25 January 2010

From South to South Film Festival with Love To The Earth

Iman D. Nugroho

Bumi sudah beranjak tua. Itu sebuah kepastian. Namun, tidak berarti bumi akan segera “mati” karena “penyakit” polusi yang dideritanya. Campur tangan manusia, dengan diawali oleh peningkatan kepedulian, menjadi kunci utama upaya menyelamatkan bumi. Dengan semangat itulah South to South Film Festival 2010 hadir. “Kami secara khusus mengambil tema We Care,” kata Ferdinand Rachim, ketua pelaksana.

Pusat kebudayaan Jeman, Goethehaus dan Pusat Kebudayaan Prancis Jakarta atau CCF sedikit berbeda pada akhir minggu ketiga Januari 2010 ini. Ruangan yang biasanya selalu tenang itu, kali ini riuh dengan suara anak muda dan rancak perkusi. Beberapa kali gong tanda dimulainya sebuah pertunjukan film terdentang beberapa kali di Goethehause. Yup! Saat itulah, tepatnya 22-24 Januari 2010, digelar South to South Film Festival 2010 di Goethehaus dan CCF.

South to South Film Festival atau StoS adalah sebuah event budaya bertemakan lingkungan yang diselenggarakan oleh sembilan organisasi yang fokus dalam isu lingkungan hidup dan sosial. Seperti Jatam, Walhi, Climate Justice, Kiara, Gekko Studio, E, Sawit Watch, Solidaritas Perempuan dan Indonesia Berseru. Melalui event ini, ke Sembilan organisasi ini menyajikan berbagai hal yang terkait dengan persoalan social dan lingkungan hidup. Sementara nama South to South diambil karena event ini memunculkan persoalan-persoalan di negara bagian selatan hingga ke ujung selatan lain.

StoS pertama kali menggebrak Indonesia pada 2006. Dengan tema Di Balik Kemilau Emas, festival film alternative ini menyita perhatian publik. Dua tahun kemudian, pada 2008, kembali digelar StoS kedua dengan tema besar “Vote for Live.” Meski memakai kata film festival, namun StoS sangat berbeda dengan film festival kebanyakan. Ukuran-ukuran dalam sebuah film, sedikit diabaikan dalam festival ini. “Bukan capaian artistiknya, melainkan bagaimana mengemas sebuah isu lingkungan dalam sebuah film,” kata Ferdinand.






23 January 2010

South to South (SToS) Film Festival 2010 Resmi Dibuka

Iman D. Nugroho

South to South (SToS) Film Festival 2010, dibuka Jumat (22/1/2010) malam ini di Goethe Haus, Jakarta. Dalam acara itu diputar film pembuka Anak-Anak Lumpur dan The Age of Stupid. SToS kali ini terkumpul 69 judul film dari berbagai daerah antara lain Jakarta, Yogyakarta, Lombok, Medan, Jawa Tengah, Bali, dan Samarinda. Dari 69 judul film yang masuk kepada panitia, terpilih enam judul film yang memenuhi kriteria.


21 January 2010

Demo Walhi Menolak Sukanto Tanoto

Iman D. Nugroho

Komite Aksi Penghancuran Hutan Indonsia (KAPHI) yang terdiri dari berbagai NGO yang fokus pada penghancuran hutan Indonesia menggelar demonstrasi di depan kantor Departemen Kehutanan RI di Jakarta, Kamis (21/1) ini. Mereka menuntut pemerintah membatalkan kontrak Riau Andalan Pulp and Paper di Riau dan Sumatera Utara yang dimiliki oleh buronan BLBI Sutanto Tanoto.


15 January 2010

Greenpeace: 2010 Tahun “Uji Emisi” Indonesia

Press Release

Menurut Greenpeace, tahun 2010 adalah tahun yang akan menjadi ujian awal bagi pemerintah Indonesia untuk benar-benar muncul dengan usulan kongkrit pengurangan emisi seperti yang dikomitmenkan oleh pemerintah pada pertemuan iklim Copenhagen tahun lalu.

Carut-marut pengelolaan lingkungan menjadi tantangan tersediri bagi pemerintahan SBY. Presiden di forum internasional telah mengumumkan komitmen akan mengurangi emisi gas rumah kaca Indonesia hingga 26% pada 2020, dan akan menjadi 41% jika ada dukungan internasional.

Tetapi hingga saat ini pemerintah belum melakukan langkah maupun rencana kongkrit dalam upaya memenuhi target itu, terutama Kementerian Kehutanan sehubungan dengan deforestasi dan penghancuran lahan gambut yang menyumbang hingga 80 persen dari total emisi Indonesia.

Evaluasi Kinerja 100 Hari Pemerintahan SBY

Tanggal 28 Januari 2010 akan menjadi hari keseratus pemerintahan SBY. Kami berharap semua janji yang dilontarkan SBY bisa dia wujudkan termasuk janji-janji di bidang lingkungan. Paling tidak, pada 100 hari ini kita bisa melihat rencana dan upaya konkrit pemerintah untuk mewujudkan janji-janji itu.

