum Indonesia.


Seorang kawan mengingatkan keputusan Mahkamah Agung (MA) di tahun 2009. "Menjawab" tuntutan LSM lingkungan atas kasus lumpur di bawah Bakrie Groups itu, MA justru memenangkan Lapindo. Keputusan itu searah dengan langkah Polda Jawa Timur untuk menghentikan kasus lumpur Lapindo, karena tidak ada bukti.

Rakyat berhak marah dengan keputusan MA dan polisi. Karena jelas, rasa keadilan masyarakat tercabik-cabik habis karena putusan hukum itu. Dan yang paling buruk, keputusan MA itu menjadi yurisprodensi bagi tuntutan hukum lainnya atas kasus Lapindo. Advokasi hukum pada kasus ini untuk jelas porak poranda. Janc*k!

Lalu apa yang bisa dilakukan? Perlawanan politik mungkin menjadi salah satu solusi. Kalau lumpur Lapindo sudah bisa mengusir belasan ribu penduduk Porong, mengapa masyarakat tidak bisa mengusir kepentingan politik Bakrie Group sebagai perusahaan induk Lapindo, dan kepentingan politik seluruh rezim Presiden SBY. Pembangkangan sipil, efektif dilakukan.

Say no! untuk semua yang berhubungan dengan kepentingan politik Bakrie Group. Produknya di semua lini. Ekonomi, komunikasi, sosial dll. Bahkan, juga kepentingan politik Partai Golkar. Aburizal Bakrie, pemilik Bakrie Group kan juga Pimpinan Umum Partai Golkar. Soal rezim SBY, mudah saja. Say no! untuk semua tawaran dan program pemerintah.

Apa ujung dari gerakan ini? Sampai kasus lumpur Lapindo benar-benar diselesaikan secara adil dan menjawab rasa keadilan masyarakat.

Lihat video lumpur Lapindo, klik di sini.


10 December 2010

Keterbukaan informasi malu-malu Indoleaks.org

Iman D. Nugroho

Twitt Ketua AJI Indonesia Nezar Patria menarik untuk dicermati: #WikiLeaks,.. mengguncang, tapi tak akan menghancurkan. Dengan logika yang sama, hal itu bisa diterapkan untuk memandang Indoleaks, WikiLeaks-nya Indonesia. Sayang, ada dugaan Indoleaks.org sempat diblokir. Lucunya, di pihak lain, Indoleaks masih malu-malu membuka diri.


Dugaan tentang diblokirnya Indoleaks mulai ramai ketika situs yang dilaunch pada Hari HAM se-Dunia pada 10 Desember ini tidak bisa lagi diakses. Tuduhan pun mengarah pada Kemenkominfo di bawah Tiffatul Sembiring. Beralasan, karena Kemenkominfolah yang sempat berkoar tentang pemblokiran situs yang dipandang porno. Tidak ada jawaban resmi mengenai hal ini. Menkominfo tidak bereaksi melalui account twitternya.

Hiruk pikuk pemblokiran Indoleaks mereda, saat website yang didominasi background warna gelap itu kembali muncul di dunia maya. Warna komentar pun menjadi berwarna. Ada yang memuji, ada juga yang nyinyir dengan Indoleaks. Penulis Catatan Pinggir Majalah Tempo adalah salah satu yang nyinyir dalam Twitt-nya. Dengan mengenalkan tag #latahleaks, Goenawan yang memakai nama @gm_gm itu berkomentar pedas.

Simak saja twitt-nya: @gm_gm: Dlm era #Latahleaks, mungkin sekali apa yg bukan rahasia dikemas seakan-akan rahasia - agar kelihatan sbg "bocoran" ("leak"). Well, GM lupa, penting dan tidak penting informasi itu, tergantung sudut pandangnya. Penting untuk seseorang, tidak berarti penting untuk yang lain. Begitu juga sebaliknya.

Tapi sudahlah, apapun kata GM, Indoleaks tetap berhak eksis dengan caranya. Termasuk, cara situs itu menggunakan tagline: Sebab informasi adalah hak asasi. Nah, untuk yang satu ini, Indoleaks tidak konsisten. Seharusnya, Indoleaks juga mengungkapkan hal paling dasar dari dibangunnya website itu. Yakni, menjelaskan dengan terbuka, siapa-siapa orang yang berdiri di belakang Indoleaks.

Karena siapa yang berbicara, itu tidak kalah penting dengan apa yang dibicarakan. Apakah sumbernya terpercaya? Juga termasuk hal pertangungjawaban. Siapa yang bertanggungjawab dengan semua data yang dirilis Indoleaks? Informasi di Indoleaks jelas tidak datang dari langit. Meski adalah hak sumber untuk menyembunyikan identitasnya. Tapi untuk Indoleaks, membuka diri adalah keharusan. Sebab informasi adalah hak asasi.

09 December 2010

Isu suap laptop untuk wartawan

Iman D. Nugroho

Kamis (9/11) ini, kabar tidak mengenakkan terhembus dari Surabaya. "Seorang mafia peradilan mengaku menyogok laptop untuk 30 wartawan di Surabaya," kata seorang kawan. Benarkah?

Kasus ini disebut-sebut terjadi pada pertengahan tahun ini, ketika ada kasus perjudian dan korupsi yang sedang ditangani di PN. Surabaya. Entah bagaimana ceritanya, sang mafia mendapatkan job untuk mendekati wartawan.

Singkat kata, sang mafia berstrategi dengan pendekatan suap (baca: laptop). "Saya sudah membaginya pada 30 wartawan," katanya tanpa menjelaskan secara pasti identitas wartawan yang disogok itu.

Bila kasus ini benar, jelas hal itu merupakan pelanggaran kode etik. Lebih buruk dari kasus pembelian saham IPO Krakatau Steel (KS) oleh wartawan yang baru-baru ini ditangani oleh Dewan Pers. Dalam kasus KS, Dewan Pers menyatakan, tindakan itu melanggar kode etik.

Isu suap pada jurnalis di Surabaya juga berhembus ketika pelaksanaan pemilihan kepala daerah di Surabaya, belum lama ini. Isu yang berputar-putar di atas kandidat yang didukung partai besar itu mengatakan, wartawan disogok Blackberry. Kasus itu tdak berlanjut.

