16 September 2008

Wahai Pemimpin dan Orang Kaya, Lihatlah Umar Bin Khotob!

Agung Purwantara

Dalam suatu kisah disebutkan, pemimpin umat Islam waktu itu Umar Bin Khotob tengah berkeliling melanglang daerah pemerintahannya pada malam hari. Melihat kondisi daerah dan rakyatnya dengan diam-diam. Sang Khalifah ingin mengetahui secara langsung dan rahasia, tapa pengawalan dan menyamar.


Suatu ketika Sang Khalifah mendengar isak tangis anak kecil dari sebuah rumah. Karena ingin tahu dia mengetuk rumah itu. Ternyata rumah itu dihuni seorang janda dan anaknya yang masih kecil, miskin. Kemudian terjadilah dialog yang kurang lebihnya begini;
"Kenapa anakmu menangis Ibu?" tanya khalifah yang menyamar.
"Dia lapar, sementara aku tidak mempunyai makanan," jawab janda itu.
"Bagaimanakah bila khalifah Umar mengetahui hal ini?," tanya khalifah menyelidik.
"Dia itu tidak tahu kalau ada rakyatnya yang kelaparan. Dia tentu hidup enak di rumahnya. Dan dia melupakan rakyatnya yang miskin." janda itu menyumpahi khalifahnya.
"Aku akan menyampaikan keadaan ini kepada Umar Bin Khotob. Tentu dia akan memperhatikan," Umar beranjak pergi dengan hati pedih.

Besoknya, dia menyiapkan sekarung gandum dan bahan makanan. Seorang diri dia memikul karung gandum yang berat itu. Tujuannya adalah rumah janda yang anaknya menangis karena lapar. Dan Sang Ibu tidak mempunyai apa pun untuk dimakan. Umar merasa bersalah karena tidak tahu ada rakyatnya yang menderita. Seorang janda dan seorang anak yatim. Kini dengan susah payah dia memanggul sekarung gandum untuk diserahkan kepada ibu anak yang miskin itu***

Kisah ini bisa menjadi contoh. Seorang pemimpin hendaknya benar-benar bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Karena kalau ada rakyat yang menderita tentu yang akan dituntut adalah pemimpinnya. Wahai para pemimpin, lihatlah Umar bin Khotob yang merasa bersalah karena ada anak yatim dan janda kelaparan di daerah kekuasaannya. Untuk menebusnya pun dia hanya menyengsarakan dirinya sendiri, bersusah payah memanggul sekarung gandum. Lihatlah, dia tidak menggunakan kekuasaannya untuk memerintahkan orang lain atau dengan kuasanya dia mengundang anak yatim dan janda miskin tersebut. Tetapi dia mendatangi rakyatnya yang miskin dan langsung memberikan bantuan.


4 comments:

  1. Anonymous4:10 pm

    Sekiranya peristiwa Zakat Maut Pasuruan bisa jadi pelajaran buat kita semua. Herannya, itu si Wak Haji kabarnya tahun depan akan tetap menggelar acara yang sama. Hem...nggak kapok ya. Susah sih dibedakan antara niat baik sama pamer. Allahualam bi shawab

    ReplyDelete
  2. Zakat (fitrah ataupun Mal) adalah KEWAJIBAN orang kaya yang harus DIBAYARKAN kepada fakir miskin. Salah bila berfikiran, membayar zakat adalah sifat dermawan.

    Kasus Pasuruan semoga menjadi penyadaran kepada kita, bahwa zakat memang harus dibayarkan. Dan Manajemen dalam beribadah pun juga diperlukan.

    ReplyDelete
  3. Anonymous2:37 am

    Manajemen yang mana bos? Banyak sekali dalih manajemen memiliki arti: KALAU GAK PAKE CARA GUE, LU KAFIR! Trus kalau begitu gimana?

    ReplyDelete
  4. Pak Ryan (bukan dari Jombang)..KALAU DIBILANG KAFIR YA CUEK AJA. Allah tidak memandang manusia dari lahirnya, tetapi Allah memandang hatinya. Bagaimana?

    Manajemen ibadah adalah mengatur waktu, tenaga dan biaya. Kalau melibatkan banyak orang, ya tentunya diperlukan pengaturan massa. Hitunglah faktor keamanan dan keselamatan orang-orang yang beribadah.
    Kalau tidak diatur sendiri, kita tidak akan bisa menjalankan ibadah dengan baik. Coba diangan-angan..

    ReplyDelete