Tetapi hingga saat ini deforestasi dan penghancuran lahan gambut masih saja terjadi, bahkan saat SBY melontarkan janji penurunan emisi Indonesia di Pertemuan Iklim Kopenhagen Desember 2009 lalu. Masyarakat masih menderita akibat deforestasi, dan terus berjuang untuk menghentikan penghancuran hutan yang menjadi tempat hajat hidup mereka.

Hukum dan peraturan pemerintah masih membiarkan para penjahat hutan menghancurkan hutan, termasuk saat para penjahat hutan itu melakukan kegiatan ilegal seperti menghancurkan lahan gambut yang berkedalaman lebih dari tiga meter.


14 January 2010

Catatan Greenpeace atas kehadiran SBY di Copenhagen

Iman D. Nugroho

Organisasi lingkungan Internasional, Greenpeace mencatat beberapa poin penting yang dikatakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam Conferensi Internasional Perubahan Iklim di Copenhagen, Denmark, beberapa waktu lalu. Salah satunya, SBY meyakinkan 110 pemimpin bahwa seluruh negara harus mulai “bergerak” untuk mengubah iklim menjadi lebih baik pada 2010.

Lima poin yang patut digarisbawahi adalah membangun koalisi strategis tanpa kompromi untuk menggolkan perubahan iklim itu. Dengan cara menumbuhkan kepedulian pada negara berkembang, yang selama ini terlalu lambat dalam bergerak untuk bergerak lebih cepat paling tidak dengan target 40 persen lebih cepat. Perbincangan tentang peringanan dan adaptasi akan menjadi sia-sia tanpa ada support secara financial. Dalam hitungan SBY, paling tidak diperlukan USD. 25-35 trilyun pertahun sampai tahun 2012.

Presiden SBY juga mendeklarasikan pengurangan emisi di Indoensia hingga 26-41 persen, sebagai solusi global atas perubahan iklim. Juga focus pada perlunya menjaga hutan di Indonesia agar terus ada sebagai penyeimbang iklim di dunia. Indoensia juga harus menjaga hutan tetap ada dan secara otomatis meningkatkan produksi karbon. Dan pada ujungnya untuk kebutuhan masyarakat juga.

Bisakan SBY merealisasikan apa yang dikatakan?

08 January 2010

Menyelamatkan Surabaya dengan Mangrove

Pranoto

Kampanye penanaman mangrove (bakau) gencar dilakukan Pemkot Surabaya. Antisipasi terhadap pengikisan tanah oleh air laut (abrasi) ini dinilai perlu. Menurut data yang dihimpun Mahasiswa Pecinta Alam UNESA, dari 26 km panjang pantai Surabaya, hanya 10% yang ditumbuhi mangrove, sisanya dibangun pemukiman dan tambak.

Mangrove merupakan tanaman yang mempunyai akar – akar yang kuat dan menonjol, sehingga dapat menahan hantaman air laut. Penanamannya pun juga tergolong mudah. Hanya perlu dijaga dan dibersihkan dari sampah.

Kampanye penanaman mangrove dimulai dari kawasan Pantai Timur Surabaya, Wali Kota Bambang D.H. bersama sejumlah pejabat dan tokoh publik mengajak serta warga untuk menanam 1000 benih mangrove di hutan konservasi Wonorejo, Rungkut, (13/12) lalu. Hutan mangrove di daerah tersebut dinilai punya potensi yang baik. Selain penghalang kikisan air laut dan habitat bagi flora dan satwa liar, pemberdaya mangrove di daerah itu juga cukup banyak.

Muchson atau lebih akrab dipanggil Soni, salah satu pelopor pemberdayaan tanaman mangrove di Wonorejo. Beliau mulai meneliti dan mengembangkan mangrove sejak tahun 1998. Dari situ ia bersama warga sekitar bisa mengolah mangrove menjadi makanan seperti tepung, dodol dan sirup lalu dipasarkan. “Dari situ saya sadar kalau mangrove itu banyak sekali manfaatnya” tuturnya.

Kelompok pemberdaya mangrove lain, Lulut Sri Yuliani juga pendiri kelompok Griya Karya Tiara Kusuma di daerah Kedung Asem, memanfaatkan daun, akar serta tunas mangrove sebagai bahan dasar pewarna batik.

Dari beberapa keistimewaan tanaman mangrove tersebut, Pemkot Surabaya bekerjasama dengan Bappeko, BLH dan sejumlah aktivis pecinta lingkungan gencar melakukan Kampanye menanam mangrove. Pohon masa depan ini kelak akan melindungi kota Surabaya agar tidak tenggelam karena abrasi pantai atau pengikisan tanah karena air laut.

Namun berbeda dengan kondisi Pantai Barat Surabaya, antara lain di daerah Greges dan Kali anak. Yang sangat disayangkan adalah di bibir Pantai Greges, keberadaan mangrove cukup memprihatinkan, pasalnya warga belum begitu sadar terhadap lingkungan mereka yang tercemar akibat sampah, padahal mereka juga menggantungkan hidup dari pantai tersebut.

