04 September 2007

Didemo Mahasiswa, Presiden SBY Meminta Anggaran Pendidikan Tidak Diselewengkan

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meminta peningkatan anggaran pendidikan disertai dengan perbaikan sistem dan dasar hukum. Sistem dan dasar hukum dibangun untuk mengarahkan anggran pendidikan itu agar sampai ke sasarannya. "Maksudnya (anggaran pendidikan-red) jangan diselewengkan kesana-kemari," kata Presiden SBY dalam kuliah umum berjudul Transformasi Indonesia Dalam Era Globalisasi di Kampur C Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (4/9) ini.

Penegasan Presiden SBY menyangkut anggaran pendidikan itu adalah jawaban dari surat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair kepada Presiden SBY. Dalam surat itu BEM Unair meminta pemerintah tidak hanya terjebak dalam jumlah anggaran pendidikan semata. Melainkan, perlu adanya tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh pendidikan di Indonesia. "Saya setuju dengan pemikiran mahasiswa, karenanya dengan kemampuan yang ada kita serius dalam peningkatan anggaran dengan penggunaan yang terarah pula," kata Presiden SBY.

Di hadapan 500 peserta kuliah umum yang terdiri dari civitas akademiki universitas dari seluruh Jawa Timur itu Presiden SBY menjelaskan, keterarahan yang dimaksud salah satunya berarti tidak menggunakan anggaran pendidikan dengan boros dan betul-betul memperbaiki inftrastruktur yang ada, Termasuk menyediakan fasilitas buku yang murah."Saya teruskan kepada Mendiknas Bambang Sudibyo untuk dicermati lagi, agar kenaikan anggaran pendidikan kita yang tahun ini meningkat 12,3 persen betul-betul mendapatkan sasarannya," kata Presiden SBY.

Dalam suratnya, BEM Unair juga mengaskan sikap mereka yang menolak Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang saat ini sedang digodok DPR-RI. Menurut SBY, mahasiswa memiliki pandangan yang berbeda dengan pemerintah. Menurutnya, sebuah sistem baru yang akan diterapkan pasti didalamnya terdapat sisi negatif dan positif. Hanya saja, Presiden SBY mengajak mahasiswa untuk meyakini tujuan dan sasaran yang akan dicapai RUU BHP adalah tepat.

Kedatangan Presiden SBY ke Surabaya Selasa ini sempat disambut dengan demonstrasi ribuan mahasiswa dari berbagai kelompok. Dalam pengamatan The Jakarta Post, ada empat kelompok yang berdemonstrasi menyambut SBY. Mulai dari kelompok Gema Pembebasan, Kelompok organisasi mahasiswa, PMII, HMI, GMKI, LMND dll hingga kelompok kampus Unair dan Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Ada tiga isu besar yang diusung mahasiswa dalam demonstrasi menyambut Presiden SBY. Pertama adalah penolakan atas kecilnya anggaran pendidikan dalam APBN yang senilai 10,8 persen dari seluruh anggaran, Kapitalisasi Pendidikan Nasional dengan mendorong Perguruan Tinggi menjadi Perusahaan terbatas (PT) serta tidak tuntasnya kasus semburan lumpur Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo yang hingga saat ini belum diselesaikan.

"Kecilnya anggaran pendidikan adalah bukti bahwa pemerintah tidak serius memperbaiki kondisi pendidikan, padahal di sisilain dengan bergantinya status perguruan tinggi menjadi PT, maka hanya kelompok masyarakat yang kaya saja yang bisa mengenyam pendidikan," tulis mahasiswa salam selebarannya.***

07 June 2007

Mahasiswa Korban Lapindo Bersaing Untuk Mendapatkan Beasiswa

Bantuan untuk korban semburan lumpur panas Lapindo Brantas Inc terus mengalir. Kali ini datang dari Singapore Airlines melalui program Singapore Airlines untuk Pendidikan (SIAP). Salah satu bentuknya dengan memberi beasiswa kepada mahasiswa berprestasi yang kesulitan untuk melanjutkan studinya karena masalah keuangan keluarga akibat bencana lumpur Lapindo.

Seleksi dengan wawancara dilakukan oleh tim panel SIAP pada tanggal 7-8 Juni 2007 di Surabaya. Sejumlah 70 kandidat dari beberapa universitas di Jawa Timur, seperti Universitas Airlangga, Institut Teknik 10 Nopember, Universitas Brawijaya, STIE Perbanas, Universitas DR. Soetomo, dan Universitas Negeri Surabaya hadir dalam test lanjutan itu.