08 December 2010

Kematian Lennon 30 tahun lalu itu,..

Iman D. Nugroho

Jadi, 30 tahun lalu, 1980, musisi John Lennon ditembak mati di apartemennya di New York oleh Mark David Chapman, orang yang mengaku penggemarnya. Peristiwa itu tidak penting, kecuali sebuah bukti: Seruan John Lennon atas perdamaian masih berlaku hingga kini.


Dalam sebuah perjalanan ke New York (NY) pada 2008, penulis sempat sejenak mampir ke Strawberry Field. Sebuah sudut di Central Park kota NY yang dibuat khusus untuk mengenang kematian John Lennon.

Itu sebuah ketidaksengajaan kecil yang menyenangkan. Karena "lapangan Strawberry" yang dibuat berdasarkan lagu Lennon berjudul Strawberry Fields Forever itu, ibarat pintu waktu menuju masa lalu dan masa depan. Sejarah, sekaligus harapan.

Sejarah atas sebuah kematian, namun harapan untuk terus menjaga perdamaian. Seperti seruan John dalam lagu Imagine yang ditulis di atas Strawberry Fields. "Di apartemen itulah, John ditembak mati," kata seorang penggemar John Lennon yang saat itu ada di sana.

Seruan John atas perdamaian itu diamini oleh seluruh negara di dunia. Dalam sebuah prasasti batu yang terletak di area Strawberry Field, tertulis nama-nama negara yang mendukung seruan damai John Lennon. Indonesia ada dalam jajaran negara itu.

"Imagine there's no countries. It isn't hard to do. Nothing to kill or die for. And no religion too. Imagine all the people. Living life in peace," tulis John dalam lagu berjudul Imagine.

"John mencintai dan berdoa untuk kemanusiaan, tolong berdoalah dengan semangat yang sama untuk dirinya," kata Yoko Ono, istrinya, sehari setelah kematiannya, 30 tahun lalu.

06 December 2010

"Bertemu" Muhammad di awal 1432 Hijriah

Iman D. Nugroho

"Mas, kau percayakah bahwa Nabi Muhammad meninggal dunia diracun?" tanya seorang kawan, Senin (6/12) sore. Pertanyaan itu benar-benar menyentak, karena aku sama sekali tidak pernah berpikir soal itu. Apalagi, aku memang tidak tahu. Duh, Rasulullah, maafkan aku,..


Memang, sebagai orang yang mengaku Islam, aku tidak pernah tahu secara pasti bagaimana proses kematian Nabi Muhammad SAW. Pastinya ini murni kesalahanku. Apalagi, sejauh yang aku pelajari, nabi umat Islam itu lebih asyik dikenal semasa hidulnya, ketimbang detik-detik kematiannya. "Mungkin karena aku menganggapnya tidak pernah mati," kataku. Kawan yang kebetulan beragama Nasrani itu tersenyum. "Please deh mas," katanya.

Sejauh yang aku tahu, Muhammad meninggal dunia karena sakit. Katanya, diracun oleh seorang perempuan yang menyajikan makanan daging. Perempuan ini ingin membalas kematian suaminya yang dibunuh di jaman itu, karena menyembunyikan harta (baca:korupsi). Apakah semua orang muslim mengetahui hal ini? Bisa jadi. Hanya aku yang tidak tahu, sepertinya,..

Bagaimana pun cara sang nabi meninggal dunia, hal itu pastinya tidak menghapus ajaran yang sudah ditorehnya. Kata seorang kawan, Muhammad sebagai manusia, jelas memiliki kesalahan (meski sudah otomatis dihapuskan). Namun, sebagai Nabi Allah, Muhammad sama sekali bersih dari kesalahan. Hebat banget! Memang hebat. Nabi memang harus hebat.

Tidak hanya Muhammad, rasul dan nabi lain pun semua hebat. Mulai Adam AS hingga Muhammad. Termasuk Ibrahim, Musa, Daud dan Isa. Atau bahkan, nabi lain di setiap umat, baik yang kita ketahui, atau tidak. "Untung kau tidak jadi nabi, Man! Kau sama-sekali tidak hebat," seloroh seorang kawan yang lain.

Begitulah, "pertemuan" dengan Muhammad di awal 1432 Hijriah memang menyentak. Semoga hal itu menjadi perbaikan di awal tahun ini, dengan kegembiraan di pertengahannya, dan kesuksesan di kehidupan saat ini dan yang akan datang. Selamat datang Hijriah 1432!

01 December 2010

Mengapa WikiLeaks Diburu?

Iman D. Nugroho


Bayangkan bila ada sebuah lembaga yang "sakti". Memiliki akses untuk menembus rahasia lembaga lain, dan kemudian ngember ke mana-mana. Nah, lembaga yang merasa keberatan dengan aksi si sakti bernama WikiLeaks itu berusaha mati-matian untuk membungkamnya. Menurutku, bukan cuma itu sebabnya.


Tulisan ini jelas tidak akan mengulas kembali tentang apa itu Wikileaks, karena semua bisa anda baca di Wikileaks.org. Namun, lebih ingin melihat mengapa situs yang suka ember dengan membocorkan rahasia-rahasia negara yang mencederai kemanusiaan itu harus "diserang" dengan berbagai tuduhan. Khususnya, tuduhan kasus perkosaan yang diarahkan pada Julian Assange, pendiri Wikileaks.

Jelas, negara-negara yang merasa rahasianya diudal-udal (baca: dibongkar) oleh WikiLeaks merasa sangat berkepentingan untuk membungkam situs ini. Terutama pemerintah AS, yang paling banyak diungkap keburukannya. Karena AS terkoneksi dengan negara-negara sekutunya, maka, negara lain yang tersentil dengan WikiLeaks pun setuju dengan itu.

Dan menjadi global enemy, jelas tidak mudah. Tapi tidak harus membuat WikiLeaks tidak eksis. Lihat saja, saat Julian sedang sibuk menyembunyikan diri dari polisi internasional Interpol, justru organisasi yang didirikannya siap-siap merilis telegram Pemerintah AS pada Kedutaan Besar negara itu di seluruh dunia.