18 November 2009

Dicuekin di Indonesia, Diminati Luar Negeri

Iman D. Nugroho [3]

Dalam dunia industri, tidak hanyak perusahaan yang memandang temulawak sebagai bahan baku yang bisa diolah dan dilempar ke pasaran. PT. Helmigs Prima Sejahtera atau dikenal sebagai PT. Helmigs adalah salah satu perusahaan yang percaya diri menjadikan temulawak menjadi "menu utama". Perusahaan yang didirikan pada tahun 1993 itu memiliki empat produk utamanya berbahan baku temulawak. Mulai Curcumin Sugar Free, Curcumin Tablet, Curcumin plus Vitamin C dan Curcumin Candy dengan curcumin dan Xylitol.

Factory Manager Sutarko Tantra menjelaskan setiap hari bertonton extract temulawak didatangkan dari perusahaan pengekstrak temulawak untuk diproses. Dengan menggunakan bahan pembantu dan effervicient, perusahaan di bawah PT. Helmigs Jerman ini mengemas temulawak menjadi produk siap saji. "Karena kami bergerak di bidang bahan baku tradisional, maka seluruh penanganan yang kami lakukan adalah kombinasi tradisional dan modern," jelasnya.

Extract yang sudah diukur kandungan zatnya, terlebih dahulu dikeringkan di sebuah alat khusus. Baru kemudian dipacking kedalam tablet atau saset dengan mesin canggih yang didatangkan dari China. "Kami mengikuti standart dengan quality control tinggi, karena produk yang kami hasilnya dipasarkan tidak hanya di Indonesia, melainkan ke luar negeri," kata Sutarko. Mulai Singapura, Filipina, Thailand, Hong Kong, Arab, Canada, Belanda dan Korea Selatan. Selebihnya dipasarkan di Indonesia.

Sutarko menjelaskan, sebagian besar produk yang dihasilkan PT. Helmigs diekspor ke luar negeri. Berdasarkan survey pasar yang dilakukan perusahaan itu, justru orang luar negeri yang memahami arti penting mengkonsumsi temulawak. "Seperti di Korea misalnya, justru permintaan banyak datang dari sana," ketanya. Sementara di Indonesia, yang menjadi daerah asal temulawak, justru kehadiran produk temulawak tidak banyak diterima.

Pada tahun 2007 misalnya, ketika pemerintah menggalakkan Gerakan Minum Temulawak Nasional, dengan salah satu langkah strategis menjadikan temulawak sebagai welcome drink di hotel-hotel, malah tidak disambut secara baik. Hal ini berbeda dengan yang terjadi di Korea dan Malaysia. "Malaysia sekarang lagi gencar menggalakkan minuman ramuan Tongkat Ali, dengan promosi yang tidak kalah menarik, tapi temulawak, justru tidak seperti itu," katanya.

Sayang, di Pacitan Tidak Ada Pabrik Pengolahannya

Iman D. Nugroho [2]

Dua provinsi di Indonesia, Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah dua wilayah yang menghasilkan temulawak dalam jumlah besar. Di Jawa Timur sendiri, setiap tahun rata-rata menghasilkan 9 juta kilogram temulawak siap jual.Pacitan, kota asal Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi penghasil temulawak terbesar. Setiap tahun, 5 juta kg temulawak dihasilkan dari petani yang menanam temulawak di lahan seluas 6 juta hektar. Selain Pacitan, Trenggalek, Malang dan Pasuruan juga merupakan pemasok temulawak potong kering siap panen.

Budiwahyuningsih, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Pacitan mengungkapkan, kondisi di daerah barat Jawa Timur ini memang pas untuk penanam temulawak. Kondisi geografis yang berbukit dan kering, membuat temulawak tumbuh subur di sela-sela pepohonan keras yang juga tumbuh di wilayah itu. "Tidak ada trik khusus untuk menumbuhkan temulawak, tinggal ditanam saja di sela-sela pohon jati atau cengkeh yang banyak tumbuh di sini," katanya.

Kondisi yang demikian membuat Pacitan memprogramkan penggalakan tanaman biofarmaka seperti temulawak, jahe dan kunyit, sebagai tanaman sampingan. Khususnya di daerah kawasan Kecamatan Nawangan dan Kecamatan Bandar yang terletak di perbatasan antara Pacitan dan Ponorogo. Di daerah yang terletak di ketinggian sekitar 1000 dpl memang pas dengan kebutuhan tanaman temulawak. Apalagi, temulawak termasuk tanaman berbatang basah yang tidak banyak membutuhkan air.

Dengan tinggi rata-rata 1 meter temulawak bisa dipanen pada umur 7 – 12 bulan. Tanda paling sederhana adalah bau menyengat khas temulawak. Panen temulawak paling bagus dilakukan saat temulawak berusia 10 – 12 bulan. Biasanya, saat itu, dedaunan akan luruh dan mengering. "Uniknya, umur temulawak bisa sangat panjang, bahkan, tidak dipanen pun masih tetap bisa digunakan untuk panen masa berikutnya," kata Budiwahyuningsih.

Rimpang temulawak hasil panen dicuci dari tanah dan kotoran, lalu diangin-anginkan, hingga kulitnya tidak lagi basah. Temulawak yang sudah siap diolah kemudian diiris setebal 2-3 mm lalu dijemur akan dikeringkan dengan menggunakan oven. Para pengepul temulawak biasanya akan mengambil temulawak kering secara berkala dan dipasarkan ke pabrik-pabrik pengolahan extract temulawak. Lalu, dipasarkan ke perusahaan pengobahan produk berbahanbaku temulawak. "Sayang, di Pacitan belum ada pabriknya," kata Budiwahyuningsih.

