14 January 2009

Mahasiswa Menolak Badan Hukum Pendidikan

Photo by Iman D. Nugroho

Masyarakat Surabaya yang tergabung dalam Persatuan Organisasi Rakyat Tolak Badan Hukum Perguruan Tinggi (Portal BHP) menggelar demonstrasi menolak pelaksanaan Undang-undang BHP, Rabu (14/1) ini. Mereka menilai BHP tidak memberi kesempatan yang sama pada rakyat Indonesia dalam bidang pendidikan.




04 September 2008

Pesan Ramadan dari Perdana Menteri Inggris

Press Release

Saya ingin mengucapkan kepada Anda, keluarga Anda, dan segenap komunitas Muslim, ucapan selamat atas datangnya bulan suci Ramadan. Ramadan mengajarkan kita mengenai kesabaran, kerendahan hati, dan mengingatkan kita semua mengenai nilai-nilai moral yang kita miliki bersama secara universal; serta kewajiban kita terhadap sesama.


Pesan mengenai empati terhadap sesama yang kurang beruntung dicerminkan dalam Ramadan melalui berpuasa setiap hari. Pesan Ramadan mengenai kasih sayang dan keadilan sosial yang disebarkan sampai keluar komunitas Muslim; berbicara mengenai nilai-nilai bersama yang menyatukan kita semua.

Hadits Nabi Muhammad menekankan kewajiban kita untuk saling menyayangi satu sama lain. Maka selama bulan istimewa ini, mari kita merayakan keragaman yang ikut memperkuat Inggris.

Komunitas Muslim memberikan kontribusi yang besar terhadap kesuksesan Inggris, terhadap kesejahteraan, dan komunitas serta kebudayaan kita. Dan tentu saja, Ramadan merupakan waktu yang tepat untuk mempertimbangkan kontribusi Islam, tidak hanya bagi Inggris, tetapi juga bagi dunia: seni Islam, ilmu pengetahuan, dan filsafat, telah memperkaya kehidupan kita selama lebih dari berabad-abad.

Akhirnya, Ramadan juga merupakan waktu untuk mengingat kembali pesan Nabi Muhammad bahwa “kekayaan terbesar adalah kekayaan jiwa.” Hal ini berbicara kepada saya, seperti juga kepada banyak orang lain. Saya sangat bersemangat untuk melanjutkan keterlibatan positif dengan komunitas Muslim diseluruh Inggris.

22 August 2008

Aksi Anak Muda "Membela" Bumi

Iman D. Nugroho

Apa jadinya bila anak muda bertemu dengan Pemenang Nobel? Rasa ingin tahu khas anak muda yang begitu besar, tertuang dalam pertanyaan-pertanyaan yang meluncur tanpo teding aling-aling (ada yang ditutup-tutupi- JAWA) . Bahkan, ada juga yang meragukan kepakaran sang pemenang nobel. Hmm,…


Itulah suasana yang tampak dalam sebuah diskusi lingkungan yang digelar Tunas Hijau, organisasi remaja yang concern di bidang lingkungan hidup, Rabu(20/08) ini di Surabaya. Dalam forum itu hadir Roger A. Sedjo, pemenang Hadiah Nobel tahun 2007 dalam bidang lingkungan hidup asal Amerika Serikat sebagai keynote speaker. Audiensnya, siswa-siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya.

Roger A. Sedjo membuka diskusi itu dengan paparan berjudul Menangani Keragaman Hayati dan Pemanasan Global dengan Melestarikan Hutan Tropis. Pemenang Best Book Award tahun 2000 untu buku berjudul A Vision for the U.S. Forest Service: Goals for Its Next Century, menerangkan dengan detail perihal kondisi bumi saat ini. Termasuk Brown Problem (perubahan bumi karena industri dan aktivitas manusia) dan Green Problem (perubahan bumi karena alam). Tidak ketinggalan adanya pemanasan global (global warming) yang sedang terjadi.

Roger yang juga menyinggung perlunya negara-negara menghormati Kyoto Protocol. Terutama poin perlunya membatasi penggunaan minyak bumi. Apalagi, gas buang minyak bumi menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. “Kita sedang dalam masa transisi penggunaan sumber energi di luar minyak bumi, karena itu perlu sekiranya melaksanakan Kyoto Protocol,” kara Roger.

Untuk menghindari pemenasan global, ungkap Direktur Resources for the Future, Forest Economics and Policy Program, sejak 1977 hingga sekarang ini, perlu terus diingatkan pentingnya menjaga hutan dan fungsi-fungsinya. Hutan yang mengandung karbon dalam jumlah banyak, mampu memperkecil pemanasan global, dengan menyerap karbon dioksida.

Bahkan, Roger menyitir Europian Climate Exchange yang menempatkan nilai karbon pada kisaran USD 10-USD100/ton karbon. Dengan nilai itu, maka hutan di seluruh dunia yang diperkirakan memiliki luas 2 miliar Ha ini, bisa menampung 300 miliar ton karbon. Bila harga karbon dibuat USD 20,-, maka nilai karbon sama dengan USD 6 triliun,-. “Pertukaran ini memungkinankan pemilik lahan memperoleh keuntungan,” tulis Roger dalam makalah yang dibagikan dalam forum itu.

Acara diskusi itu mulai semarak ketika masuk ke sesi pertanyaan. Angga Jaya, siswa kelas 2 SMA Negeri V Surabaya mengawali sesi pertanyaan dengan menohok. Angga mengatakan, dirinya agak bingung dengan penjelasan Roger A. Sedjo tentang pentingnya negara-negara melakukan apa yang termaktub dalam Kyoto Protocol. “Kyoto Protocol memang penting, saya sepakat dengan itu, tapi, kalau Anda meminta negara-negara mentaati Kyoto Protocol, bagaimana dengan negara anda sendiri? Hingga saat ini AS belum melaksanakan Kyoto Protocol,” kata Angga bersemangat. Angga mengatakan, seharusnya Roger A. Sedjo mampu mengubah kebijakan pemerintah AS sebelum menyosialisasikan ke negara di luar AS.

Angga menilai, keengganan AS melaksanakan Kyoto Protocol, karena industri di negara itu masih menggunakan minyak bumi. Apalagi, kata Angga, AS mengendalikan negara Arab penghasil minyak bumi terbesar di bumi. “Menurut saya, bila AS melaksanakan Kyoto Protocol, maka akan ada protes dari perusahaan-perusahaan di AS yang menggunakan minyak bumi,” kata Angga.

Pertanyaan tidak kalah tajam diajukan oleh Alvin Prayudha, siswa kelas 2 SMA Negeri II Surabaya. Alvin tidak sepakat dengan penjelasan Roger yang mengatakan aktivitas manusia yang membuat global warming terjadi. “Saya membaca di internet kok tidak seperti itu, pemanasan alam memiliki efek pemanasan yang 1000 kali lebih tinggi dari aktifitas manusia,” kata Alvin.

Siswa berkacamata tebal ini mencontohkan ledakan gunung berapi. Efek dari ledakan gunung berapi memiliki efek pemanasan sama dengan aktivitas pemanasan satu tahun penuh yang dilakukan manusia di seluruh dunia. Alvin menginginkan Roger bisa memberikan penjelasan lebih dan terus mengingatkan manusia untuk berpikir juga tentang perlunya memperbaiki kondisi alam. “Jangan cuma mengingatkan aktivitas manusia, tapi melupakan alam, dua-duanya harus ditangani untuk meminimalisir pemanasan global,” kata Alvin.

Astri Febianti, siswi SMA St. Hendrikus fokus pada penjelasan Roger mengenai nilai nominal karbon. Menurut Astri Roger harus bisa menjelaskan nilai nominal hutan di Indonesia dalam prespektif harga jual karbon. “Apakah bila jumlah karbon yang dihasilkan hutan di Indonesia dikumpulkan, akan mampu membayar hutang-hutang Indonesia?” tanyanya.

Sayangnya, Roger A. Sedjo tidak memberikan jawaban tuntas atas pertanyaan Angga. Menurut Roger, apa yang terjadi di bumi tidak semata-mata tanggungjawab AS. Karena itu, tidak hanya AS yang melaksanakan Kyoto Protocol, tapi negara lain juga harus melaksanakannya. Menyangkut pertanyaan Alvin, Roger masih meyakini, menjaga aktivitas manusia lebih penting guna menghindari efek lebih parah global warming. “Kalau soal harga karbon yang dihasilkan Indonesia, saya belum tahu pasti,” katanya.

“Penjelasan Roger tidak menjawab pertanyaan saya,” kata Angga.

Hmm,...***


13 August 2008

Pemkab Sidoarjo Ajak ITS Kembangkan Bioetanol

Press Release

Keseriusan ITS dalam hal pengembangan energi menarik minat Pemkab Sidoarjo. Melalui penandatangan MoU Rabu(13/8), Pemkab mengajak ITS dalam pengembangan energi alternatif, bioetanol. Penandatanganan kerjasama ini dilakukan oleh Bupati Sidoarjo, Drs Win Hendarso Msi dengan rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo.