Program SIAP telah memasuki tahun terakhir dari periode tujuh tahun, sejak dimulai tahun 2001-2002. Target SIAP pada tahun ke-tujuh ini adalah untuk menawarkan beasiswa kepada pelajar di Surabaya, Malang dan daerah sekitarnya. Beasiswa diberikan agar mahasiswa dapat tetap berkonsentrasi pada pendidikannya, walaupun sedang mengalami masalah karena bencana lumpur panas Lapindo.

“Beasiswa SIAP bertujuan untuk memberi bantuan keuangan kepada mahasiswa dari latar belakang ekonomi sederhana dan memiliki potensi akademik tinggi, yang tanpa bantuan pihak ketiga akan mengalami kesulitan untuk melanjutkan studinya,” jelas General Manager Indonesia Singapore Airlines, Lee Eugene. Beasiswa akan diberikan selama satu tahun penuh.

Program Beasiswa SIAP merupakan program komunitas dari Singapore Airlines untuk Indonesia. Ini adalah program tujuh tahun dengan total alokasi dana sebesar Rp 10 miliar. SIAP diluncurkan tahun 2000-2001 di Jakarta (UI dan IPB), tahun berikutnya seleksi dilakukan di Surabaya (ITS dan Airlangga) dan di Yogya – Solo (UGM & UNS) di tahun 2004. Manado (Universitas Samratulangi dan Universitas Klabat) pada tahun 2005, dengan kunjungan terakhir pada tahun 2006 ke Bandung (Universitas Pajajaran, Universitas Pasundan, Universitas Pendidikan Indonesia dan Institut Teknologi Bandung).

Pada tahun 2002, beasiswa SIAP ditawarkan kepada mahasiswa di Surabaya. Tiga puluh tiga mahasiswa dari ITS dan Unair menerima bantuan keuangan untuk menyelesaikan pendidikan tingginya. Tahun ini, karena terjadi bencana Lapindo, Singapore Airlines memutuskan untuk menawarkan beasiswa kepada mahasiswa dari Surabaya.

Hingga saat ini, secara akumulatif sebanyak 427 mahasiswa dari 12 universitas menerima beasiswa SIAP. Selain itu masih ada 2.336 pelajar SD hingga SMU yang menerima beasiswa SIAP. Seluruhnya ada 2763 pelajar dan mahasiswa yang telah menerima beasiswa SIAP.

14 April 2007

Bersekolah Di Mana Saja, Kehidupan Sebagai Gurunya


Teks Foto: Atas. Aktivitas Sekolah Rakyat Merdeka. Bawah. ID Nugroho sedang ingin narsis, sambil menikmati keindahan Danau Klakah di bawah Gunung Lamongan, Lumajang, Jawa Timur.

---------

Semua orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah. Kalimat yang di dalamnya mengandung semangat untuk terus menuntut dan memberi ilmu kepada siapapun dan di manapun itu, bagaikan napas di Sekolah Rakyat Merdeka. Di sekolah yang terletak di Desa Tegal Randu, Kecamatan Klakah, Lumajang, Jawa Timur itu, mata pelajaran diberikan oleh siapapun dan di manapun.


Lantai mushola Busthanul Athfal berdecit pelan ketika Matruki memasuki bangunan kayu berukuran 10x10 meter itu. Belasan murid yang ada di dalamnya sontak terdiam. Sebagian melirik laki-laki berusia 59 tahun yang duduk bersila di tengah-tengah mereka. Salah satu cucu Matruki duduk dipangkuannya. "Apa semua sudah merenung tentang apa yang sudah kalian kerjakan hari ini?" tanya Matruki memulai pembicaraan dalam bahasa Madura. Belasan anak berusia 7-12 tahun itu tidak menjawab.

"Seperti yang sudah-sudah, kita harus bisa merenung apa yang sudah kita kerjakan, karena dari merenung itu kita akan tahu apa yang akan kita kerjakan selanjutnya," kata laki-laki yang juga mengajar membaca Al Quran sejak 1982 itu panjang lebar. Satu persatu murid-murid yang kebanyakan anak dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal desa setempat itu menjelaskan hasil renungannya. "Kita harus lebih kompak lagi agar bisa lebih pintar," kata Kiki, salah satu murid. Diskusi pun berlanjut, sahut menyahut.