Secara turun temurun, masyarakat setempat menjadikan air rebusan temulawak untuk membantu memperlancar air susu ibu dan inflamasi (pembengkakan) rahim pada wanita sehabis melahirkan. Oleh penduduk di beberapa daerah di Pulau Jawa, ada yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi batang dan rimpang muda sebagai sayur, baik secara mentah maupun dimasak terlebih dahulu.

Temulawak, "Harta" Terpendam yang Belum Banyak Digali

Iman D. Nugroho [1]

Kalau China memiliki ginseng, Indonesia punya temulawak. Bedanya, temulawak tidak termasyur sebagaimana ginseng. Padahal soal kasiat, temulawak tak kalah hebat.

***

Siapa tidak kenal temulawak? Akar dari tanaman perdu ini, sering kali diidentikkan dengan obat tradisional seperti halnya jahe, kunyit dan kencur. Tapi, belum banyak yang tahu khasiat dahsyat tanaman bernama ilmiah Curcuma Xanthorrhiza dari keluarga perdu Zingiberaceae. Temulawak memang bukan tanaman biasa. Tanaman perdu yang pada awalnya tumbuh di sela-sela pohon berbatang keras itu mengandung berbagai zat yang sangat berguna.

Terutama untuk merangsang sekresi empedu dan pankreas. Ahli tanaman obat tradisional Universitas Airlangga, Mangestuti mengatakan, zat-zat yang terkandung dalam temulawak, seperti protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak atsiri bisa digunakan untuk menstimulus berfungsinya organ-organ tubuh secara baik. "Saat ini, temulawak sudah digunakan untuk mengobati saluran pencernaan, kandung empedu, pankreas, usus halus, kelainan hati, tekanan darah tinggi dampai TBC," katanya.

Bagi masyarakat tradisional, terutama di Jawa, temulawak juga dijadikan sebagai bahan obat diare, kurang nafsu makan, lambung dan kurang darah. Karena itulah, hingga saat ini, minuman temulawak tetap menjadi favorit masyarakat tradisional. Biasanya, minuman berbahan temulawak akan disejajarkan dengan minuman tradisional lain seperti sinom (daun pohon asam) dan beras kencur (berbahan beras dan tanaman kencur). Juga jamu-jamu tradional lainnya.

Bagian dari temulawak yang umum dipakai adalah rimpangnya. Rimpang temulawak bercabang-cabang, bagian luar berwarna kuning gelap sampai coklat merah. Kalau diiris, akan terlihat bagian dalam yang berwarna oranye sampai merah oranye. Warna ini bisa dibedakan dari rimpang empon-empon lainnya sehingga kita dengan mudah untuk mengenalinya.

Mangestuti menjelaskan, banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap temulawak, baik di luar maupun dalam negeri. Hasilnya memang menakjubkan. Temulawak kaya akan kandungan minyak atsiri, dimana dari rimpang kering dapat dihasilkan lebih kurang 3,8 persen minyak yang mengandung ar-kurkumen, xanthorrizol, omega, beta-curcumene sebagai senyawa utama. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa xanthorrhizol berkhasiat anti tumor.

Senyawa kandungan lain yang terkenal adalah kurkumin, yaitu senyawa berwarna kuning yang mempunyai khasiat antimikroba. Kurkumin berkhasiat sebagai antioksidan,dan mampu mencegah terjadinya kerusakan sel yang memicu timbulnya penyakit yang menakutkan, yaitu tumor dan kanker. Penelitian pada hewan percobaan untuk membuktikan khasiat antikanker temulawak sudah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang menggembirakan.

"Yang tak kalah hebat adalah kerja temulawak sebagai analgesik (penghilang rasa sakit), diuretik (pelancar keluarnya air seni), inflamasi, penurun kadar trigliserida karena modifikasi metabolisme lemak dan penurun kadar gula darah," jelasnya. Salah satu hasil penelitian membuktikan khasiat temulawak sebagai hepatoprotektor, yaitu pelindung fungsi liver. Selain gangguan liver dalam bentuk penyakit kuning, bahan ini juga dapat membantu mengatasi atau mencegah terbentuknya batu empedu. Wow,..

Hanya saja, tambah Mangestuti, hal ini belum tersosialisasi dengan baik. Kegunaan temulawak yang luar biasa tidak secara baik dimengerti oleh generasi masa kini. Masih banyak kengganan generasi modern untuk mengkonsumsi temulawak. "Mereka lebih percaya dengan ginseng atau obat-obat modern dari pada temulawak, padahal temulawak jauh lebih sehat," katanya. Karena itu, Mangestuti menyarankan adanya gerakan nasional untuk mensosialisasikan temulawak menjadi bahan baku yang menyehatkan.