Di sinilah kerumitan itu terjadi. Karena, telegram yang kemungkinan akan disebar itu berisi permintaan, dukungan, seruan dan semacamnya, pada Kedutaan Besar AS. Mungkin, diteruskan ke pemerintah negara setempat. Di negara Arab misalnya, bukan tidak mungkin, telegram itu berhubungan dengan permintaan dukungan AS pada invansi AS ke beberapa negara Arab. Sebut saja Iraq dan Afghanistan.

Di Asia pun tidak kalah seru. Negara-negara yang sangat dekat dengan AS seperti Filipina dan Korea Selatan pasti akan tersentil. Bagaimana dengan Indonesia? Nah, jelaslah. Mungkin juga, bocoran itu akan menyentil peristiwa kerusuhan Mei, turunnya Gus Dur, Aceh, Papua, hingga persoalan SBY. Wah-wah,..

Lalu, apa keuntungan WikiLeks (selain menjadi populer, tentunya)? Presiden Iran Ahmadinejad punya analisa menarik. Menurutnya, data-data milik AS itu tidak bocor, melainkan dibocorkan. Tujuannya, ingin membuat dunia tercarut marut karenanya. Di Arab sendiri, kata Ahmadinajad, bocornya telegram AS itu akan memunculkan kebencian di antara Arab (dan penduduk Arab). Dengan logika ini, Asia pun bisa jadi akan mereaksi sama.

Bayangkan bila tiba-tiba ada telegram yang mengatakan: "Hendaknya, permusuhan antara Malaysia dan Indonesia terus dijaga. Dan dukung terus Malaysia untuk berkomentar keras soal Indonesia." Nah, bukan tidak mungkin, masyarakat Indonesia akan terbakar karenanya!

Selalu ada "harga" yang harus dibayar. Termasuk "harga" atas kebebasan informasi.

22 November 2010

Isu rekaman pembicaraan Gayus-Aburizal

Iman D. Nugroho

Apakah terdakwa kasus mafia pajak Gayus Tambunan bertemu dengan Ketua Partai Golkar Aburizal Bakrie di Bali? Hanya mereka berdua (dan mungkin orang kepercayaannya) yang mengetahui. Namun, sebuah isu santer rekaman pembicaraan antara keduanya berhembus. Waduh!


Isu itu membisikkan, pembicaraan itu direkam diam-diam oleh seseorang yang hadir juga dalam pertemuan itu. Tidak jelas siapa, namun isunya, rekaman itu sudah beredar di kalangan aktivis. Apa isinya? Poinnya tentang permintaan Aburizal Bakrie kepada Gayus Tambunan untuk mengamankan uang Rp.1,6 triliun.

Pertemuan itu berlangsung sekitar 5-10 menit di sebuah restoran atau lobby hotel di Nusa Dua Bali. Dalam pertemuan yang diisukan didahului dengan janjian antara keduanya itu di dahului dengan kedatangan Gayus Tambunan, istri dan salah seorang rekan Gayus, dan disusul dengan rombongan Aburizal. Karena Gayus datang terlebih dulu itulah, kemungkinan rekaman itu sudah ada, sebelum Aburizal Bakrie datang.

Di mana rekaman asli itu kini? Entahlah. Yang pasti, bisa "waktunya tiba", maka rekaman itu akan keluar, seperti kasus rekaman video heboh yang sempat mengguncang negeri ini. Isunya, Aburizal Bakrie tidak percaya dengan adanya rekaman ini, karena pertemuan itu memang tidak ada. Dia "menantang" siapa saja yang punya rekaman ini untuk memutarnya di depan publik.

Ayo, siapa yang punya?

.: Pikiran lain dalam kasus Gayus nonton tenis

21 November 2010

Sejumlah 180 pasang pengantin miskin menikah massal

Daniel Rorong

Ada banyak cara mengentaskan masyarakat dari kemiskinan. Salah satunya menikah massal.

Pernikahan yang akan dilakukan Senin (22/11) besok itu dilakukan oleh 180 pasang calon pengantin di Gedung Langit, Kenjeran Park, Surabaya. Sebagian besar berasal dari pasangan yang tidak mampu, yang tinggal di Surabaya.

Kegiatan sosial ini sendiri digelar dalam rangkaian peringatan Hari Pahlawan dan menyongsong peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional, sebagai bagian dari gerakan "Surabaya Peduli" ditabuh.

Hana Amalia Vandayani Ananda dari Yayasan Pondok Kasih mengatakan, "Surabaya Peduli" ini muncul karena adanya rasa keprihatinan melihat realita kehidupan di masyarakat, khususnya yang ada di Surabaya.

"Kemiskinan, korupsi, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan praktek aborsi masih kerap dilakukan oleh oknum-oknum yang tak bertanggungjawab," jelas Hana. Dan sebagai dampaknya, lanjut Hana, rakyat kecil-lah yang selalu jadi korban.

"Untuk itu, mulai sekarang, Stop Kemiskinan! Stop Korupsi! Stop KDRT! Stop Suap! Dan Stop Aborsi!" tegas Hana Ananda yang pernah mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial (2004-2005) dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Hana Ananda menambahkan, selain tidak dipungut biaya sepeser pun, pihak panitia akan membantu untuk mengurus surat-suratnya agar pernikahan mereka tercatat resmi oleh negara.

Drs.HA. Sunarto AS, M.EI dari Forum Surabaya Peduli mengungkapkan bahwa pernikahan massal terpadu ini bersifat multikultural dari beberapa macam etnis dan agama.

"Selain bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan menuju semakin kokohnya Bhinneka Tunggal Ika, juga menandakan bahwa warga Surabaya bisa menjadi panutan bagi kota-kota lain," tegas Sunarto. (Idn)
Sent through BlackBerry®

16 November 2010

Daging kurban oke, bukan daging lebih oke

Iman D. Nugroho


"Gimana, jadi berkurban sapi?" tanya seorang kawan melalui pesan pendek. "Jadi, tapi uangku tidak cukup untuk patungan membeli sapi," jawabku. "Tidak apa-apa, asalkan ikhlas," jawabnya. "Apakah berkurban harus selalu dengan daging?"