Sekolah Rakyat Merdeka (SRM) adalah salah satu sekolah alternatif di Jawa Timur. Lembaga yang merupakan bagian dari Perguruan Rakyat Merdeka mulai resmi didirikan pada tahun 2005. Sebelumnya SRM berdiri, kegiatan di mushola itu hanya berupa aktivitas belajar ngaji dan bermain yang dimotori oleh Matruki. Dua tahun lalu, ketika aktivis Perguruan Rakyat Merdeka tahu aktivitas itu, mereka bermaksud memperkaya proses pengajaran dengan metode pembelajaran alternatif. Gayung bersambut. Matruki sepakat dengan ide-ide sekolah alternatif.

Kehadiran SRM di desa Tegal Randu ibarat guyuran air hujan di tengah padang kering pendidikan masyarakat setempat. Kebanyakan dari anak-anak Desa Tegal Randu memilih untuk tidak melanjutkan sekolah, karena terhimpit persoalan biaya. Sekolah Dasar menjadi sekolah terakhir yang dinikmati anak-anak desa ini. Setelah itu, bagi yang memilki uang lebih, memilih untuk melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren yang tersebar di Kabupaten Lumajang. Yang kondisi ekonominya pas-pasan, memperdalam agama dengan mengaji adalah pilihan.

"Melalui SRM, kita coba memasukkan ilmu pengetahuan umum melalui cara-cara yang mereka pahami," kata A. Santoso, salah satu pendamping SRM pada The Post yang mengunjugi sekolah itu Jumat (13/04) lalu.Seperti Ilmu Pengetahun Sosial (IPS) yang diterjemahkan dengan diskusi tentang kondisi masyarakat sekitar, termasuk permasalahannya. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dilakukan dengan pelajaran bercocok tanam, mengenal pohon hingga membersihkan saluran air. Hingga Seni dan Sastra Indonesia serta Ketrampilan yang diterjemahkan dengan kegiatan tari, berpuisi dan membuat topeng plus alat musiknya.

Selain sistem pengajaran alternatif, SRM juga membuka ruang bagi murid-murid untuk belajar hal yang mereka anggap perlu dan ingin mereka pelajari. Misalnya belajar komputer dan kursus bahasa inggris. "Kami ingin mengajarkan pada mereka tentang kebutuhan. Apa yang mereka butuhkan, bisa dipelajari di sini," ungkap Santoso.

Satu lagi mata pelajaran wajib, yaitu Merenung. Kegiatan itu dilakukan sebelum memulai belajar tentang sesuatu. "Gampangnya, kita mengajari anak-anak untuk mengevaluasi apa yang sudah mereka lakukan seharian," ungkap Matruki. Matruki, salah satu pendamping yang sekaligus pemilik mushola tempat SRM dilakukan percaya, evaluasi akan menghindarkan anak-anak dari kesalahan yang sama.

Semua pelajaran itu dilakukan dipusatkan di mushola Busthanul Athfal. Di bangunan sederhana dari kayu dan beratap genting tanah liat itu, murid SRM berkumpul sejak pukul 14.00-17.00 wib. Hampir di seluruh bagian mushola, tertempel poster-poster ilmu pengetahun. Seperti nama buah-buahan dalam bahasa inggris, nama alat-alat transporttasi, nama-nama benda dalam bahasa Jawa hingga nama-nama bagian tubuh dalam bahasa Inggris.

Di pojokan mushola, terdapat rak buku yang berisi berbagai macam buku pelajaran. Di salah satu sudut, tertumpuk alat musik yang biasa digunakan dalam pelajaran seni musik. Semua fasilitas yang ada di SRM bisa dinikmati secara gratis. "Jangankan membayar, untuk membuat mereka bisa datang ke mushola SRM secara rutin saja sudah luar biasa," kata Santoso. Lokasi SRM yang berada di pinggir Danau Klakah dan di lereng Gunung Lamongan dimanfaatkan untuk sepenuhnya untuk pendidikan alam.

"Sekolah" diawali dengan merenung dan membaca Al Quran. Setelah itu, dilanjutkan dengan pelajaran senirupa. Ketika waktu sholat Ashar sekitar pukul 15.00 tiba, kegiatan berhenti untuk istirahat dan sholat bersama. Setelah itu, mereka dibebaskan untuk bermain. Mulai bermain komputer, membaca buku hingga mengolah tanaman.