16 November 2009

Perkebunan, Industri dan Rusaknya Hutan Kita

Iman D. Nugroho, Kalimantan

Di Riau, aksi Greenpeace di Riau dibubarkan polisi. Greenpeace menentang aksi rusaknya hutan oleh PT.RAPP Riau. Greenpeace meminta pimpinan dunia menghentikan aksi pengerusakan hutan itu. Di Kalimantan Tengah, hutan pun terancam. Berikut ini gambarannya dalam Galeri Foto. Tampak pada gambar, seorang jurnalis Prancis menggambil gambar hutan yang rusak karena dibakar.

31 October 2009

Kayu Legal (Ilegal ?) Sumatera

Iman D. Nugroho

Truk yang melintas di jalan menuju Kota Jambi, Sumatera ini menarik untuk diperhatikan. Tumpukan kayu di bak belakang truk itu fresh from the forest. Entah, apakah kayu legal atau ilegal. Hanya satu yang pasti, tiga truk (dua lainnya berada di belakang kamera) dengan santai bisa melintasi pos polisi yang mereka lewati. Tak jauh dari tempat itu hemparan hutan lindung yang semakin gundul.

Hutan Menyempit, Orang Rimba Terjepit

text and picture: Iman D. Nugroho

Salah satu permata budaya Indonesia adalah Suku Orang Rimba di hutan-hutan Provinsi Jambi, Sumatera. Hingga kini, jumlah orang yang hidup di tengah hutan itu berjumlah sekitar 7000-an ribu orang. Semakin lama, jumlah Suku Orang Rimba semakin berkurang dengan meluasnya lahan tanaman kepala sawit dan perambahan hutan. Belum lagi dengan banyaknya penyakit juga menyerang Orang Rimba. Sebut saja malaria, cikungunya dan diare. "Keberagaman tanaman obat semakin berkurang," kata Tumenggung, pemimpin Suku Orang Rimba kawasan Bukit 12 Jambi.



25 October 2009

Sejenak Bersama Orangutan. They need help!

photo and text by Iman D. Nugroho

Setiap tahunnya, ada sekitar 100 orangutan yang selamatkan dari hutan-hutan di Kalimantan. Keberadaan mereka semakin terdesak dengan aktivitas penghilangan hutan untuk diambil kayunya atau dimanfaatkan menjadi kebun kelapa sawit. Rusaknya habitat orang hutan membuat mereka pergi, dan kemudian ditangkap atau mati. Kondisi semakin parah dengan banyaknya ilegal trading. Beberapa organisasi mencoba menyelamatkan mereka. Seperti tampak pada gambar, orangutan di Nyaru Menteng, Kalimantan Tenga. Mereka di bawah lindungan The Borneo Orangutan Survival (BOS) Foundation. They need help!



















05 September 2009

Masa Depan Bumi Dibicarakan di Copenhagen-Denmark

Press Release

Pada December 2009 seluruh perhatian dunia akan mengarah ke sebuah pertemuan international di Copenhagen-Denmark, sebuah pertemuan yang akan membicarakan komitmen negara-negara se-dunia demi kelanjutan masa depan bumi dalam menjawab tantangan perubahan iklim. Banyak pihak yang mendorong terlaksananya pertemuan tersebut demi mendapatkan pengganti Protokol Kyoto yang akan berakhir pada tahun 2012. Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan dalam pembukaan UNFCCC di Poland “Sudah saatnya kita memiliki solidaritas global dalam mengatasi permasalahan perubahan iklim ini.”


Sejak awal tahun 2009, telah banyak gerakan dari berbagai negara yang mengajak segenap generasi muda di dunia untuk berpartisipasi mengambil tindakan dalam mendukung terlaksananya pertemuan ini dengan sukses, macam-macam cara ditempuh sesuai dengan kapasitas dan kreativitasnya masing-masing demi menarik perhatian mereka. Di Indonesia salah satu cara yang akan ditempuh untuk menjaring partisipasi generasi muda akan hal ini adalah melalui sebuah ajang kompetisi foto, video dan poster dengan nama Climate Change Mythbuster Competition yang digelar oleh OXFAM GB Indonesia bersama Greeners sebuah komunitas yang aktif dalam aksi kampanye gaya hidup ramah lingkungan.

Menurut Pimpinan Umum Greeners Syaiful Rochman, “Sudah saatnya generasi muda di Indonesia dilibatkan dalam gerakan global melawan tantangan perubahan iklim,” ia juga menambahkan bahwa kompetisi ini tidak semata untuk urgensi UNFCCC Copenhagen, tapi juga merangsang anak-anak muda Indonesia yang kreatif untuk mulai memikirkan isu perubahan iklim dalam karya-karyanya.

Lomba ini akan dibuka mulai 1 September dengan tenggat waktu pendaftaran karya pada 20 Oktober 2009 dan pegumuman pemenang pada 10-11 November 2009. Kompetisi ini juga akan didukung oleh serangkaian kunjungan ke daerah yaitu Medan, Makassar dan Bandung yang akan bekerjasama dengan komunitas lokal daerah guna menjaring partisipan. Seluruh keterangan kompetisi menyangkut syarat dan ketentuan akan diumumkan melalui website resmi di www.climatebuster.net. Kompetisi ini terbuka bagi seluruh Warga Negara Indonesia yang berumur 18-28 tahun dengan total hadiah mencapai 30 juta rupiah.