Bila Idul Adha diartikan dengan semangat untuk saling berbagai antara si kaya dan si miskin, maka harus pula diterjemahkan dengan bentuk saling berbagi itu. Karena, akan sangat disayangkan, bila semangat yang mulia itu justru berakhir dengan kesia-siaan.

Eits,..jangan terburu-buru untuk tidak setuju dengan kata "kesia-siaan". Apalagi membenturkannya dengan proses atau ritual peribadahan. Karena "kesia-siaan" yang dimaksud di sini sama sekali tidak memiliki dimensi vertikal (baca: hubungan mahkluk dengan Tuhannya). Namun, lebih pada hubungan horisontal atau manusia dengan manusia lainnya.

Coba kita evaluasi Idul Adha yang terjadi di lingkungan kita. Saat itu, binatang ternak (kambing, sapi, kuda bahkan onta), disembelih. Dagingnya dibagikan. Orang yang miskin dan sangat membutuhkan, menjadi obyek pembagian daging kurban.

Yang terjadi kemudian, mayoritas orang akan akan daging di hari itu. Untuk pemilik kulkas, dagingnya akan disimpan untuk dimakan beberapa hari kemudian. Lalu apa? Apakah tidak ada mekanisme lain yang membuat kurban bisa lebih berefek jangka panjang?

Contoh sederhananya adalah mengumpulkan uang kurban menjadi modal usaha. Dan kemudian dibagikan kepada orang-orang miskin, atau yang membutuhkan. Agar tetap menjadi "kail", uang (baca: modal) itu setidaknya dirupakan usaha atau fasilitas. Atau, setidaknya membagikan dalam bentuk uang cash.

Adalah menjadi pilihan penerima daging kurban untuk mengolahnya. Bisa untuk membayar sekolah, menabung atau hal lain yang lebih berguna ketimbang daging 2,5 kg. Tertarik? Atau tetap ingin memberi daging pada si miskin?

15 November 2010

Bukan cuma hari ini berbagi dengan si miskin

Iman D. Nugroho

Idul Adha selalu menggugah jiwa. Bukan cuma untuk menjalankan perintah agama, menyembelih kambing, sapi atau unta untuk yang mampu. Melainkan semangat berbagi untuk orang lain. Dan perlu terus diingat, semangat berbagi bukan cuma di hari ini. Tapi hendaknya sudah mengalir di nadi.

Dalam poin "tidak cuma hari ini" itulah, letak kelebihan yang sepertinya perlu terus kita ingat. Semangat Idul Adha, memang sebaiknya tidak hanya berakhir ketika hari raya umat Islam ini berlalu.

Melainkan menjadikannya teladan dan prilaku sehari-hari. Efeknya lintas agama, kelompok. Bahkan untuk orang yang tidak beragama sekali pun. Alangkah indahnya.

Bagaimana bentuknya? Ah, masihkah kita terjebak dengan persoalan teknis. Meng-Idul Adha-kan semua hari tidak berarti memotong kambing setiap hari.

Namun, meneruskan semangat berbagi kepada semua. Memang, tangan di atas lebih mulia ketimbang tangan yang di bawah, namun jauh lebih mulia bila kita jadikan seluruh tangan di "bawah" itu menjadi tangan di atas.

Mari berbagi! Tidak hanya saat Idul Adha, saja,...

17 August 2010

Tidak perlu sok merdeka,..


Iman D. Nugroho

Meski mensyukuri Proklamasi Kemerdekaan RI yang dibacakan Soekarno, dan ditandatangani Soekarno dan M. Hatta pada 17 Agustus 1945 lampau, tapi saya termasuk orang yang memilih untuk menganggap Indonesia belum merdeka. Dan, tidak perlu bagi warga negara Indonesia untuk sok merdeka,..


Kemerdekaan (independence-Ing), bila diartikan kebebasan dari penjajahan secara militer, seperti yang terjadi pada Perang Dunia I dan II, mungkin membuat Indonesia layak disebut "merdeka". Namun, apakah kemerdekaan itu hanya sebatas pada definisi tunggal semacam itu? Normalnya tidak. Karena ada definisi lain, tentang cita-cita kemerdekaan yang seutuhnya, atau berarti pula kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.

Seluruh rakyat. Itu menjadi kata kuncinya. Dari Sabang sampai Merauke. Dari Miagas, sampai Pulau Rote. Semua adalah masyarakat Indonesia yang harus disejahterakan dan diangkat harkat dan derajatnya. Dihormati hak-haknya, dijunjung tinggi keberadaannya sebagai manusia. Nah, dengan ukuran semacam itu, apakah kita (sebagai bangsa) sudah merdeka?

Pergilah ke Nusa Tenggara Timur (NTT). Lihatlah bagaimana masyarakat di sana hidup miskin dalam semua hal. Jauh dari akses kesehatan dan sekolahan. Atau ke Waena, Papua. Dan lihatlah orang-orang yang masih bisa tersenyum meski hanya menikmati sagu. Jangan bicara lagi soal pendidikan dan kesehatan (layak) dengan saudara-saudara kita di "pinggiran" Indonesia itu.

Lalu, di mana merdekanya? Apakah hanya di kota-kota besar seperti di Jakarta? Lebih baik tidak terlalu buru-buru menjawabnya. Karena di Jakarta pun, yang namanya kemerdekaan juga masih bisa diperdebatkan. Di kota dengan penduduk 13 juta lebih ini, 312 ribu orang di dalamnya merupakan penduduk miskin.

Dan di Ibu Kota Indonesia inilah, orang-orang yang merasa dirampas hak-haknya tak letih menuntut keadilan. Ada acara demonstrasi Kamisan, yang dilakukan keluarga orang hilang, termasuk Suciwati, istri almarhum Munir. Belum lagi kasus kasus-kasus kemanusiaan yang belum terungkap, atau sengaja dilupakan. Kasus Kerusuhan Mei misalnya. Bagaimana sisi keadilan dalam kasus itu? Nol besar.

Juga kasus-kasus "kerah putih" yang belakangan semakin banyak mencuat: Korupsi! Jelas, bukan korupsinya yang menjadi tolok ukur, tapi bagaimana pengusutan kasus korupsi yang letoy, lemas! Lihat kasus Bank Century yang merugikan negara dan masyarakat trilyunan rupiah. Rekomendasi Rapat Paripurna DPR kepada pemerintah untuk mengusut kasus itu, tidak berarti apa-apa. Tidak dilaksanakan, dan cenderung diabaikan.

