11 March 2009

Teknik Mesin ITS Lepas Delapan Dosen Seniornya

Press Release

Sebagai bentuk penghargaan terhadap pengabdian delapan dosennya yang telah memasuki masa pensiun, Jurusan Teknik Mesin ITS mengadakan acara Pisah Kenang Purna Tugas di ruang D-303 Teknik Mesin ITS, Rabu (11/3). Kedelapan dosen tersebut adalah Ir A Aziz Badjabir BE, mantan rektor ITS Prof Ir Djati Nursuhud MS ME, Hardjono MSc, Ir Arie Joewono, Ir Musaikan, Ir Sunarko, Ir Tjipto Basuki, dan Ir Wahid Suherman. Ketulusan pengabdian yang telah mereka persembahkan di ITS telah berhasil mencetak ribuan tunas bangsa.


Menjadi seorang pendidik adalah sebuah plihan yang sangat jarang sekali ditempuh bagi sivitas akademika kampus mana pun dengan berbagai argumen yang ada. Namun bagi delapan dosen Teknik Mesin ITS ini, menjadi seorang pengajar adalah sebuah pengabdian terbesar yang bisa mereka berikan dalam hidupnya untuk orang lain.

Dalam perhelatan tersebut, semua keluarga besar Jurusan Teknik Mesin mulai dari dosen senior hingga yunior memberi ucapan perpisahan kepada delapan dosen tersebut. Dalam acara Purna Tugas tersebut juga dihadiri oleh alumni-alumni serta beberapa dosen dari jurusan lain, karyawan, dan mahasiswa.

Tak lupa, para dosen-dosen senior yang purna tugas tersebut memaparkan sekelumit cerita yang berharga selama puluhan tahun mengabdi di Teknik Mesin ITS. “Saya hanya bisa berpesan kepada semua kolega-kolega sesama dosen dalam mengajar di jurusan ini. Di sini ada dosen yang lebih senior maka datangilah, jika itu dosen sejawat maka hargailah, jika itu karyawan anggaplah mereka sebagai keluarga dan bagi mahasiswa anggaplah mereka sebagai anak kita yang harus kita sayangi,” tutur Arie Juwono yang disambut aplaus para hadirin. Ari juga memaparkan karyanya berupa pesawat pemindah bahan yang dia tawarkan kepada rekan sesama dosen, terutama dosen muda untuk mengembangkannya.

Selain dosen Teknik Mesin, ada pula dosen dari Jurusan Teknik Material dan Metalurgi yang dulunya kuliah dan pernah mengabdi di Teknik Mesin. Adalah Ir Musaikan dan Ir Wahid Suherman, sedikit dari dosen asli jurusan yang mempunyai jargon Uber Alles (di atas segalanya) yang dialihtugaskan ke jurusan Material dan Metalurgi. “Saya sangat berharap mudah-mudahan Teknik Mesin bisa tetap maju,” tandas Wahid Suherman.

Acara pun semakin ramai ketika ada salah seorang alumni yang memberikan testimoni kepada para dosen-dosennya semasa kuliah dulu. ”Saya menjalani prosesi belajar ini selama enam tahun, yang membuat lama adalah karena tersangkut di Pak Sahab (Abdullah Sahab, red). Namun sampai detik ini prosesi belajar tetap ada yakni di perusahaan. Bedanya di sini tidak ada kuis maupun nilai jelek, yang kita tahu tiba-tiba gaji terpotong,” ujar Ari Nugroho yang telah bekerja di salah satu perusahaan swasta disambut gelak tawa semua undangan.

Salah satu pengabdian yang tiada tara dari para dosen tersebut adalah kesediaannya untuk setia mengajar sembari menunggu dosen-dosen muda menyelesaikan S2 atau S3nya di luar negeri. Bahkan Hardjono MSc harus menangguhkan niatnya untuk melanjutkan studi S3 di Amerika Serikat karena minimnya jumlah dosen saat itu. “Saya ucapkan terima kasih banyak karena beliau-beliau telah menjaga hati untuk selalu mengajar sambil kita (para dosen muda, red) bisa menyelesaikan studi kita di luar negeri,” ujar Prof Dr Ir Triyogi Yuwono DEA, mantan Kajur Teknik Mesin.

Jika masa purna tugas kerap diartikan sebagi masa berhenti mengajar, namun para pengabdi pendidikan ini memberi makna pensiun adalah berhenti menjadi PNS bukan menjadi dosen (pendidik, red). “Semoga apa yang diharapkan beliau sekalian akan menjadi kenyataan yang baik,” ungkap Dr Ing Ir Herman Sasongko, Kajur Teknik Mesin ITS mengakhiri.

*HUMAS-ITS, 11 Maret 2009

No comments:

Post a Comment