Roysepta Abimanyu selaku Campaign Officer dari OXFAM GB Indonesia menjelaskan bahwa tujuan dari kompetisi ini adalah untuk memberikan dukungan kepada peningkatan kesadaran mengenai pentingnya kesepakatan global pasca 2012 yang adil dan aman dalam membatasi peningkatan suhu 2 derajat celcius di antara kaum muda.

Untuk Informasi Lebih Lanjut : Greeners

04 September 2009

Negara Dalam Negara di Taman Nasional Lorentz

Manwan Azis

Potret Taman Nasional Lorentz, Timika Papua yang digunakan sebagai pemukiman karyawan PT. Freeport Indonesia. Daerah yang kemudian dinamai Kuala Kencana ini melanggar penetapan taman nasional sebagai daerah konservasi. Daerah ini laksana negara di dalam negara. Misalnya plat nomor mobil dan izin mengemudi keluarkan oleh PT. Freeport. Hingga saat ini, hal itu masih berlangsung. Orang luar yang ingin memasuki daerah itu diproteksi secara keras oleh PT. Freeport.

23 June 2009

Greenpeace Melawan Nuklir Dengan Lembaran Komik

Iman D. Nugroho

Zzzaappp!
Sebuah reaksi dahsyat terjadi. Dua mesin waktu yang ada di depan Profesor Bayu pun memendarkan sinar terang menyilaukan. Sejurus kemudian, kedua mesin waktu berbentuk kapsul itu pun lenyap. Sementara di tempat yang sama namun pada waktu yang berbeda, Profesor Surya menerima sinyal aneh. Zzaaap!! Dua cahaya memendar mengawali datangnya dua kapsul mesin waktu itu. Asap mengepul, ketika pintu di kedua kapsul itu terbuka. "Selamat datang di tahun 2009," kata Profesor Surya pada Hidam dan Jaumai.


Adegan perjalanan menembus waktu Hidam dan Jaumai itu mengawali petualangan dua remaja dari masa depan dalam komik berjudul Nuclear Meltdown Pesan Dari Kegelapan. Diceritakan, jaman di mana Hidam dan Jumai- dua tokoh utama dalam komik- hidup merupakan jaman saat Indonesia porak poranda akibat dihajar ledakan reaktor-reaktor nuklir. Kedatangan mereka kembali ke Indonesia pada tahun 2009 adalah upaya menyelamatkan negeri ini dari kehancuran akibat nuklir. “Kalian tidak sekedar piknik ke bumi yang masih indah, tapi juga punya misi menjaga keindahan itu,” kata Profesor Bayu, salah satu karakter di komik itu.

Seperti judulnya, Komik Nuclear Meltdown Pesan Dari Kegelapan bercerita tentang nuklir. Komik ini adalah salah satu bentuk perlawanan kelompok kontra pembangunan reaktor nuklir yang diprakarsai NGO lingkungan Greenpeace dan Muria Institute. Dua NGO yang sejak awal menentang pembangunan reaktor nuklir ini ingin meningkatkan kesadaran resiko bahaya kemanusiaan, lingkungan dan ekonomi dari pengembangan nuklir melalui media komik. Di Indonesia, rencananya reaktor nuklir dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) akan dibangun di Jawa Tengah.

Mengapa komik? Juru kampanye Nuklir regional Asia Tenggara Tessa de Ryck mengatakan komik adalah salah satu langkah untuk mempopulerkan isu-isu anti nuklir pada generasi muda. Diharapkan, generasi muda yang membaca komik ini akan memahami pentingnya menolak kehadiran nuklir di Indonesia. Utamanya, anak muda di Jawa Tengah dan Pulau Madura, dua tempat yang rencananya akan dibangun PLTN. “Anak muda Indonesia lebih pintar dari yang dikira para pelaku industri nuklir,” jelas Tessa. Anak muda di masa depan jugalah yang menjadi penentu dibangun atau tidaknya PLTN.

Dalam komik setebal 22 halaman dan bisa didownload secara gratis di www.greenpeace.or.id/komiknuklir itu secara garis besar berisi perbandingan kondisi Indonesia setelah dan sebelum menggunakan reaktor nuklir. Indonesia yang indah dengan alam yang asri, menjadi hancur karena keputusan Badan Nasional untuk Pemakaian Tenaga Atom Indonesia (Banaspati) membangun reaktor nuklir. Padahal, Indonesia masih memiliki pilihan untuk mengembangkan sumber energi lain yang lebih ramah lingkungan. Seperti energi geothermal, energi angin, energi matahari dan mikro hidro.

Greenpeace memandang penting kampanye anti nuklir untuk dilakukan terus menerus, mengingat sosialisasi “keliru” soal nuklir dari pihak pro nuklir juga terus terjadi sampai saat ini. Para pihak pro nuklir selalu mengatakan bahwa nuklir adalah hal yang aman. Padahal tidak seperti itu. Contoh yang paling mudah bisa dilihat dalam kasus kecelakaan Chernobyl Rusia. Dua tahun lalu, pada tahun 2007, sebuah PLTN di Kashiwazaki-Kariwa, Jepang juga mengalami kecelakaan dan terbakar. “Langkah pembohongan (mistifikasi) informasi itu juga yang terjadi dalam rencana pembangunan PLTN di Gunung Muria, Jawa Tengah,” tulis Nuruddin Amin pendiri Muria Institute, Jepara dalam kata pengantar di komik itu.