Sayangnya, DPR pun terpatri dengan kepentingannya sendiri. Partai-partai di parlemen yang seharusnya menjadi kelompok penyeimbang secara politik, memilih tunduk dan patuh dengan koalisi yang berorientasi kekuasaan itu. Semua pembicaraan hal sensitif yang bisa "mengancam" pemerintah, "selesai" di luar sidang.

Lalu di mana kemerdekaan itu? Bila kemerdekaan untuk Indonesia secara utuh, negeri ini sama sekali belum merdeka. Dan tentu saja, masyarakat harus didorong untuk tidak berhenti berjuang untuk kemerdekaan yang utuh.

Selama itu belum terwujud, tidak perlu kita sok merdeka!

12 August 2010

Ramadhan dan beban peribadahan

Iman Dwi Nugroho

Tulisan tentang Bulan Ramadhan kali ini sedikit berbeda. Yakni, tentang sebuah beban peribadahan yang dirasakan umat Islam-penulis sebagai contoh- yang tidak seberapa "islam".



"Janji", sebut saja begitu, Allah SWT untuk orang-orang yang senang saat Ramadhan datang, sepertinya menjadi semangat tersendiri bagi umat Islam dalam menyambut datangnya bulan suci ini. "Barang siapa yang dengan senang hati menyambut kehadiran bulan Ramadan, Allah mengharamkan tubuhnya dari jilatan api neraka (man faraha bi dukhul ramadan harrama Allah jasadah ala al-niran)".

Apalagi, Rasulullah Muhammad SAW juga mengatakan, bila umat Muslim mengetahui keunggulan Ramadhan, pastilah mereka akan berharap semua bulan adalah Ramadhan. Cukup sudah, bulan Ramadhan, memang bulan yang istimewa bagi umat Islam.

Kejujuran

Jelas. Tidak akan ada keberanian bagi penulis untuk melawan apa yang sudah dikatakan Muhammad, apalagi Allah SWT. Tidak pernah ada keraguan untuk mengikuti petunjuk keduanya, tentang Ramadhan yang luar biasa. Namun, di sisi lain, juga tidak ada keinginan untuk tidak jujur dalam mengarungi bulan yang di dalamnya terdapat Malam 1000 bulan, atau Lailatul Qadhar ini. Karena tanpa dikatakan pun, Allah SWT akan mengetahui, apa yang terlintas di dalam hari. Termasuk, di hati orang-orang yang tidak seberapa "islam" seperti penulis.

Ramadhan, adalah sebuah beban peribadahan. Terutama dalam soal puasa. Puasa yang berarti tidak makan dan tidak minum di siang hari, sejak Subuh hingga Maghrib tiba, adalah sebuah beban peribadahan. Beban ini, harus dilakukan, karena muslim memang tidak memiliki tawar menawar dalam peribadahan. Take it! Tidak ada keberanian untuk menolak, apalagi menentang. Namun kejujuran, bagaimana pun harus muncul kepermukaan. Jujur ini, adalah upaya membuka diri. Lalu mengakui kelemahan, dan berusaha memenej-nya dengan kecerdasan.

Sederhananya, bila sudah ada kesadaran puasa menjadi beban, maka hendaknya tidak menambahinya dengan beban lain. Misalnya, mengurangi "beban" di siang hari. Bila biasanya bisa dengan gagah berani menantang matahari di terik siang, saat Ramadhan, mending tidur, atau mengatur semua aktivitas di malam hari. (Percaya atau tidak, tulisan ini ditulis jam 02.20 wib, dini hari menunggu sahur).

Dosa

Soal dosa? Entahlah. Apalah arti peribadahan bila dibayangi dengan ketakutan atas dosa. Atau harapan mendapatkan pahala. Bila keikhlasan itu ada, maka ukuran dosa, pahala atau apapun namanya, harus disingkirkan jauh-jauh dalam peribadahan. Atau, malahan dalam seluruh sendi kehidupan. Berganti dengan keikhlasan. Melalui keikhlasan, maka kejujuran akan terbentuk.

Seorang kawan bertanya melalui pesan pendek,"Puasa?" Kujawab,"Yang aku tahu, aku tidak makan tidak minum, itu saja."

grafis oleh radenbeletz.com

08 June 2010

"Menyelidiki" posisi Ariel-Luna-Cut Tari

Iman D. Nugroho

Coba jelaskan, di mana letak kesalahan Ariel "Peterpan", Luna Maya dan Cut Tari, dalam dua video porno yang disebut-sebut dibintangi ketiganya? Kalau memang tidak ada pelanggaran hukum, polisi harusnya mundur dari persoalan ini.



Kenapa mundur? Lihat saja Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri. Di sana jelas tertulis, Polri berperan selaku pemelihara keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibmas), penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat. Nah, mana di antara tiga hal itu yang dilanggar oleh Ariel, Luna atau Cut tari, bila memang mereka benar-benar menjadi orang yang membintangi video porno itu.

Lalu, bagaimana dengan pasal-pasal pornografi yang bisa dikenakan pada video porno itu? Untuk membahas hal ini, sepertinya Unit Judi Susila -yang merupakan bagian dari Reserse dan Kriminal Polri-, bisa menjawabnya. Hanya saja, sejauh regulasi yang ada, tidak ada pasal-pasal yang bisa menjerat ketiga artis itu.

Menyebarluaskan

Sebut saja pasal 281, 282 atau 283 KUHP tentang kejahatan terhadap susila. Tiga pasa itu tidak pas untuk mereka. Pasal ini menjerat pihak-pihak yang menyiarkan. Tertulis seperti ini:

"Barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya sebagai bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima ratus rupiah.

Atau ayat dua yang penggalannya tertulis: ",..membikin, memasukkan ke dalam negeri, meneruskan mengeluarkannya dari negeri, atau memiliki persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuk sebagai bisa diperoleh, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu melanggar kesusilaan, dengan pidana paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Semangat dalam KUHP itu adalah penyiaran dan penyebarluasan. Siapa pun yang ada di dalam video porno, harus dilihat kembali, apakah mereka dengan sengaja akan menyebarluaskan atau tidak?

