18 November 2009

Temulawak, "Harta" Terpendam yang Belum Banyak Digali

Iman D. Nugroho [1]

Kalau China memiliki ginseng, Indonesia punya temulawak. Bedanya, temulawak tidak termasyur sebagaimana ginseng. Padahal soal kasiat, temulawak tak kalah hebat.

***

Siapa tidak kenal temulawak? Akar dari tanaman perdu ini, sering kali diidentikkan dengan obat tradisional seperti halnya jahe, kunyit dan kencur. Tapi, belum banyak yang tahu khasiat dahsyat tanaman bernama ilmiah Curcuma Xanthorrhiza dari keluarga perdu Zingiberaceae. Temulawak memang bukan tanaman biasa. Tanaman perdu yang pada awalnya tumbuh di sela-sela pohon berbatang keras itu mengandung berbagai zat yang sangat berguna.

Terutama untuk merangsang sekresi empedu dan pankreas. Ahli tanaman obat tradisional Universitas Airlangga, Mangestuti mengatakan, zat-zat yang terkandung dalam temulawak, seperti protein, pati, zat warna kuning kurkuminoid dan minyak atsiri bisa digunakan untuk menstimulus berfungsinya organ-organ tubuh secara baik. "Saat ini, temulawak sudah digunakan untuk mengobati saluran pencernaan, kandung empedu, pankreas, usus halus, kelainan hati, tekanan darah tinggi dampai TBC," katanya.

Bagi masyarakat tradisional, terutama di Jawa, temulawak juga dijadikan sebagai bahan obat diare, kurang nafsu makan, lambung dan kurang darah. Karena itulah, hingga saat ini, minuman temulawak tetap menjadi favorit masyarakat tradisional. Biasanya, minuman berbahan temulawak akan disejajarkan dengan minuman tradisional lain seperti sinom (daun pohon asam) dan beras kencur (berbahan beras dan tanaman kencur). Juga jamu-jamu tradional lainnya.

Bagian dari temulawak yang umum dipakai adalah rimpangnya. Rimpang temulawak bercabang-cabang, bagian luar berwarna kuning gelap sampai coklat merah. Kalau diiris, akan terlihat bagian dalam yang berwarna oranye sampai merah oranye. Warna ini bisa dibedakan dari rimpang empon-empon lainnya sehingga kita dengan mudah untuk mengenalinya.

Mangestuti menjelaskan, banyak penelitian yang sudah dilakukan terhadap temulawak, baik di luar maupun dalam negeri. Hasilnya memang menakjubkan. Temulawak kaya akan kandungan minyak atsiri, dimana dari rimpang kering dapat dihasilkan lebih kurang 3,8 persen minyak yang mengandung ar-kurkumen, xanthorrizol, omega, beta-curcumene sebagai senyawa utama. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa xanthorrhizol berkhasiat anti tumor.

Senyawa kandungan lain yang terkenal adalah kurkumin, yaitu senyawa berwarna kuning yang mempunyai khasiat antimikroba. Kurkumin berkhasiat sebagai antioksidan,dan mampu mencegah terjadinya kerusakan sel yang memicu timbulnya penyakit yang menakutkan, yaitu tumor dan kanker. Penelitian pada hewan percobaan untuk membuktikan khasiat antikanker temulawak sudah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang menggembirakan.

"Yang tak kalah hebat adalah kerja temulawak sebagai analgesik (penghilang rasa sakit), diuretik (pelancar keluarnya air seni), inflamasi, penurun kadar trigliserida karena modifikasi metabolisme lemak dan penurun kadar gula darah," jelasnya. Salah satu hasil penelitian membuktikan khasiat temulawak sebagai hepatoprotektor, yaitu pelindung fungsi liver. Selain gangguan liver dalam bentuk penyakit kuning, bahan ini juga dapat membantu mengatasi atau mencegah terbentuknya batu empedu. Wow,..

Hanya saja, tambah Mangestuti, hal ini belum tersosialisasi dengan baik. Kegunaan temulawak yang luar biasa tidak secara baik dimengerti oleh generasi masa kini. Masih banyak kengganan generasi modern untuk mengkonsumsi temulawak. "Mereka lebih percaya dengan ginseng atau obat-obat modern dari pada temulawak, padahal temulawak jauh lebih sehat," katanya. Karena itu, Mangestuti menyarankan adanya gerakan nasional untuk mensosialisasikan temulawak menjadi bahan baku yang menyehatkan.

No comments:

Post a Comment