Marto, penulis cerita dalam komik ini mengemas sesederhana mungkin “isu berat” ini ke dalam “isu sederhana” dan mudah dicerna remaja. Dan itu bukan hal yang mudah, mengingat begitu banyaknya hal yang harus dijelaskan. “Karena itu, saya menyampaikan tiga bentuk komik kepada Greenpeace, dan mereka memilih karakter Hidam dan Jaumai,” kata Marto pada The Jakarta Post. Untuk menciptakan karakter komik yang kental dengan nuansa komik gaya Amerika ini, Marto mempercayakan kepada dua komikus Imbong Hadisoebroto dan Gerry Obadiah Salam.

Komikus Beng Rahardian justru mengingatkan beberapa hal tentang menjadikannya komik sebagai sarana sosialisasi sebuah isu. Dalam komik, perlu juga dilihat kelengkapan content agar tidak memunculkan salah persepsi dari pembaca. Beng mencatat, di Indonesia pernah muncul dua persoalan pelik yang disebabkan oleh komik. Yakni komik persoalan konflik di Kalimantan antara Suku Dayak dan Suku Madura dan komik hukum adat. “Karena penjelasan di kedua komik itu tidak tuntas, mana justru persoalan baru muncul,” kata Beng Rahardian pada The Jakarta Post.

Untuk itu, Beng mengusulkan Greenpeace dan Muria Institute untuk tidak hanya membuat komik, melainkan juga melakukan riset pasca komik disebarkan di masyatakan. “Apakah masyarakat justru lebih paham akan tema yang diusung di komik itu, ataukah tidak,” kata pendiri sekolah Komik Akademi Samali, Jakarta ini. Khusus untuk Nuclear Meltdown Pesan Dari Kegelapan, Beng melihat unsur “drama” yang kurang dimunculkan. “Kalau dramanya dikuatkan, mungkin akan lebih baik,” katanya.

Hal itu juga yang dirasakan Lieke Annisa, siswa SMA Negeri 112 Jakarta. Gadis yang hadir dalam peluncuran komik Nuclear Meltdown Pesan Dari Kegelapan di Komunitas Salihara, Jakarta ini mengatakan dirinya merasakan ada yang belum tuntas di komik itu. Terutama pada ending cerita yang menurut Lieke, masih menggantung. “Coba dibaca deh, dalam komik ini endingnya nggak enak banget,” katanya. Meski demikian, gadis berkacamata ini mengaku mendapatkan banyak informasi tentang nuklir di komik ini. “Pokoknya, nuklir berbahaya deh untuk masa depan kita,” katanya mengutip kata karekter Hidam dan Jumai.

30 April 2009

Flu Babi Direaksi di Surabaya

Akbar Insani

Munculnya penyakit flu babi memunculkan reaksi di Indonesia. Salah satunya di Surabaya. Seperti pada gambar, seorang petugas dari Dinas Pertanian Bidang Peternakan Surabaya dibantu seorang pekerja memeriksa daging babi yang siap dipasarkan di pemotongan hewan di Jl. Penggirian Surabaya, Rabu (28/4). Semenjak maraknya flu babi penjualan daging babi mengalami kemerosotan.

23 April 2009

PMII Memprotes Perdagangan Mangan

Rumi Madinah

Puluhan aktivis yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jember berunjuk rasa di depan kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jember, Rabu(23/4)ini. Mereka memprotes SK Disperindag Kabupaten Jember, terkait keluarnya surat izin usaha penambangan mangan di Kecamatan Silo, Kabupaten Jember. Para mahasiswa sempat terlibat aksi saling dorong dengan aparat kepolisian di depan pintu masuk kantor Disperindag.


Puluhan mahasiswa yang menggunakan ikat kepala dari daun itu, menuntut agar Kepala Disperindag Haryanto keluar menemui mereka. Namun petugas Disperindag hanya mengizinkan satu orang perwakilan mahasiswa masuk ke dalam kantor. Karena tidak menemukan solusi, akhirnya, mahasiswa yang marah itu menyegel dengan sepatu kets. Mahasiswa juga menempatkan dua poster di pintu gerbang.

Dalam pernyatannya, ketua PMII Jember Abdurrahman Bin Auf mengatakan, ijin tambang yang diberikan kepada sejumlah perusahaan itu merupakan pengkhianatan terhadap kepentingan rakyat. Pasalnya, hal itu tidak sesuai dengan analisis dampak lingkungan (Amdal) yang ada. Penambangan, hanya akan semakin memperpanjang kesengsaraan masyarakat. Pasalnya, selain akan musim kemarau yang panjang, musim hujan akan selalu disertai dengan banjir. Karena itu, Abdurrahman mendesak eksekutif dan legislatif untuk menertibkan penambangan liar di Jember….