UU Pornografi

Namun, bisa melompat ke UU Pornografi, celah itu sedikit terbuka. Dalam Pasal 24 polisi diberi akses untuk melakukan penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap produk yang mengandung pornografi. Hanya saja, tetap hal itu tidak bisa melupakan KUHP. Dan, tidak harus Ariel, Luna atau Cut Tari yang diperiksa.

Sebab, Pasal 26 UU yang disahkan tahun 2008 itu, hanya mengatur pemilik data, penyimpan data barang-barang yang dinilai mengandung unsur pornografi. Siapa pun bisa terkena pasal ini. Jadi, silahkan periksa perangkat elektronik Anda. Bila ada file-file yang berbau pornografi, maka Anda harus siap untuk diperiksa polisi.

06 June 2010

Dan Pilkada Surabaya pun kurang gairah,..

Franoto

Perhelatan mencari pemimpin dalam Pilkada Surabaya, usailah sudah. Setelah melalui tahap-tahap yang diselengarakan KPU, masing - masing calon tak ubahnya seperti selebritis di kota sendiri. Gerakan turun langsung menyapa warga, hingga pengumpulan tenaga relawan sebagai mesin politik. Sayang, tetap tidak ada gairah.


Sayap-sayap partai mulai dikembangkan. Dari partai besar hingga ke aliansi dibekukan dalam satu koalisi. Pemetaan konstituen bergerak mendorong siapa memilih siapa. Namun, Pemilihan Kepala Daerah pada 2 Juni 2010 lalu menghasilkan tingginya angka golongan putih (golput). Prosentase Golput hingga mencapai 58,69 % dari 2.144.105 DPT. Artinya, sebagian besar warga Surabaya tidak memilih.

“Animo masyarakat Surabaya terhadap Pilwali sangat memprihatinkan. Rata-rata di kota-kota besar ada pada kisaran 50%-51%. Tapi di Surabaya hampir tembus 60%. Ini rekor golput tertinggi di seluruh Indonesia," kata Direktur Riset LSI, Arman Salam di Hotel JW Marriott, Surabaya, Rabu (2/6) sore.

Sampling random dengan metode acak yang dilaksanakan LSI (lingkaran Survei Indonesia) terhadap 350 Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari 4.898 TPS yang tersedia di Pilwali 2010 menyisihkan jumlah pemilih golput warga Surabaya saat pemungutan suara masih tergolong tinggi.

Senada, pengamat politik Unair, Drs Hariyadi Msi, menyatakan pengamatannya sejak semingggu sebelum pencoblosan. Masyarakat yang sudah tidak percaya dengan pemimpin cukup dominan. Bagi masyarakat, siapa pun pemimpin Kota Pahlawan nasibnya tetap pada kondisi saat ini. "Bagi masyarakat, buat apa memilih kalau tidak bisa mengubah nasib. Masyarakat seperti ini kemudian tidak menggunakan hak pilihnya," ujarnya.

Lapor ke pusat

Fenomena yang terkuak dalam pemilu kepala daerah Surabaya periode 2010-2015 membuat DPRD Kota Surabaya memasukkan rapor merah pemilu Surabaya ke dalam LPJ mereka untuk dipertanggungjawabkan ke Pusat. "DPRD Surabaya akan mencatat hasil suara golput ini untuk dijadikan LPJ kita nantinya," ungkap Wisnu Wardhana selaku Ketua DPRD Surabaya.

Tapi, hasil tetaplah hasil. Dari lima pasangan calon, ada dua diantaranya merupakan calon incumbent, memunculkan beda suara tipis. Perolehan suara dari kedua kubu incumbent membuat suhu politik di Surabaya semakin panas. Aksi saling tuding, dengan dalil pelanggaran pernyataan bersama, gencar dilakukan. Seruan protes dari pihak yang dirugikan atas pelangaran-pelanggaran yang ditemukan semakin menunjukkan bahwa aroma pemilu Surabaya tahun 2010 kian tak sedap.

KPU yang menjadi juri pertandingan seperti acuh tak acuh. beberapa kali temuan pelanggaran yang jelas-jelas melanggar ketentuan KPU Pusat agaknya tak segera digubris. Sehingga banyak element masyarakat yang menganggap kenerja KPU Kota Surabaya lambat. Rupanya, dana Rp 54 miliar yang digelontorkan DPRD Surabaya ke KPUD Surabaya masih menyisakan banyak tanda tanya serta pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Selamat untuk golput yang sudah jadi pemenang!

Lawanlah pelecehan seksual!

Iman D. Nugroho

Kasus pelecehan seksual di bus Trans Jakarta beberapa waktu mengingatkan kembali pentingnya kepedulian pada peristiwa pelecehan seksual. Bagaimana mengatasinya? Beberapa langkah berikut ini mungkin bisa digunakan.



"Aku baru saja dilecehkan, janc*k!" kata seorang perempuan melalui sebuah telepon genggam. Kejadian itu terjadi di sebuah bus antar kota di sebuah kota kecil di Jawa Timur. Dengan cekatan, korban mencaci maki pelaku. Nyali besar itu juga yang menyelamatkan korban dari tindakan pelecehan lebih jauh yang mungkin akan terjadi. Sayang, baik sopir maupun penumpang lain tidak banyak membantu.

Sekedar mengingatkan, pelecehan seksual adalah semua jenis prilaku yang berkonotasi seksual dalam bentuk apapun. Tindakan sepihak ini tidak diharapkan oleh korban. Hasilnya adalah perasaan tidak nyaman pada korban.

Peduli Sekitar

Tidak ada salahnya selalu meningkatkan kepedulian pada lingkungan. Dan selalu bisa membaca, kemungkinan terburuk yang mungkin bisa terjadi. Contoh sederhananya, hindari tempat gelap, sunyi dan jauh dari keramaian. Jangan mudah percaya dengan orang yang tiba-tiba berlaku baik. Sepeti memberi minum, mengajak menginap dan sebagainya.