Hingga saat ini, ada 40 orang yang tercatat sebagai murid SRM. Mayoritas adalah anak-anak, sebagian lagi adalah orang dewasa. Sholeh adalah salah satunya. Bagi Sholeh, pelajaran yang didapatkan dari SRM jauh lebih "banyak" dari pelajaran yang didapatkannya di sekolah umum. "Saya jadi tahu ternyata ilmu itu buanyak,..tidak hanya di sekolah saja, misalnya, saya jadi tahu jenis tanaman yang tumbuh di desa ini secara langsung," kata Sholeh yang sejak enam tahu lalu ditinggal ibunya untuk bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Malaysia ini.

Saat ini, Sholeh sedang mendalami pelajaran komputer. Remaja berusia 17 tahun yang bercita-cita berkeliling dunia itu ingin menjadikan keahlian komputer sebagai dasarnya bekerja. "Saya ingin berkeliling dunia, siapa tahu dengan berkeliling dunia saya bisa mendapatkan pengetahuan lain lagi," kata Sholeh. Karena Semua orang adalah guru, semua tempat adalah sekolah.

10 April 2007

Pembekuan IPDN Tidak Pengaruhi Kebutuhan Tenaga Pemerintahan

Rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membekukan semua kegiatan mahasiswa di Institut Penerimaan Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) tidak akan berpengaruh terhadap kebutuhan tenaga pemerintahan. Hal itu dikatakan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Taufik Effendi di Surabaya, Selasa (10/4) ini.

"Pembekuan kegiatan IPDN tidak akan berpengaruh terhadap kebutuhan pemerintahan, pembekuan itu bahkan tidak ada pengaruhnya sama sekali," kata Taufik usai acara Pameran Pelayanan Publik di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Untuk menutup kebutuhan tenaga pemerintahan itu, bisa digantikan oleh lulusan universitas lain, tidak harus dari IPDN.

Taufik mengungkapkan, perubahan yang akan dilakukan di IPDN tidak akan dilakukan setengah-setengah. Karena perubahan itu akan berpengaruh pada leadership (kepemimpinan), stewardship (pelayanan), managerial dan pelayanan publik yang menjadi pekerjaan utama aparat pemerintahan.

Keseriusan itu menurut Taufik tampak dari akan dibuatnya Peraturan Presiden (Perpres) menyangkut pembenahan IPDN.Berangkat dari tragedi yang terjadi di sekolah yang dahulu bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) itu. Dalam catatan Taufik Effendi ada tiga kejadian tragedi di tahun 2000, 2003 dan 2007.

"Pola pengasuhan IPDN yang adil dan bermartabat adalah kunci dari pembenahan di IPDN, dan itu yang akan diterapkan," katanya. Perubahan yang dimaksud itu menurut Taufik dengan menghilangkan sisi militerisme dalam pengajaran di IPDN.

16 November 2006

Mahasiswa: Pulanglah Bush!



TOLAK BUSH! Surabaya diguncang demonstrasi menolak kedatangan Presiden AS, George W. Bush. Kamis (16/11) ini, tiga demonstrasi penolakan kedatangan Bush berlangsung tiga kali dengan tiga kelompok mahasiswa dari berbagai kampus di Surabaya, Unair, ITS Surabaya dan Unitomo di dua tempat yang berbeda pula. Dua demonstrasi di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, sementara satu demonstrasi lain di Jalan masuk Konjen AS di Jl. Dr. Soetomo, Surabaya.

23 September 2006

Mahasiswa vs jurnalis, bentrokan dua saudara se-kandung

Artikel ini sengaja ditulis, sehari setelah peristiwa bentrokan antara aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan jurnalis terjadi di sela-sela demonstrasi di depan kantor Pemerintah Propinsi Jawa Timur, Kamis (21/09) lalu. Karena memerlukan check and richeck dari kedua belah pihak, sebelum berbicara dalam pertanyaan besar: Mengapa Dua Saudara se-Kandung (aktivis mahasiswa dan jurnalis) bisa bentrok? Jawabnya sederhana: Nasi sudah menjadi bubur, bagaimana cara menciptakan bubur yang lezat dan bermanfaat.