Dalam sambutannya, Probo menyatakan masalah energi merupakan salah satu fokus riset di ITS. Dalam Dies ITS ke 48 November nanti juga mengangkat tema Bersama ITS Membangun Bangsa Melalui Kemandirian Energi. ”Peran ITS dalam kerjasama ini adalah pengembangan bioetanol,”tuturnya. Mulai dari pengembangan bahan baku, proses destilasi etanol hingga mencapai kadar 95 persen, hingga penyempurnaan desain teknis kompor yang lebih akrab dengan penggunanya.

Sementara itu, pengadaan dan pembuatan kompor serta penyediaan etanol yang ada sekarang ini, dan yang dibagikan, dilakukan oleh Koperasi Serba Usaha Manunggal Sejahtera, Jakarta.

Probo juga menegaskan, sesuai kadiah ilmiah, maka pengembangan bioetanol ini tentunya harus memenuhi unsur fisibilitas, baik dalam hal teknis maupun ekonomis. ”Segi teknisnya, ITS akan mengerahkan pakar di bidang kimia, biologi hingga mesin untuk melakukan kajian pengembangan secara terintegrasi,”ujarnya.

Salah satunya adalah berupaya menjadikan produksi etanol yang selama ini masih negatif energi menjadi minimal zero energi. ”Lebih baik lagi kalau bisa sampai menjadi plus energi,”imbuhnya. Dari sisi desain, masih banyak yang perlu diperbaiki. Salah satunya adalah mengembangkan desain kompor yang dapat diatur besar kecilnya nyala api.

Serta bagaimana mekanisme pengisian bioetanol ke dalam kompor yang masih menyala. Desain yang ada saat ini belum mencakup kedua hal tersebut. Meskipun demikian, aspek teknis baru akan fisibel apabila secara ekonomis kajian teknis tersebut dapat dipertimbangankan efisiensi biayanya.

Oleh karenanya, Probo mengharapkan kerjasama ini mutlak dikembangkan karena mempunyai sifat yang strategis dalam usaha mencapai kemandirian energi. Dengan demikian, maka hasil riset yang dihasilkan akan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. ”Bukan sekedar fenomena blow up sesaat seperti yang terjadi pada blue energy,”ujarnya.

Bupati Sidoarjo Win Hendarso tak kalah apresiatif dalam menanggapi kerjasama ini. Win menyatakan, angka ketergantungan masyarakat terhadap energi dari bahan tak tergantikan seperti minyak dan gas masih cukup tinggi. ”Program konversi minyak tanah ke gas juga belum bisa berjalan lancar. Tabungnya sudah punya, mau mengisi lagi ada kelangkaan,”lanjutnya.

Karenanya, Win menyimpan harapan pada program pengembangan bioetanol sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi kelangkaan energi. Apalagi, di beberapa negara maju seperti Brazil, bioetanol sudah lazim digunakan sebagai bahan bakar.MoU Pemkab Sidoarjo dan ITS ini merupakan kerjasama dalam pengembangan bio etanol menuju desa mandiri energi di Kabupaten Sidoarjo.

Lingkup kerjasama dalam MoU ini mencakup empat hal. Pertama, pembuatan feasibility study yang hasilnya dapat dipakai sebagai landasan perwujudan program pengembangan kompor bio etanol. Kemudian pelatihan budidaya tanaman bahan dasar bio etanol. Ketiga, penelitian dan pengembangan proses produksi bio etanol. Dan terakhir adalah pemanfaatan bio etanol.

12 August 2008

Tim ITS Maritime Challenge Mampu Kalahkan Prancis

Press Release

Setelah bertarung selama seminggu (27 Juli – 3 Agustus) di ajang Atlantic Challenge di Jakobstad, Finlandia, tim ITS Maritime Challenge (MC) akhirnya tiba kembali di Surabaya, Minggu (10/8), setelah menempuh penerbangan selama 20 jam.


Meski tak sesukses yang diharapkan, tim yang terdiri atas 17 mahasiswa ITS tersebut berhasil meraih peringkat tertentu dalam sejumlah lomba yang ada. Bahkan mereka mampu mengalahkan tim dari Prancis yang selama ini cukup disegani.

Pada event tahun ini, tim ITS MC sebagai satu-satunya wakil dari negara Asia berhasil meraih peringkat 4 pada lomba L'Esprit dan sailing race, dan pada beberapa lomba lainnya masing-masing masuk peringkat 5 besar. Sedangkan nomor lomba yang meleset dari yang ditargetkan adalah lomba Captain Gig, Jackstay Transfer dan Passage Race.

Kegagalan tersebut, menurut Humas ITS MC Ahmad Ali Ridloh, dikarenakan kondisi lomba berbeda dari yang dibayangkan selama ini. Contohnya pada lomba Captain Gig, tempat bersandar kapal untuk penjemputan tamu ternyata memiliki ketinggian lebih dari 1,5 meter dari permukaan air dan memiliki panjang kurang dari 2 meter. “Biasanya tempat bersandar tingginya sama dengan kapal dan panjangnya lebih dari setengah panjang kapal,” tutur cowok yang karib disapa Ridloh ini.

Diakui Ridloh, untuk lomba kali ini prestasi ITS MC lebih menurun sedikit dari sebelumnya, tetapi banyak ilmu dan pengalaman baru yang berguna untuk event selanjutnya.

Dijelaskannya, kendala yang dialami selama lomba di Finlandia adalah dinginnya cuaca dan kondisi kapal yang mengalami kerusakan-kerusakan kecil setelah digunakan untuk latihan dan lomba. Sehingga kondisi kru ITS MC kebanyakan kurang fit pada pagi harinya karena harus memperbaiki kapal dulu sampai tengah malam.

Namun, kondisi kapal Merdeka selama di Finlandia cukup baik. Tidak mengalami kebocoran seperti halnya pada tahun 2004 di Prancis. Hanya saja saat di Finlandia mast step (dudukan tiang layar) kurang bagus, sehingga mengalami kerusakan setelah dipakai. Juga ada satu dayung yang patah saat latihan.

Dikatakan Ridloh, menurut beberapa peserta dari tim lain (Rusia dan United Kingdom/UK), kapal Merdeka sebenarnya sudah tidak cocok lagi untuk perlombaan. “Kata mereka kapal Merdeka ini memang cocok untuk pejalanan jauh, tetapi tidak cocok untuk lomba karena berat dan perlu diremajakan lagi,” ujar mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ini mengutip pendapat tim lain.

Mereka menyarankan untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tim ITS MC harus membuat kapal yang baru dan lebih ringan. “Dari lima gig (di UK, kami ambil satu yang paling cepat untuk dilombakan,” kata Gwen, salah satu kru tim dari UK saat itu.

Dari kegagalan itu, mereka memetik pelajaran baik dari sisi anggota tim maupun dari sisi kapal. Dari sisi tim, harus lebih ditingkatkan lagi kedisplinan dan profesionalitas dalam menghadapi sebuah lomba. “Kami terlalu fokus pada perlombaan saja, sehingga malah tidak mengistirahatkan diri sedikit pun dan itu berpengaruh saat turun lomba,” urai cowok asal Malang ini.

Sedang dari sisi kapal, desain keseluruhan kapal masih kurang pas digunakan untuk lomba-lomba yang berhubungan dengan dayung atau untuk jarak dekat yang butuh akselerasi cepat. “Ada kemungkinan kita akan merombak kapal Merdeka atau mencari supervisor lain untuk pembuatan kapal baru,” papar Ridloh.

Sebelumnya, supervisor untuk pembuatan kapal Merdeka yang dibuat pada tahun 2002 berasal dari Prancis. Untuk kapal baru, dipertimbangkan mencari supervisor dari UK yang dinilai cukup bagus.

Banyak sekali momen yang berkesan. Tetapi yang paling berkesan adalah ketika kapal dari tim Rusia, Belgia, dan Amerika Serikat (AS) mengalami kerusakan, mereka meminta pendapat dari tim ITS untuk membantu memperbaiki dan memberikan solusi. “Bukannya dari tim lain seperti Prancis, Irlandia, Finlandia atau yang lainnya. Kita tidak menyangka karana boat builder Indnesia masih memiliki reputasi yang baik di mata internasional,” ucanya bangga.

Tahun 2010, perhelatan dua tahunan ini bakal diselenggarakan di Quebec, Kanada sebagai tuan rumahnya. Tim ITS MC dipastikan akan berpartisipasi lagi dan berharap bisa memetik hasil yang lebih memuaskan ke depannya.

16 July 2008

ITS Tawarkan Kolaborasi dengan NOAA untuk Tangani Tsunami

Press Release

Meski isu tsunami sudah bukan hal baru lagi, namun sistem peringatan dini terhadap datangnya bencana tsunami atau yang dikenal Tsunami Early Warning System (TEWS) masih kurang dipahami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.