Dalam hal berpakaian, ada baiknya juga diperhatikan. Memang, pakaian bukan alasan untuk dilecehkan, namun, selalu menggunakan baju yang menutup wilayah-wilayah yang mudah dijangkau pelaku pelecehan, juga penting. Pakaian juga diusahakan mudah digunakan untuk berlari, dan bebas bergerak untuk mengadakan perlawanan pada pelaku.

Bila berada di kendaraan umum, pilihkan posisi yang "aman". Bisa di dekat pintu atau di tempat-tempat yang mudah melakukan pengawasan sekitar. Begitu juga bila di dalam taksi atau angkot, usahakan selalu peduli dengan sekitar.

Apa yang harus dilakukan bila berada dalam situasi dilecehkan? Tegas adalah kata kuncinya. Kalau perlu, buatlah keributan dengan teriak atau mencaci maki. Hal itu bisa menciutkan nyali pelaku. Setelah itu, pindahlah ke tempat lain yang lebih terbuka dan ramai. Secara psikologi, hal itu akan membuat pelaku berpikir ulang untuk melanjutkan aksinya.

Tindaklanjut

Selalu tanamkan pada diri sendiri, anda harus melawan dengan menindaklanjuti perbuatan pelecehan seksual. Buatlah catatan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Ini penting untuk pelaporan pada polisi atau aparat keamanan lain.

Jangan khawatir dengan masalah hukum. Memang polisi kadang tidak selalu bisa merasakan apa yang dirasakan korban atas pelecehan seksual. Tapi, secara hukum korban dilindungi pasal-pasal di KUHP. Yakni pasal pencabulan, pasal penghubung pencabulan, pasal kesopanan dan pasal persetubuhan di bawah umum. Intinya, secara hukum, korban memiliki hak untuk melawan.

Bila sampai menyebabkan perkosaan, jangan hanya diam dan "menyerah". Segera melapor ke polisi dan mintalah di visum. Jangan dulu mandi atau membersihkan diri. Hal itu akan menghilangkan barang bukti. Simpan semua barang-barang yang mungkin bisa menjadi barang bukti.

01 June 2010

Gus Dur, Israel dan Facebook

Iman D. Nugroho

Serbuan Pasukan Israel ke kapal pengangkut bantuan kemanusiaan Mavi Marmara di laut menuju Jalur Gaza, mengingatkan kita perlunya kembali ada kecerdasan untuk menyelesaikan konflik di Jalur Gaza. Kecerdasan yang tentu saja tidak dimulai dengan kebencian, pada kelompok Israel maupun Palestina. Melain melalui kepiawaian bermain politik dunia, dan membawa keadilan untuk semua pihak.



Dalam sebuah diskusi, peneliti CSIS Kusnanto Anggoro mengatakan strategi alm. KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ketika mendekati Israel. Gus Dur memilih strategi mendekat ke Israel dengan mendorong terbukanya hubungan dagang dan diplomatik. "Tujuannya, agar komentar-komentar Indonesia diperhatikan oleh Israel dan sekutunya," kata Kusnanto. Sayangnya, tidak banyak orang yang memahami hal itu, dan memilih untuk mencaci Gus Dur dalam proses ke Israel itu.

Secara sederhana, ketika Gus Dur mendekat ke Israel itu, ibarat sedang berusaha meng-add account Facebook (FB) negara Israel. Sudah bukan asing, ada berbagai hal yang bisa dilakukan bila account FB Indonesia terhubungan dengan Israel. Bayangkan, kedua negara akan sama-sama mengetahui "status" masing-masing.

Bahkan, saling bisa memberikan komentar di status itu. Bukan tidak mungkin, bila suatu saat ketika Israel membuat "kesalahan", Indonesia bisa memberi saran dan masukan melalui wall, inbox atau chat. Nah, dan yang jelas, Israel akan "mendengarkan" semua masukan itu. Bukan tidak mungkin pula akan melakukan nasehat Indonesia itu.

Memang, meski demikian, tidak berarti Indonesia bisa dengan mudah mengubah "tabiat" Israel yang gemar membuka lahan di jalur Gaza. Ini bukan pekerjaan sehari selesai. Perlu waktu dan konsistensi serta pemahaman dari banyak pihak. Tidak hanya "ke luar" tapi juga "ke dalam." Agar tidak ada lagi "caci maki" ada orang-orang, seperti yang dialami Gus Dur saat ingin meng-add Israel di sebagai "teman FB".

Semoga pengganti Gus Dur segera datang,..

Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

28 May 2010

Anugerah dan petaka sepakbola Jawa Timur

Jojo Raharjo (text), youtube (video)

Bahwa Jawa Timur mendominasi sepakbola nasional tentu bukan hal baru lagi. Dalam sejarah 15 musim Liga Indonesia sejak pertama digelar di Indonesia, dua tim asal Jatim dua kali merebut juara (Persebaya Surabaya pada 1997 dan 2004 serta Persik Kediri pada 2003 dan 2006). Rekor dua kali juara ini hanya bisa disamai Persipura Jayapura (2005 dan 2009).

Selain Persebaya dan Persik, dua tim Jatim lain yang sukses mencicipi gelar juara yakni Petromia Putra Gresik 2002 dan Arema Malang pada musim 2009/2010 yang berakhir pada Minggu, 30 Mei ini. Ya, Arema Malang, kini dikenal sebagai Arema Indonesia, adalah fenomena.



Berangkat mengikuti kompetisi musim ini dengan terseok-seok, setelah penyandang utamanya PT Bentoel Investama Tbk. mengurangi subsidi drastis dari Rp 20 miliar menjadi Rp 7,5 miliar, Arema mengakhiri kompetisi dengan mencengangkan. Bentoel, pabrik rokok di Karanglo, Malang itu sebelumnya 6 musim menjadi sponsor utama Arema.

Namun, tahun lalu mereka mengambil keputusan drastis setelah holding Bentoel (Grup Rajawali) menjual sebagian besar kepemilikan sahamnya ke PT British Ardath Tobacco (BAT) yang dalam prinsip internasionalnya tidak memperbolehkan perusahaan itu menyumbang dana ke klub olahraga.