Dalam selebaran yang mereka bagikan, PMII menyatakan memenolak alih fungsi hutan untuk kepentingan kelompok tertentu. PMII juga menuntut agar surat keputusan Kepala Disperindag tentang kuasa pertambangan eksploitasi bagan galian, dan SK tentang kuasa penambangan dan pengangkutan dan penjualan bahan galian mangan dicabut. Mereka juga menolak proyek industrialisasi dan investasi di negara-negara dunia ketiga, yang efeknya tak menguntungkan rakyat. Karena itu, PMII juga mendesak kepada pemerintah agar mengembalikan orientasi pembangunan di Jember sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 26 tahun 2007 tentang rencana tata ruang wilayah nasional.

Aksi unjuk rasa ini dilanjut ke Gedung DPRD Jember. Di tempat itu, mereka ditemui dia anggota komisi A DPRD Kabupaten Jember, Lukman Yasir dan Sucipto. Kedua anggota DPRD Jember itu menyetujui dan mendukung gerakan mereka untuk mencabut SK Disperindag.

12 March 2009

Isu Lingkungan Tidak Menjadi Prioritas Caleg

Iman D. Nugroho, Surabaya

Pemilihan Umum 2009 dipastikan tidak akan mengubah regulasi pemerintah mengenai lingkungan. Hal itu bisa dilihat dari tidak dijadikannya isu-isu lingkungan sebagai isu sentral kampanye calon legislatif melalui spanduk-spanduk, maupun iklan di media massa. Hal itu dikatakan Prigi Arisandi, Direktur Ecoton, Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah pada The Jakarta Post, Kamis (12/3) ini. "Dalam skala Jawa Timur saja, tidak ada caleg yang menjadikan isu lingkungan seperti pengelolaan air sungai dalam spanduk, poster atau iklan, keadaan tidak akan berubah," kata Prigi Arisandi.


Ecoton secara khusus menyoroti prilaku politik di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Sungai Brantas di Surabaya. Di 13 kabupaten dan kota yang dialiri Sungai Brantas, tidak ada satu pun caleg yang mengusung isu lingkungan. Bahan, bupati dan walikota yang kembali mencalonkan diri atau terlibat di partai politik pun, seakan enggan mengusung persoalan lingkungan. Mulai Malang, Batu, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, Mojokerto, Jombang, Sidoarjo sampai Gresik. Kondisi yang sama juga terjadi di kabupaten-kota di Jawa Timur yang dialiri oleh Sungai Bengawan Solo. Mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan hingga Gresik. "Padahal mereka-mereka ini akan menjadi wakil rakyat yang sekaligus menjadi harapan kita untuk meregulasi lingkungan di Jawa Timur," kata Prigi.

Dalam analisa Ecoton, di daerah yang dialiri Sungai Brantas maupun Sungai Bengawan Solo, "dikuasai" oleh politisi dari PDI Perjuangan. Karena itulah, Ecoton menilai, PDI Perjuangan seharusnya lebih mendorong isu-isu lingkungan. Namun, sayangnya hal itu tidak terjadi. Padahal, secara nasional Sungai Brantas maupun Sungai Bengawan Solo digolongkan sebagai sungai yang strategis. Sungai Brantas misalnya, menjadi andalan pengairan sawah yang menyuplai 20 persen beras nasional. "Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PU) No.11A tahun 2002 disebutkan sungai-sungai itu sebagai sungai strategis," jelas Prigi Arisandi.

Pengamat Politik Universitas Airlangga, Kacung Marijan menilai, sangat tidak strategis bagi caleg untuk tidak peduli dalam persoalan riil seperti lingkungan hidup. Justru dalam pemilihan langsung seperti saat ini, isu-isu riil seperti itulah yang dibutuhkan masyarakat. "Sudah seharusnya mereka mengusung isu-isu riil yang ada di masyarakat, bukan cuma isu-isu pragmatis," kata Kacung pada The Jakarta Post. Namun, hal itu bisa dipahami karena para caleg itu tidak memahami isu-isu lingkungan. Tidak hanya itu, bahkan partai pun, terkesan abai dengan persoalan lingkungan.

Dalam pandangan Kacung, partai dan caleg hanya berkutat pada dua isu besar, kesehatan dan pendidikan. "Ini terjadi karena mayoritas penduduk Indonesia juga tidak peduli dengan persoalan lingkungan, padahal bila dilihat lagi, justru ini persoalan serius. Lihat saja berbagai bencana yang terjadi," kata Kacung. Tokoh muda NU ini mengingatkan tentang fungsi edukasi yang seharusnya melekat pada partai dan politisi. Termasuk caleg. "Mereka hanya terjebak pada isu-isu yang bersifat umum dan jangka pendek, tidak esensial dan berguna bagi masyarakat banyak seperti isu lingkungan," katanya.

09 March 2009

Gunung Semeru Masih Berstatus Siaga, Penduduk Diminta Menjauh Dari Puncak

Hingga Senin (9/3) ini, Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur masih berstatus Siaga. Meski tidak menunjukkan aktivitas berarti, tapi gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih sering mengeluarkan suara keras. Setiap malam, penduduk yang tinggal di lereng Gunung Semeru mendengar dentuman dari puncak gunung dan diikuti dengan gempa kecil (Lindu-JAWA). "Setiap malam masih terdengar suara dari atas gunung, setelah itu ada lindu," kata Diana Anindia, penduduk di Desa Pronojiwo, Lumajang.