Untuk itu, peneliti dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) David McKinnie mencoba membantu menyosialisasikan teknologi TEWS tersebut melalui perguruan tinggi, salah satunya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Selasa (15/7). NOAA merupakan lembaga penelitian dari Amerika Serikat yang memfokuskan penelitiannya salah satunya pada berbagai gejala yang terjadi di laut.

Dalam paparannya, David mengingatkan bahwa dalam menghadapi bencana tsunami, yang paling penting adalah adanya kesiapan dari masyarakat setempat. ”Tanpa adanya kesiapan masyarakat, adanya teknologi deteksi, peringatan ataupun ramalan terhadap tsunami tetap akan sia-sia,” tegasnya dalam sarasehan ”Teknologi Tsunami Early Warning System” di Gedung Rektorat ITS.

Sarasehan ini dihadiri oleh sejumlah pakar dari ITS dan juga para utusan dari berbagai instansi terkait di Pemprov Jatim, termasuk di antaranya pakar tata ruang ITS Prof Johan Silas.

Dalam diskusinya, beberapa peserta menanyakan teknologi yang dikembangkan di NOAA untuk melakukan deteksi dini terhadap tsunami. Sebab, di Indonesia saat ini teknologi yang ada baru bisa mendeteksi datangnya tsunami sekitar 15-20 menit sebelumnya. Sehingga sering kesulitan untuk melakukan penanganan secepat mungkin, karena waktu yang dibutuhkan terlalu pendek.

”Kami masih terus mengembangkan teknologinya untuk bisa mendeteksi sedini mungkin. Sebenarnya pendeteksian datangnya tsunami berbeda-beda tergantung pada lokasi gempa dan besarannya di tengah lautan, tapi biasanya sekitar 20 menit sampai 1 jam sebelumnya,” jelas David yang menjabat sebagai Science Fellow Kedutaan Besar AS di Jakarta.

Dalam hal ini, ITS juga menawarkan sejumlah kerjasama yang bisa dilakukan bersama NOAA. Di antaranya kerjasama untuk mengembangkan teknologi komunikasi dalam menyampaikan peringatan dini tsunami dari lautan menuju ke daratan.
”Dengan mengembangkan teknologi TEWS secara computerized diharapkan bisa lebih mempercepat informasi dan koordinasi dalam menghadapi datangnya tsunami,” jelas Dr Ir Wahyudi, Kepala Pusat Studi Bencana dan Kebumian ITS yang juga didampingi Haryo Dwito Armono ST PhD, pembantu Dekan IV Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) ITS.

Sebab, selama ini juga teknologi TEWS yang sudah diterapkan di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri dan juga melibatkan para pakar dari mancanegara. Sehingga dipastikan memakan biaya yang tak sedikit. ”Tidak ada salahnya kalau kita mencoba megembangkan sendiri dari pakar-pakar yang ada di Indonesia ini,” ujar Wahyudi.

Selain, kerjasama untuk menangani bencana tsnami, ITS juga menawarkan kolaborasi penelitian dengan NOAA untuk mengatasi kerusakan alam lainnya seperti kerusakan pada laut yang juga bisa menyebabkan atau memicu terjadinya bencana.

HUMAS-ITS, 15 Juli 2008

19 May 2008

Keep The Traditions with Pranatacara

Iman D. Nugroho

There are many ways to keeps traditions. One of it is learn pranatacara. In entire Java, there is only one school; 2nd Trenggalek Senior High School has used it as an extracurricular. That’s why, students of Trenggalek used Javanese language proudly.

"Suwah rep data pitana hananging pundita sasana rinengga engkang dinten menika kagirangaken minangka papan mugiharjosuta."

That “weird” sentence said by Nuraini, student of 2nd Trenggalek Senior High School. Not like others Javanese words, what Nuraini’s said isn’t usual words. “We call it kromo inggil, the highest level of Javanese language,” Nuraini said.

Usually, that kind of language was used by special person in highest level of Javanese cultures. Like members or Javanese Kingdom in Jogjakarta. So, why young people like Nuraini, who is also not a member of Javanese Kingdom used it? “Because I love it, I have learned it from my school’s extracurricular called pranatacara, and I found it such as interested language,” he said.

Pranatacara is Javanese technical term for master of ceremony activities. Javanese usually used pranatacara for a Javanese wedding ceremony. Unfortunately there’s not many Javanese understood pranatacara. Mostly Javanese people have chosen modern kind of wedding ceremony which more simple. Without used pranatacara of course. Because of it, pranatacara which also part of Javanese culture was gone slowly.

That’s why 2nd Trenggalek Senior High School, specially the Head Master Sugeng Winarno have an idea to teach pranatacara for his students. “I have invited Indonesian Brotherhood of Culture People (Permadani) of Jogjakarta to came here and teach my student about pranatacara,” he said.

Start in September 2007, in every Sunday, pranatacara has taught to 80 students and 10 teachers. They were taught renggeping wicoro(how to speaks), kapranacaran(how to manage a ceremony), toto kromo(high level Javanese rules), siker setanan, padhuwungan (Javanese language knowledge), ngadat toto coro Jowo (learn Javanese cultures), and many more.

“Actually, pranatacara is not a new things for us, but we almost never used it anymore, that’s why we often laugh when Permadani teach us for a first time,” Sugeng said. The most difficult thing of pranatacara’s is learned how to speak kromo inggil and Javanese literature. Students must memorize it and practice in front of their class.

Nuraini is the best pranatacara’s student. He got highest scores on a pranatacara’s test. “Well, I don’t know why, maybe because I was very interested, so easy for me to do it,” Nuraini said. Javanese language is not new things for him. He used it on his daily conversation. “Even I’m not expert on it, but I usually used it at home, especially with my family,” he said.

Sadly, became the best pranatacara put him on a difficult situation. His friends often used Javanese for a joke. Nuraini’s friends more interest to modern Indonesian slank language. “Not like me, my friends used Jakartans dialog, so that why they made kromo inggil as joke, but honestly, I don’t care about it,” he said.

Febri Yogawati, another pranatacara student saw pranatacara as a deep meaning language. When she was thought it for a first time, she was amazed. “Especially when I was learned about Javanese literature, I was found many philosophies sentence hided on it,” she said. That’s why Febri have planned to learn more about Javanese literature in a college after graduate from senior high school.

Febri said it’s important for students to learn more about local cultures. By it student can understand more about their local wisdom, which also have a deep meaning. “It’s very useful for us, we can see our life deeper,” she said. The pranatacara’s student has graduate on May 10.


15 May 2008

ITS Maritime Challenge Team Join International Atlantic Challenge 2008

Iman D Nugroho

The Sepuluh November Institute of Technology (ITS) of Surabaya's prepares team to join international maritime game called International Atlantic Challenge (IAC) in Jakobstad City of Finland on July 27 until August 3. The Team which called ITS Maritime Challenge (IMC) will use 12 meters boat which originally design by them selves.


IAC is an international experiential education organization operating in many nations. Atlantic Challenge International programs practice, share, and encourage the rise of the skills of the sea including boat building, sailing, rowing, and seamanship. Its activities bring youth together with the intent of fostering cultural and global understanding.

The “roots” of the Atlantic Challenge movement come from the teachings of Kurt Hahn (1886-1974), one of the twentieth century’s greatest educators. Hahn firmly believed in the value of experiential education and that self discovery comes through challenge. David Byatt, Atlantic Challenge International Trustee from the UK, had the good fortune to be educated by Hahn in the late 40’s, and to teach at Hahn’s school, Gordonstoun, for over twenty years. David has this to say about Kurt Hahn:

Hahn felt that the way to satisfy this desire for a challenge and to meet it in a harmless and formative way was to send young people out into the hills and onto the sea so that they might be challenged by the forces of nature and learn to meet with them and treat them with respect. In so doing they would learn about themselves and their fellows at the same time.

Although Hahn himself was not a recreational sailor, he understood what experience at sea could do for those who ventured forth, and who are challenged and developed as a result. To preserve the spirit, Atlantic Challenge International sponsors a friendly contest of seamanship in Bay gigs, held in a different host country. Lance Lee (USA) and Bernard Cadoret (France) initiated Atlantic Challenge in 1986, when gigs from these two countries competed under the statue of liberty. Over 12 nations and 55 Bay gigs have been built worldwide.

ITS IMC which all around with 17 college students, 13 men and 4 women, has officially launched this Wednesday, May 14 by ITS Vice Chairman, Prof Dr Ir. Suasmoro DEA. He hopes IMC will struggle hard to reach the best position on that event. ”I give my trust to this team, I knew that they have prepared everything and will never give up even they facing very bad situation,” he said.

By joined in this event, Suasmoro said, is not only continuing ITS tradition to be Indonesian representation team on international events, but also train their soft skill. Hopefully, students especially members of IMC can get many advantages from it. “For example, the IMC can build connection with students around the world, its very useful for their futures,” he said.

Team adviser Dhaniel M. Rosyid said IMC can be student’s leadership and teamwork training arena, two most important elements in student’s future. Otherwise, Dhaniel hopes IMC can be one of ITS’s achievements and makes this country proud with it. On 2004, ITS team became a winner for the same even which held in France. Unfortunately on IAC 2006 in Genoa, Italy, ITS team only got fourth place of 14 participants from 14 countries.

Much hope means hard work for IMC. The team which built in November 2006 used tide selections to found 17 IMC members from 77 applicants. After they were trained for eight months, finally IMC announced 17 best students to join IMC in Jakobstad, Finland. “After we were chose, we must get involve in our two different training programs, “sea training” and “land training”,” Fadwi Mukti Wibowo, IMC Team Coordinator said.

They were taught many things on that training season. On “Sea training” for example, IMC members have to learn how to use oar, ride a sailboat, sea navigation and many thing which useful on sea. “Land training” focus on physic and rope skills. “Its very hard training, but it will very useful for us,” Fadwi said. He wishes his team can reach The Spirit of Atlantic Challenge Award, the “roll trophy” of IAC (piala bergilir).

For reach their dreams, IMC have to try harder. When 17 best students chosen, they faced hard train. Such as ride a sailboat in three different weathers, rainy, summer and windy, which might happen in Finland. “We were trained in a maximum hot weather or sail the boat through two meters wave,” Fadwi said.

Beside prepared their physic, IMC have rebuilt and repaired their sailboat. Learn from previous team, which got broke pole, they designed stronger pole and sail to keep work even wind blows fast. The team have remade their oar too. They use lighter and stronger woods with wider point. “We combine jati and pinus tree woods which will produce more power but less energy,” he said.

Now, the 11,29 meters long and 6 meters high sailboat is ready to use. Shipping through Helskinsky to Finland, IMC’s sailboat called MERDEKA, scheduling arrives on Jakobstaad on July 15. “We’ll try to show the world that we are really-really come from maritime country,” he said. Not only that, IMC have plan to show their art talent by perform Karawitan or Javanese music, Reyog Ponorogo and Malang Mask dance.



12 May 2008

Student Protest on National Education Day

Iman D. Nugroho

The commemoration of National Education Day in Airlangga University of Surabaya on Monday (12/05), with President Susilo Bambang Yudhoyono as a keynote speaker, was colored with students demonstration. The protesters demand President SBY to step down, because he cant solve many problems in Indonesia.


The rally initially was peaceful with thousands of students from 24 student groups in Surabaya. Carried a groups flags and posters, students start a demonstration at Manyar Kertoarjo Street, about 1 Km from "C" Campus of Airlangga University, also guarded by hundred policemen. The officer builded a police lines to make protesters stay in demonstration area.

During the protesters statement, President SBY is unsuccessfull president. Goverment cant solve many problems in Indonesia. Such as foodstuff and kerosene price increase, bad nutrition, problem of outsourching workers, high cost educations and more. "Thats why we demand SBY to stepdown, now!" said protester.

At the same times, on celebration National Education Day in Airlangga University, President SBY has recieved by the documents of solution of Airlangga University Student Council (BEM). President SBY gives his award for the document which shows how the nation can solve issues. Like preparing human and nature resource for people, law inforcement in a corruption case (BLBI), free health and education, control foodstuff price, energi management, birocratics reform, erased mafia of court and environment issues.

President SBY says that goverment will evaluaete mining contracs with brings a demerit for Indonesian people. Mean while, regarding of coruption issue, the president explain that goverment shows their comitment to ecadicate corruption. He hopes indonesian people will support goverment's good will.

After delivering his speach, President SBY accompanied by saverals ministers visited Suramadu Bridge using Indonesian Navy Ship KRI Dr.Soeharso and visited Rumah Pintar Dolpin at East Indonesia Navy Base (Armatim) Complex.


11 April 2008

Hadapi KRI-KRCI, ITS Siapkan Lapangan Ujicoba Senilai Rp 50 Juta

Press Release

Menghadapi kompetisi di ajang Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) yang sudah makin dekat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pun telah menyiapkan lapangan ujicoba yang dirancang sesuai lapangan lomba yang sebenarnya.


Lapangan ujicoba di lantai 3 Gedung Student Community Center (SCC) ITS yang digarap dalam waktu sekitar dua minggu terakhir ini, mulai digunakan para tim robot dari ITS untuk melakukan simulasi lomba. “Simulasi ini penting untuk mengukur atau mengetahui sejauh mana kemampuan robot-robot yang telah kami buat untuk kesiapan bertarung,” tutur Rudi Dikairono, salah satu pembimbing tim robot KRI-KRCI ITS yang didampingi rekannya Ahmad Zaini.

Ada tiga jenis lapangan ujicoba yang disiapkan. Yakni lapangan untuk KRI seluas 1.450 x 1.300 cm2, lapangan untuk KRCI divisi Expert 300 x 612 cm2dan untuk KRCI divisi Senior luas 248 x 248 cm2. Ketiga lapangan dirancang semirip mungkin atau disesuaikan dengan standar lapangan lomba yang sebenarnya.

”Untuk pembuatan lapangan ujicoba di ITS ini, kami telah alokasikan dana sekitar Rp 50 juta,” ungkap Ir Wiratno Argo Asmoro MSc, ketua I panitia KRI-KRCI Regional IV ditemui di sela ujicoba lapangan, Kamis (10/4).

Untuk kompetisi ini, tim dari ITS diwakili oleh tim Robot Koumori untuk KRI. Untuk KRCI divisi Senior Berkaki diwakili tim al-Fajry, Senior Beroda oleh tim az-wad. Sedangkan untuk KRCI divisi Expert Single diwakili tim TnT dan Expert Swarm diwakili tim Twin_Junior_03.

Untuk lapangan KRI juga dirancang sesuai tema di ajang internasional ”Govinda” yang bakal dilangsungkan di Pune, India pada September mendatang. Yakni berupa lapangan yang terbagi dalam dua bagian, bagian dalam seluas 8x9,5 meter dan bagian luar seluas 13,5x14,5 meter.

Dalam pertarungan nantinya, tiap peserta harus mampu mendapatkan poin sebanyak-banyaknya dalam waktu maksimal tiga menit. Poin antara lain didapat dari bola-bola yang disebut cheese yang terletak di atas delapan tiang yang berjajar di tepi lapangan dalam. Masing-masing bola cheese senilai 1 poin, sedang penyangganya 2 poin. Jadi bila mampu mengambil keduanya mendapat 3 poin.

Selain itu, juga balok-balok yang disebut butter yang terletak di atas tiga tiang yang berada di tengah lapangan. Di antara tiga tiang tersebut, satu tiang di tengah setinggi 1,5 meter berisi yellow butter senilai 12 poin akan menjadi pusat perebutan dua peserta yang bertarung.

”Tim yang berhasil mendapatkan yellow butter lebih dulu berarti sudah bisa disebut Govinda atau menang,” ujar Wiratno. Sedang white butter yang berada di dua tiang samping masing-masing bernilai 6 poin.

Tapi untuk kompetisi tingkat nasional, tema internasional itu diadaptasi dengan budaya Indonesia dan diberi nama Panjat Pinang. Meski demikian, aturan keseluruhannya tidak jauh berbeda dengan ajang tingkat internasional tersebut.

Pada kompetisi KRI ini, ada empat robot yang disiapkan. Yakni tiga robot otomatis yang akan bertarung di lapangan bagian dalam dan sebuah robot manual beroperasi di lapangan luar untuk mengambil bola-bola cheese.

Robot otomatis tidak boleh memiliki tinggi lebih dari 1,3 meter dan tidak boleh saling bersentuhan dengan robot lawan. Sedangkan robot manual tidak boleh sedikitpun melewati area hijau di lapangan bagian dalam.

Untuk regional IV yang meliputi wilayah timur Indonesia ini, ada 22 tim robot KRI dan 53 tim robot KRCI yang lolos dan diharuskan mengirim video sebagai pengganti visitasi ke panitia pusat atau Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Video ini harus sudah diterima Dikti pada 14 April. ”Tim yang lolos seleksi video ini nantinya yang berhak bertarung di kompetisi masing-masing regional, dan dari tiap regional diambil tiga pemenang untuk dtarung lagi tingkat nasional di UI, Jakarta pada 14 Juni,” imbuh Wiratno.

25 March 2008

FK di Indonesia Pilihan Pertama Malaysia

Keinginan kuliah di luar negeri yang begitu besar bagi mahasiswa Malaysia mendorong Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato’ Zainal Abidin Zain dan Menteri Penasihat (Pendidikan) Kedubes malaysia di Jakarta, Dr. Junaidi Ebu Bakar, BA., MA., HRM., Ph.D., Selasa (25/3) ini berkunjung ke Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.


”Kami datang kemari untuk mencari peluang belajar bagi pelajar kami untuk study di luar negeri, karena di Malaysia tak cukup tempat untuk menampung. Jadi kita datang untuk membantu mereka mencari peluang, dan Indonesia merupakan satu dari beberapa negara yang ditetapkan pemerintah Malaysia untuk belajar bagi mahasiswa kami. Tetapi kita memebri khusus kesempatan kepada kedokteran, pergigian, dan farmasi,” kata Dato’ Zainal Abidin Zain.

Dihadapan Wakil Rektor I (Bidang Akademik) Unair, Prof. Dr. Mohamad Zainuddin, MS., Apt., dan beberapa dekan Unair, Dato’ Zainal Abidin Zain mengatakan dari 20-an Perguruan tinggi negeri di Negeri Jiran itu, hanya empat universitas yang membuka FK.Sedangkan PTS banyak. Karena Targetnya sampai tahun 2010 Malaysia sudah harus punya 29.000, tetapi yang ada diperkirakan baru 27.000 dokter.

”Sama seperti di Indonesia, kami juga mengejar jumlah dokter yang ada,” kata Dato’ Zainal AZ. Ia berharap kuota yang tertampung di Indonesia lebih banyak, sebab hingga sekarang ini mahasiswa asal Malaysia yang belajar di Indonesia terdapat 4.500 orang. Mereka belajar di 13 universitas, diantaranya UI, UGM, Unair, Unibraw, Unpad, USU, dan hanya dua PTS yang diamsuki diantaranya Univ. Trisakti.

Dari 4.500 mahasiswa Malaysia itu 75% belajar di FK, FKG dan Fak farmasi,sedang 25% di Fak. Ekonomi, Hukum, veteriner, dsb. Khusus yang belajar di Unair, menurut Prof. M Zainuddin, mahasiswa asal Malaysia disini tercatat sebanyak 120 orang. Rinciannya, 80 belajar di FK, 15 mahasiswa di FKG, dan 25 orang di Fak. Farmasi. Di Unair bahkan ada yang mengurusi secara khusus bagi mahasiswa asal Malaysia, yaitu Prof. Dr. Achmad Sjachrani.

Posisi mahasiswa asal Malaysia ini, tambah Prof. Zainuddin, akan menunjang dibukanya kelas internasional di FK Unair dan di beberapa fakultas di Unair. Kelas internasional itu sesuai dalam academic milestone Unair untuk mengeja internasionalisasi Unair tahun 2009. Pada kelas itulah akan menampung mahasiswa dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Usbekistan, Iran, dan Nigeria.

17 March 2008

Laptop Murah Untuk Sivitas Akademika

Iman D. Nugroho
Press Release

Laptop sudah menjadi kebutuhan sehari-hari di lingkungan sivitas akademika. Berdasarkan hal itu pula ITS melakukan penandatanganan MoU dengan Acer Indonesia untuk memberikan laptop dengan harga terjangkau untuk para sivitas akademika ITS. Hanya dengan menunjukkan kartu mahasiswa ataupun tanda pengenal staf ITS dapat mendpaatkan harga khusus. ’’Dapat harga yang affordable, murah. Tapi bukan murahan,’’ Presiden Direktur Acer Indonesia Jason Lim.


Jason menyatakan kerjasama ini dilakukan dengan 30 universitas di Indonesia. ’’Untuk Surabaya universitas pertama adalah ITS,’’terangnya. Pemberian harga dan produk spesial kepada sivitas akademika ITS ini merupakan salah satu dari wujud kerjasama ini. ITS dinilai sebagai institut yang mumpuni dan terbesar di wilayah Indonesia Timur.

"ITS kampus wireless, mahasiswa dengan notebook berarti sudah membuka diri terhadap dunia luas,’’tambahnya. Jason menyatakan kerjasama dengan universitas ini merupakan bentuk komitmen Acer kepada bangsa. Saat ini salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan adalah tentang produk Acer sendiri. Apalagi, Acer menempati posisi marketshare tertinggi di Indonesia sebesar 35 persen. Sementara untuk peringkat dunia menduduki posisi kedua tertinggi.

Sudah tiga tahun berturut-turut ini Acer mengkampanyekan e-learning kepada masyarakat luas. Kerjasama semacam ini adalah tindak lanjut dari pembudayaan e-learning tersebut.

Dia berharap ke depan, Acer dan ITS dapat mengembangkan kerjasama di bidang lain, seperti pengembangan software ataupun laboratorium multimedia. ’’Kita akan coba jajaki bidang mana saja yang dapat dikerjasamakan,’’lanjutnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Pembantu Rektor IV Eko Budi Djatmiko.

Eko menegaskan saat ini meninggalkan IT adalah hal yang sangat tidak mungkin. Dirinya mencontohkan jurusan-jurusan yang ada di ITS. ’’Yang berbasis IT sekarang tidak hanya Teknik Informatika saja. Beberapa jurusan juga mulai menggabungkan IT dengan ilmu-ilmunya,’’tandasnya.

Untuk ke depannya, pengembangan software adalah salah satu yang akan dijajaki dengan Acer ’’Mungkin bisa nanti kita mengembangkan desa IT. Di Jogjakarta kan sudah ada desa animasi,’’tegasnya.

15 March 2008

Peserta Final Olimpiade Matematika Hadapi Alcombi

Menyisakan sebelas tim dari ketegori SMA dan dua belas tim kategori SMP, babak final Olimpiade Matematika ITS (OMITS) 2008 berlangsung seru. Di babak ini, para finalis ditantang untuk memecahkan tiga soal algoritma combinatorik (alcombi) dalam batasan waktu sepuluh menit. Dengan soal tersebut, mereka diuji kecekatan dan ketelitiannya dalam melakukan penalaran matematis.


Matematika tak hanya cukup dengan menghafal rumus saja, namun pemahaman akan penerapan kaidah matematika pada suatu kasus harus diperhatikan pula. Dan itulah yang ditunjukkan dalam babak final OMITS 2008, Minggu (9/3). Sebelas tim dari kategori SMA beradu strategi memecahkan soal alcombi yang diberikan dewan juri.

Masing-masing dari tim diberi waktu 90 menit untuk memecahkan tiga soal tersebut. Waktu yang disediakan itu sudah termasuk toleransi untuk menyalin uraian jawaban ke lembaran kertas dan lembaran mika. Jawaban di lembaran kertas nantinya akan diberikan ke dewan juri untuk dikoreksi, sedangkan lembaran mika dipersiapkan untuk sesi presentasi. Usai menjawab soal, peserta dilarang untuk ke luar, mereka dikarantina dalam satu ruangan.

Baru pada saat menjelang presentasi, tiap tim dipanggil secara bergantian untuk mempresentasikan jawaban mereka. Di sinilah bagaimana ketangkasan tiap tim terlihat. Selama sepuluh menit, mereka diberi kesempatan memamerkan strateginya dalam mengocek rumus dan angka.

Untuk diketahui alcombi merupakan permasalahan matematis yang membutuhkan penalaran dan analisis tajam. Secara detail, soal alcombi yang diberikan meliputi permasalahan segitiga dalam lingkaran, KPK dan FPB, serta soal kuadrat sempurna. Ketiga soal tersebut sama untuk tiap timnya. Sehingga untuk menghidari adanya kecurangan, panitia memisahkan mereka dan melakukan karantina usai mengerjakan soal.

Meski dari sekian peserta merasa optimis atas jawabannya, tapi ternyata ada saja kesalahan yang muncul yang diungkit oleh dewan juri. Bahkan, variabel tanpa keterangan pun disoroti oleh juri.

Saat presentasi dari tim SMA 1 Kharisma Bangsa Jakarta misalnya. Kendati mereka dengan jitu mampu menyelesaikan soal yang diberikan, tapi adanya beberapa rumus dengan variabel yang dianggap tak berhubungan menyebabkan juri pun memberondong mereka dengan bermacam pertanyaan. "Kalau ada variabel tambahan, mohon diberi keterangan. Sehingga tak menimbulkan kerancuan," ujar salah seorang juri.

Pengalaman yang sama juga dialami oleh tim dari SMA 1 Balikpapan. Mereka sempat diingatkan oleh tim juri agar berhati-hati dalam memahami kasus yang diuraikan soal. Karena, asumsi sekecil apa pun pasti akan mempengaruhi proses penyelesaiannya. "Terima kasih kepada dewan juri karena telah mengingatkan. Ketidaktelitian kami tak lepas juga dari tekanan waktu yang diberikan, apalagi soal yang diberikan juga standar olimpiade nasional," ujar salah seorang wakil SMA 1 Balikpapan yang masih duduk di kelas X itu.

Final OMITS 2008 untuk kategori SMA ini berlangsung hingga tengah hari. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan final untuk kelompok SMP. Dari total 23 finalis tersebut, nantinya akan dipilih sepuluh pemenang, dengan jatah lima terbaik bagi tiap kategorinya.

"Selain memperebutkan piala Menteri Pendidikan Nasioanal (Mendiknas), piala gubernur, dan piala rektor, khusus juara kategori SMA nanti bisa direkomendasikan untuk mendapat beasiswa prestasi dari ITS," tutur Firman Maghfirah Hidayah, Ketua Himpunan Mahasiswa Matematika ITS. HUMAS-ITS, 9 Maret 2008.

11 March 2008

Science For Kids, Langkah Cerdas Memperkenalkan Matematika dan IPA

Pelajaran matematika dan IPA tak selamanya menjadi momok bagi siswa Sekolah Dasar (SD). Buktinya, sebanyak 90 siswa SD justru bersemangat mengikuti Science For Kids di gedung Rektorat ITS, Selasa(11/03/08) ini. Mereka disuguhi berbagai macam aplikasi ilmu Matematika dan IPA atau MIPA dalam kehidupan nyata.

Beberapa trik yang sering disajikan dalam pertunjukkan sulap, diterangkan secara ilmiah kepada mereka. Seperti cara menarik taplak meja tanpa menumpahkan makanan di atasnya. Anak-anak pun berdecak kagum. ”Wah seperti sulap ya,” ujar Ahmad Zulkarnain, siswa SD Mabadiul Ulum, usai menyaksikan tayangan di video interaktif tentang aplikasi hukum Hukum Newton itu.

Respon tak kalah seru juga diberikan saat mereka melihat tayangan video tentang resonansi, pemuaian benda juga tentang listrik. Cerita tentang lampu neon adalah salah satunya. ”Lampu ini bisa menyala karena diisi dengan gas kripton, tapi sudah terlanjur disebut lampu neon,” terang Nailul Hasan, mahasiswa MIPA Fisika saat menerangkan aplikasi ilmu fisika di dalam kehidupan nyata.

Para siswa yang mayoritas mengaku tidak senang mengfavoritkan pelajaran matematika ini justru antusias mendengarkan penjelasan tentang statistika. Ilmu hitung-hitungan yang terkesan rumit, menjadi lebih menyenangkan saat disampaikan melalui game dan kuis. ”Statistika itu sahabatnya angka dan saudaranya matematika,” jelas mahasiswa jurusan Statistika Novita.

Cara mengenalkan sains dengan cara sederhana kepada anak-anak SD ini memang yang menjadi tujuan utama dari program Science for Kids. Anak-anak yang rata-rata duduk dibangku kelas 5 SD menjadi sasaran utama pengenalan ilmu-ilmu pasti dasar ini. Mereka adalah perwakilan dari SD Menur Prumpungan, SD Mabadiul Ulum, SD Islam Raden Patah, SD Yapita, dan SD Klampis Ngasem I.

”Kami ingin sekali mengenalkan MIPA sebagai basic science kepada anak-anak SD,” papar PD III FMIPA ITS Bandung Arisanjoyo. Mulai matematika, biologi, fisika, kimia, hingga statistika. Selama ini, ilmu MIPA masih dianggap sebagai momok oleh anak-anak sekolah. Padahal, menurut Bandung, dengan cara penyampaian yang sederhana MIPA gampang dimengerti oleh anak-anak sekalipun.

”Ini kesempatan untuk membuat anak-anak menyukai pelajaran MIPA,” lanjutnya. Di hadapan anak-anak SD, Bandung menyatakan pentingnya mempelajari ilmu MIPA. ”Peran matematika dan IPA tidak bisa diabaikan dalam pengembangan sains dan teknologi,” jelasnya. Karenanya, Bandung berpesan agar anak-anak SD lebih tekun belajar dan tidak bosan-bosan mempelajari MIPA.

06 March 2008

ITS Tebarkan Virus di Enam Kampus

Iman D. Nugroho

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melalui Center For Enterpreneurship Development (CED) menebar virus. Bukan virus berbahaya sih, melain virus technopreneurship atau wirausahawan bidang teknologi. Keenam kampus yang akan disebari virus itu adalah Universitas Negeri Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Negeri Jember (Unej), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Negeri Brawijaya (Unibraw), Universitas Kristen (UK) Petra dan tentu saja ITS sendiri.

Ketua Technopreneurship CED Ir. Mudji Irmawan mengatakan, upaya ini ditujukan untuk membumikan technoprenuer di kalangan mahasiswa. Tiga tahun silam, saat pertama kali dirintis, technoprenuer ditujukan untuk intern mahasiswa ITS. Tidak sia-sia, sejak saat itu, CED sudah mempunyai beberapa unit usaha yang dikerjakan oleh mahasiswa. "Ada bidang IT, pengolahan tumbuhan, hingga budidaya perikanan," ujarnya.

Para mahasiswa memproduksi mesin dan teknologinya, sementara yang melaksanakan adalah para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). "Mereka sudah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri,’’ kata Mudji. Hal semacam inilah yang akan ditularkan CED ke kampus lain-lain. "Karena itu, kita sebarkan virus technopreneurship ini ke enam kampus, saya yakin ada gunanya," ujarnya.

Technopreneur juga bisa dilihat sebagai bentuk tanggung jawab institusi terhadap mahasiswanya. Semacam layanan purna jual mahasiswa oleh institusi kampusnya. Selama ini kebanyakan institusi pendidikan lepas tangan dengan produk sarjana yang telah dihasilkan. "Mereka nggak peduli apakah lulusannya itu bekerja, atau tidak. Lepas dari kampus ya sudah lepas begitu saja,’’ kata Direktur CED, Widya Utama.

Dengan program CED, mahasiswa sudah disiapkan sejak dini untuk mampu terjun dan berkembang di dunia usaha. Apalagi potensi mahasiswa untuk menghasilkan teknologi yang layak jual sangat besar. Selama ini, ide pemikiran kreatif mahasiswa masih banyak yang mandeg di tataran skripsi. "Setelah tugas akhir dibukukan ya sudah. Padahal itu bisa jadi uang," terang Widya yang juga dosen mata kuliah Fisika ini.

Widya mencontohkan PR (pekerjaan rumah) para mahasiswa teknik informatika berupa game. Walau sekedar PR, namun game karya mahasiswa ini sangat menarik bagi anak SMA ataupun SMP. "Game yang hanya PR ini kan bisa dijual. Kalau bayar baru bisa download, si mahasiswa pencipta juga mendapatkan royalti setiap karyanya didownload," paparnya.

Dia berharap road show workshop ke enam kampus ini nantinya dapat menjadi jejaring program technopreneurship. "Angan-angan ke depan setiap kampus punya produk hasil karya mahasiswanya sendiri," lanjutnya.

Sebagai langkah pendukung lainnya, dalam waktu dekat ini CED ITS akan meluncurkan situs toko online. Situs ini akan menjembatani penjual dan pembeli dari berbagai tempat. "Namanya masih belum diputuskan," ujarnya. Dan sebagai langkah terobosan baru, pembayaran atas hasil transaksi cukup melalui SMS yang disponsori oleh provider Telkomsel. "Kita akan launching toko online ini 17 Maret mendatang," pungkasnya.

16 February 2008

Guru Besar Matematika ITS Pertama

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menambah satu lagi guru besar. Prof. Dr Basuki Widodo, MsC dinobatkan menjadi guru besar matematika ITS yang pertama. Pria kelahiran Surabaya 5 Juni 1965 ini sekaligus menjadi guru besar termuda dalam sejarah ITS. ’’Kebetulan saya dapat SK ini September lalu dalam usia 42 tahun,’’ujarnya dalam konferensi pers pengukuhan guru besar di rektorat ITS, Kamis (14/2). Dengan pengukuhannya ini, Basuki menjadi guru besar ITS ke 64, ke 10 di FMIPA, dan pertama di Jurusan Matematika.

Basuki merupakan pakar ITS dalam bidang permodelan dan simulasi Matematika. Permodelan matematika miliknya sangat aplikatif. ’’Bidang ini bisa diterapkan di berbagai bidang ilmu,’’lanjutnya. Mulai Kelautan, lingkungan, perkapalan, pertahaman, material, geofisika, mekanika, ekonomi, kedokteran, teknologi pangan, hingga pertanian.

Seperti penghitungan angka mekatian ibu melahirkan, mengetahui kadar dipersi atmosfer di udara, hingga mengetahui jenis tanaman yang paling efektif menyerap CO2. ’’Permodelan ini juga pernah digunakan dalam bidang pertanian,’’lanjutnya.
Seperti riset terhadap tanaman kedelai jenis wilis yang dilakukannya bersama mahasiswa bimbingannya 2007 lalu. Hasilnya, permodelan ini dapat menghitung hama kedelai sekaligus menemukan solusi cara pengendalian hama kedelai tersebut tanpa proses kimiawi. ’’Caranya dengan mengetahui masa-masa hama tersebut. Kapan dia makan, kapan dia menyerang polong kedelai bisa diketahui dengan tepat,’’lanjutnya.
Tak hanya di bidang pertanian saja. Permodelannya telah dikembangkan menjadi sebuah software bernama Stealth Profiler. Software yang dibuat sejak tahun 2006 ini memang khusus dikembangkan untuk bidang pertahanan dan keamanan. ’’Ini software untuk mendeteksi stealth atau unsur siluman sebuah benda,’’lanjutnya.

Selama ini telah terdapat sotware untuk memprediksi RCS (Radar Cross Section) diantaranya CADRCS, EPSILON, dan RadBase. Keistimewaan software milik Basuki ini adalah asli buatan sendiri dan tidak mengadopsi ataupun pengembangan dari software-software yang ada. ’’Akses untuk mendapatkan sotfware-software itu tidak mudah, dan tidak dapat dimodifikasi sesuai dengan keperluan pengembangan teknologi stealth di Indonesia,’’papar pria yang juga menjabat sebagai ketua Jurusan Matematika ini.

Menurut bapak tiga anak ini, setiap benda pada dasarnya memiliki unsur siluman, yaitu dapat memancarkan gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh radar. Semakin kecil gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh suatu benda, maka semakin besar sifat siluman pada benda tersebut.

’’Selama ini kita (Indonesia-red) masih belum bisa menghitung tingkat stealth suatu benda. Makanya gampang dimanipulasi oelh pihak-pihak asing,’’tambahnya. Sebagai contoh, teknologi stealth yang digunakan kapal nelayan luar negeri sudah sangat-sangat canggih. ’’Mereka bisa lolos terus dari pantauan radar kita karena tingkat penghitungan stealth mereka jauh lebih maju,’’ujarnya.

Dengan software ini, tingkat siluman sebuah benda dapat diketahui dengan pasti. Sehingga, alutsista yang memang membutuhkan stealh yang lebih tinggi dapat dibuat. ’’Saya pernah menghitung tingkat stealth tenda, kapal selam, pesawat, hingga orang,’’pungkasnya.

06 February 2008

ITS Membuka Kuliah Gratis Untuk PNS

Program kuliah gratis kembali di buka di Surabaya. Setelah sebelumnya memberikan kesempatan kuliah gratis bagi warga Sukolilo, Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali membuka program kuliah gratis. Kali ini untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Program beasiswa Pendidikan Profesional ini dibuka untuk program diploma III (D-3) dan diploma IV (D-4) Teknik Sipil FTSP-ITS. Koordinator Bidang II Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Menurut Machsus mengatakan, program ini ditujukan untuk membantu kekurangan tenaga di bidang konstruksi di kabupaten/kota di Indonesia. ’’Ini sudah jadi program tahunan kami,’’ katanya.

Machsus menyatakan program ini adalah hasil kerjasama dengan Pusat Pembinaan Teknologi Konstruksi (Pusbiktek) Departemen Pekerjaan Umum. Sasaran program ini adalah PNS di lingkungan kabupaten/kota se-Indonesia. Meski begitu, berdasarkan pengalaman sebelumnya kebanyakan peserta program ini masih didominasi wakil dari kabupaten dan kota di Jawa Timur. ’’Padahal kita tidak membatasi hanya untuk area Jatim saja,’’ lanjutnya.

Namun, Machsus tetap optimis keberadaaan otonomi daerah dapat menyerap peserta program ini lebih luas lagi. Karena permintaan dari daerah lain di luar Jatim cukup banyak. Persyaratannya pun relatif mudah. Untuk peserta program D-3 ditujukan bagi PNS yang telah mengantongi ijazah SMU/SMK. Sedangkan untuk program D-4 ditujukan untuk PNS yang berijazah Sarjana Muda/D-3.

"Hanya biasanya info ini tidak sampai kesana,’’ ujarnya. Seperti tahun sebelumnya, program kuliah gratis tahun anggaran 2008 ini hanya dibatasi untuk 20 orang PNS saja pada masing-masing jenjang pendidikan. ’’Pendaftaran sudah dimulai dibuka di ITS Kampus Manyar,’’tambahnya. Sedangkan proses seleksi direncanakan 15-16 April 2008. Pemberian beasiswa ini dilakukan secara penuh dari semester awal hingga lulus D-3 ataupun D-4 nanti.

02 February 2008

17 Perguruan Tinggi Indonesia Masuk Dalam Top 5000 World Universities

Unair Menempati urutan ke-557 Rich Files Indicators

Universitas di dalam negeri terus memperbaiki diri. Setelah sebelumnya hanya memasukkan 14 universitas dalam Top 5000 World Universities, kali ini 17 universitas di Indonesia masuk dalam jajaran daftar universitas terkemukan di dunia. Tidak hanya itu, kenaikan peringkat ditunjukkan oleh beberapa universitas. Seperti Unair, UGM, ITB, IPB, ITS, Unhas, Universitas Gunadarma, dan Poltek Elektronika Negeri Surabaya sebagai pendatang baru.

Tidak hanya itu, Unair, yang sebelumnya berada dalam jajaran empat besar perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Times Higher Education Supplement (THES) pada akhir tahun 2007, sekarang posisi Universitas Airlangga masuk dalam Top Webometrics Rankings of World Universities. Semuanya dimuat dalam publikasi Webometrics dalam Top 4000 World Universities.

Untuk regional ranking of South East Asia, Unair yang semula berada di peringkat ke-95, kali ini akan lompat hingga peringkat ke-75. Bahkan untuk world ranking, Unair berhasil menanjak hingga 863 tingkat. Hal itu dikatakan Direktur Sistem Informasi Unair, dr. Dripa Sjabana, M.Kes, Jumat (1/2/08) ini.

Menurut Dripa, publikasi yang dikeluarkan oleh Webometrics, sebenarnya belum menunjukkan ranking sebuah Perguruan Tinggi secara keseluruhan. Namun arahnya lebih kepada pemanfaatan Information and Communication Technologies (ICT) melalui keberadaan institutional web domains. "Melalui cybermetric indicators, Webometrics menilai penggunaan dan pemanfaatan sains dan teknologi yang ada pada Perguruan Tinggi dunia," terang Dripa.

Seperti diketahui, tahun lalu Universitas Airlangga masih tertinggal di peringkat ke-97, kemudian berhasil naik dua tingkat pada Juli 2007. Namun tahun ini, Unair malah menggeser posisi Thaksin University Thailand yang sebelumnya di peringkat ke-72. Sementara University of The Philippines Manila yang sebelumnya di posisi ke-63 Asia Tenggara, kini berada di bawah dominasi Unair.

“Jadi dalam setahun ini world ranking Unair bisa melonjak hingga 1415 tingkat,” kata dr Dripa. Lebih jauh, dalam ranking yang dikeluarkan oleh organisasi riset yang bermarkas di Spanyol itu, Unair terlihat lebih tajam untuk rich files indicators.

Bahkan untuk indikator ini, Unair mampu mengungguli capaian perguruan tinggi terbaik di beberapa negara Asia, termasuk University of The Philippines Diliman (terbaik Filipina), Universiti Sains Malaysia (terbaik Malaysia), UGM (terbaik Indonesia), dan Ho Chi Minh City University of Natural Sciences (terbaik Vietnam).

Dalam score yang dikumpulkan, untuk rich files indicators ini Unair berhasil di peringkat ke-557 dunia. Artinya Unair meroket naik hingga 4774 tingkat dari tahun sebelumnya. Indikator ini menunjukkan kekayaan file milik Unair yang terekam dari berbagai search engine dunia.

04 January 2008

Bantuan Pendidikan Akan Mengalir ke Korban Banjir

Bantuan untuk korban banjir terus berdatangan. Kali ini bantuan datang dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Bantuan tahap pertama dalam bentuk obat-obatan, makanan cepat saji dan air mineral. Setelah itu bantuan tahap kedua akan difokuskan pada bidang pendidikan pada sekolah-sekolah yang terendam banjir.

Bantuan tahap pertama itu diserahkan Unair melalui Rektor Prof Fasich berupa 60 kardus mie instant dan obat-obatan serta air mineral Rabu (2/1) ini. Bantuan diserahkan langsung oleh kepada masyarakat Bojonegoro di Baurno dan Bojonegoro Kota, serta wilayah Kalitidu melalui posko RSU Dr Soetomo/Unair. Fasich mengatakan bantuan yang diberikan tersebut merupakan bantuan tahap awal karena nantinya Unair melalui Tim Crisis Centre akan melakukan identifikasi dan pemantauan bantuan apa yang diperlukan.

Unair juga akan memfokuskan bantuan tersebut kepada bidang pendidikan, terutamanya sekolahan yang terendam banjir. Dan ini merupakan bantuan jangka panjang. “Sebentar lagi akan Unas (Ujian Akhir Nasional) bagi siswa. Dengan kondisi ini tentu akan berpengaruh kepada para siswa, oleh karena itu harus dilakukan identifikasi, kira-kira bantuan apa yang diperlukan, dan Unair akan membantu, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, karena kami mempunyai para ahli di bidang itu,” ujar Fasich.

Sebelumnya, RSU Dr Soetomo/FK Unair sudah mengirimkan relawan yang terdiri dari 25 dokter serta dari mahasiswa pecinta alam (Wanala). Tim tersebut tersebut sudah melakukan identifikasi persoalan serta kebutuhan yang diperlukan korban banjir. Hasilnya diperlukan air bersih yang cukup serta obat-obatan khususnya obat panas, gatal serta diare. Obat-obatan tersebut diperlukan untuk kebutuhan hingga seminggu ke depan. Apalagi kini para korban tersebut mulai merasakan gatal dan diare. “Kita bahkan sudah mengirimkan Ambulans serta perahu karet milik Wanala yang digunakan untuk evakuasi warga Kalitidu, Purwosari dan Baurno,” katanya.

Rombongan Unair juga sempat mengunjungi posko Unair untuk pengungsi yang terletak di Gedung Wanita Bojonegoro di Jl. Mastrip (sebelah Alun-alun). Tampak beberapa relawan dari FK Unair/RSU Dr Soetomo sedang memberikan obat kepada korban banjir. Menurut salah seorang relawan, kebanyakan pengungsi menderita diare serta gatal namun ada beberapa diantaranya menderita panas. “Mungkin dehidrasi karena kurang minum atau mungkin ada penyakit infeksi,” kata dr Maranatha salah seorang relawan.

Sementara itu dari pantauan, di Posko SMA1 Bojonegoro dan Gedung Wanita, kebanyakan korban tampak mengungsi dengan tergesa-gesa. Hal itu terlihat dari alas yang digunakan untuk tidur yang menggunakan alas seadanya. Begitu juga dengan pakaian yang dikenakan, kata mereka hanya satu-satunya dan menempel di badan.

H. Marni warga Tulungrejo Trucuk ini mengaku ketika mengungsi juga tergesa-gesa karena banjir kali ini tidak seperti biasanya dan cukup deras. Dirinya tidak tahu bila banjir kali ini merupakan banjir kiriman. “Kulo mboten ngertos (saya tidik mengerti) banjir kiriman, pokoke kulo ngungsi mawon cepet-cepet, mergi banjire benter (kencang),” katanya ketika ditemui sedang mengambil obat di posko Unair.

Karena cepat-cepat, dirinya tidak memikirkan lagi kondisi rumahnya, namun ketika ditinggal rumahnya sudah dikunci rapat-rapat. Kini dia mengaku risau karena dari informasi tetangganya yang tidak ikut mengungsi, saat ini banyak penjarahan. Hal senada juga dikatakan oleh Mbah Kusiati (60) warga Kepatihan yang mengungsi di SMA 1. Menurut dia sejak dulu selama dirinya tinggal di Kepatihan tidak pernah merasakan banjir apalagi dengan volume yang cukup besar seperti ini.

”Sekali banjir langsung setinggi rumah. Itu rumah saya hanya tampak atapnya. Ini sudah surut kemarin tidak tampak sama sekali,” katanya. Kusiati yang mengungsi sejak Sabtu kemarin mengaku juga mendengar ihwal pencurian tersebut. Namun dirinya tidak terlalu risau memikirkannya karena yang penting adalah menyelamatkan dirinya dan keluarganya. “Yang penting selamat,” ujarnya.

Kusiati mengaku saat ini dirinya merasakan gatal-gatal terutama di sekitar kaki karena air cukup sulit didapat. Sementara ditempatnya mengungsi juga sulit air, hal ini disebabkan listrik mati sehingga sumur pompa tidak bisa dinyalakan. ”Sejak mengungsi hingga sekarang listrik padam dan setiap malam kami menggunakan lampu minyak tanah. Mandi juga sulit,” katanya. Yang menyedihkan, hingga saat ini kata Kusiati, Pemkab Bojonegoro belum memberikan bantuan sama sekali. Padahal lokasi mengungsi yaitu SMA 1 dan Gedung Wanita terletak di seberang Gedung Pendopo Bupati.

Banjir yang melanda kota Bojonegoro terutama di pusat kota disebabkan papan penutup tanggul yang terletak di Ledok Kulon dan di dekat Terminal lama dijebol oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Akibatnya air langsung masuk dengan sangat cepat ke kota.***

05 September 2007

Olimpiade Sains Nasional Jauh Bawah Standart Internasional

Perjalanan pemenang Olimpiade Sains Nasional (OSN) ke-VI untuk bisa menjadi peraih medali dalam Olimpiade Sains Internasional akan cukup berat. Bukan hanya karena kemampuan peserta dari negara lain yang jauh di atas peserta olimpiade sains Indonesia, namun standarisasi OSN yang berada jauh di bawah Olimpiade Sains Nasional juga menjadi persoalan tersendiri.

Hal itu dikatakan Ketua Tim Juri OSN ke-VI bidang Komputer dan Informatika, Suryana Setyawan pada The Jakarta Post, Rabu (5/9) ini. Suryana menjelaskan, dalam bidang Komputer dan Informatika yang dilombakan di OSN memiliki bobot soal yang jauh lebih ringan dari Olimpiade Sains Internasional dalam bidang yang sama.

“Karena itu, juara dalam OSN dalam bidang apapun, termasuk Komputer dan Informatika, tidak langsung bisa diikutkan pada Olimpiade Sains Internasional karena hampir pasti nilai mereka akan nol, karena bobot soal di Olimpiade Sains Internasional jauh lebih tinggi,” kata Suryana. Untuk itu perlu adanya mekanisme Pelatihan Nasional (Pelatnas) bagi peserta olimpiade sains internasional.

Dalam Pelatnas itu, pemenang OSN akan digembleng dengan materi-materi baru dan lebih mendalam. Bahkan sampai materi-materi yang setingkat dengan materi Sarjana S1, atau bahkan lebih. “Soal-soal yang ada di Olimpiade Sains Internasional setingkat SMA sudah setingkat materi sarjana, dan hal itu tidak diajarkan di sekolah menengah di Indonesia,” kata Suryana.

Dalam pembukaan Olimpiade Sains Nasional ke-VI yang berlangsung di Surabaya Selasa-Kamis (4-6/9), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. DR. Bambang Sudibyo mengatakan standart soal pada OSN ke-VI sudah disetarakan dengan Olimpiade Sains Internasional. Salah satu tujuannya, agar pemenang OSN bisa langsung berkiprah dalam tingkat dunia.

Dalam perhelatan yang diikuti oleh 1182 peserta setingkat SD/SMP dan SMA itu, Kontingen Jawa Tengah mengirimkan peserta paling banyak, sejumlah 111 siswa. Disusul DKI Jakarta dengan 97 siswa dan Jawa Timur sejumlah 70 orang. Semuanya akan berlomba dalam delapan mata pelajaran. IPA, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Komputer dan Ekonomi. Jawa Tengah, sebagai Juara Umum pada OSN ke-V lalu, bertekad mempertahankan gelar juara.

Suryana Setyawan mengungkapkan, salah satu alasan tidak samanya standarisasi OSN dengan Olimpiade Sains Internasional adalah kemampuan siswa yang tidak merata. Para siswa dari kota-kota besar yang ada di Jawa misalnya, seperti Jakarta, Jogjakarta, Bandung dan Surabaya misalnya, memiliki kesempatan untuk mendapatkan fasilitas yang lebih lengkap dari pada siswa di luar Jawa. Kondisi itulah yang membuat pembuat soal OSN harus memilih soal-soal yang tingkat kesulitannya tingkat Medium.

Didi Supriyadi, peserta OSN ke-VI mata pelajaran Ekonomi asal Tegal Jawa Tengah mengaku sudah memperlajari jenis soal yang sama sebelum berlaga di Surabaya. Meski begitu, dia mengaku masih kesulitan dengan soal-soal yang dilombakan di OSN. “Perlu ada logika-logika peserta, tidak semuanya text book, yah,..mudah-mudahan berhasil,” kata Didi, Siswa SMA I Tegal Jateng ini pada The Post.

Irwan Yahya siswa SMA St. Aloysius Bandung yang merupakan peserta OSN untuk ketagori Komputer dan Informatika mengungkapkan, dari empat soal yang diberikan, dua di antaranya adalah soal yang mudah, sementara dua lain cukup sulit. “Meski sulit tapi saya bisa mengerjakan, yah minimal medali perunggu lah,..haha,” kata Irwan yang dalam seleksi tingkat Provinsi menduduki peringkat pertama serta diprediksi menjadi salah satu pemenang ini.

Berbeda dengan Didi dan Irwan, Azlan Indra dari Riau mengaku kesulitan saat mengerjakan soal yang diberikan kepadanya. Meskipun dirinya sudah mengaku mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum berangkat ke Surabaya. “Wah,..saya kesulitan, karena yang dilombakan berbeda dengan yang dipelajari di sekolah,” katanya.