Pindah tangan

Maka, sejak 2009 lalu, kepemilikan Arema berpindah tangan dari Bentoel ke sebuah konsorsium, yang terdiri dari individu pejabat dan pengusaha Malang. Klub yang berdiri 11 Agustus 1987 ini tetap mempertahankan tradisi tidak menerima dana dari APBD. Maka, supporter fanatiknya pun, dikenal dengan nama Aremania, menjadi sangat anti terhadap klub “plat merah” terutama kepada saudara sekotanya, Persema Malang.

Namun, siapa sangka dengan segala keterbatasan itu Arema justru sukses menjadi juara musim ini. Arema memastikan gelar pada Rabu 26 Mei, pada pertandingan ke-33 mereka saat menahan tuan rumah PSPS Pekanbaru 1-1. Dengan nilai 70, nilai Arema tak mungkin terkejar oleh saingan terdekatnya Persipura Jayapura, meski sama-sama menyisakan satu pertandingan.

Partai tersisa Arema melawan Persija Jakarta, Minggu 30 Mei pun menjadi selebrasi ribuan Aremania yang berbondong-bondong datang ke ibukota, bereuforia menjadi klub keempat Jatim sebagai Juara Liga Indonesia.

Sukses lain

Sukses Arema diikuti kabar gembira lain, yakni naik kastanya Persibo Bojonegoro dan Deltras Sidoarjo ke Liga Super, sebagai kasta tertinggi pentas sepakbola Indonesia. Dalam semifinal Divisi Utama di Solo, Kamis (27/5) Persibo menyingkirkan Persiram Raja Ampat 1-0 sementara Deltras mengakhiri mimpi Semen Padang dengan 4-2 lewat drama adu penalti.

Lain Arema, Persibo dan Deltras yang berpesta, lain pula nasib Persebaya dan Persik Kediri. Dua tim ini justru nasibnya memprihatinkan. Persik dipastikan terdegradasi alias turun kasta ke Divisi Satu musim depan. Sementara itu, nasib Persebaya menunggu partai terakhir mereka di kandang Bontang FC (30/5) dan pertandingan tunda melawan Persik Kediri, untuk memastikan apakah tim “Bajul Ijo” bertahan di Liga Super, degradasi ke Divisi Utama.



Unik

Sepakbola Indonesia memang unik. Arema dikabarkan berjaya karena tak lepas dari pengaruh para petinggi PSSI yang “bermain” di dalamnya. Beberapa orang besar PSSI macam Nurdin Halid dan Andi Darussalam dikabarkan bercokol ikut memiliki Arema secara diam-diam. Maka, dengan materi pemain rata-rata, mereka bisa mencetak poin tertinggi.

Tidak hanya itu, Arema mencatat rekor kemenangan tandang terbanyak, 8 kali, di antara 18 tim Liga Super. Asal tahu saja, karena berbagai faktor non teknis, di Indonesia susah sekali sebuah tim menang di kandang lawan.

Untuk memuluskan keinginan Arema menjadi juara ini, saat perhelatan Kongres Sepakbola Nasional dua bulan lalu, dirigen Yuli Sumpil dan puluhan Aremania sampai menyambut kedatangan Nurdin Halid dengan sangat meriah. Padahal, selama ini Arema termasuk barisan supporter kritis terhadap Ketua Umum PSSI yang mantan narapidana itu. Maka, tak sia-sialah “rekonsiliasi” antara Aremania dan PSSI itu.

Faktor-faktor itu membantu kemenangan Arema. Sementara Deltras, sejak lama dirumorkan bakal “ditolong” naik kasta, sebagai kompensasi atas musibah lumpur yang dilakukan perusahaan milik Bakrie. Mudah sekali menebak kaitan, meski sulit membuktikan, bantuan Wakil Ketua Umum PSSI Nirwan Bakrie untuk mengangkat harkat masyarakat Sidoarjo yang sudah 4 tahun ditenggelamkan Lapindo.

Persibo lolos secara menakjubkan, karena konon yang diinginkan PSSI adalah Persiram Raja Ampat Papua. Sementara itu, Persik Kediri turun kasta setelah ditinggal Iwan Budianto, mantan manajer mereka yang juga salah satu eksekutif committee PSSI.

Apes

Bagaimana dengan Persebaya? Apes nian. Ketua Umum sekaligus Manajer Persebaya Saleh Ismail Mukadar, selama ini dikenal sebagai kubu anti Nurdin Halid. Sikapnya yang jelas berseberangan dengan Ketua Pengda PSSI Jatim Haruna Sumitro membuatnya diganjar hukuman 2 tahun dilarang berkecimpung di sepakbola Indonesia terhitung bulan ini. Dalihnya, kepengurusan Saleh Mukadar selaku Ketua Pengcab PSSI Surabaya tidak sah.

Persebaya dirundung duka kalau benar-benar masuk ke kasta yang lebih bawah lagi. Dalam berita di Jawa Pos 28 Mei, sebelum laga menentukan Persebaya melawan Bontang FC, Saleh berujar, “''Musuh kami sesungguhnya bukan Bontang. Tapi, striker yang tidak megang bola dan wing (pemain sayap) yang membawa bendera,'' katanya menyindir wasit dan dua asistennya.

Sebelum lawan Bontang, Persebaya takluk 1-3 oleh Persik Kediri. Akan halnya kekalahan itu, Saleh lagi-lagi menuding dikerjai wasit. Terutama saat momen di mana gelandang Andik Vermansyah membawa bola dari belakang. Nah, ketika hendak melakukan shooting ke gawang lawan, dia dinyatakan offside oleh asisten wasit.

Padahal, saat itu ada seorang pemain Persisam yang berdiri sekitar 7 meter di depan Andik. ''Saya tahu dari orang Persisam, saya nggak mau sebut namanya. Katanya, pertandingan itu sudah dibereskan petinggi PSSI. Mereka melakukan itu untuk ngerjain kami. Kalau seperti ini kan rusak,'' kata Saleh, sebagaimana dikutip Jawa Pos

Sepakbola Indonesia memang selalu aneh bin ajaib. Tapi, atas nama sportivitas, apapun alasannya, kita angkat topi selamat buat Arema, Deltras, dan Persibo. Dan, apapun alasannya juga, buat Persik dan Persebaya kita ucapkan, “Kasihan deh loe…”

*analisa olahraga lain, klik di sini.


Silahkan menulis komentar | republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |