29 July 2006

Gas PetroChina Menyembur, Penduduk Ketakutan


Kondisi sumur pengeboran Petrochina saat salah satu sumurnya bocor.

Semburan gas dan api milik Join Operation Body (JOB) Pertamina-PetroChina di Kecamatan Kota Bojonegoro, Sabtu (29/07) dini hari membuat ribuan penduduk tiga desa di sekitar lokasi eksplorasi gas dan minyak bumi itu ketakutan. Sekitar tiga ribu penduduk mengungsi, menghindari bau dan khawatir adanya ledakan susulan yang lebih besar.

Kejadian itu berawal dari menyemburnya gas pada Sabtu dini hari pukul 00.15 WIB. Ketika itu, penduduk yang sedang tertidur pulas dikejutkan oleh suara ledakan keras. Tak lama berselang, tercium bau amonia (H2S) di pemukiman penduduk. "Saya yang sedang terbangun dari tidur langsung keluar rumah, saya melihat semua penduduk sudah siap untuk mengungsi, saya pun mengajak keluarga saya untuk mengungsi," kata Soekardi, penduduk desa Ngampel, lokasi paling dekat dengan wilayah eksplorasi pada The Jakarta Post.

Suara keras dan bau menyengat juga terdengar di Desa Campurejo dan Desa Sambiroto, yang berjarak satu kilometer dari lokasi eksplorasi. Ribuan penduduk di dua desa itu pun mulai mengungsi ke beberapa desa tetangga yang dirasa aman dari ledakan dan bau amoniak. Dalam pengamatan The Jakarta Post di lokasi kejadian, pengungsi tersebar di banyak tempat, seperti rumah perangkat desa, lapangan kota Bojonegoro dll.

Hingga pukul 04.30 WIB, arus pengungsi dari tiga desa masih mengalir. Mereka diangkut dengan mobil patroli polisi Bojonegoro yang siaga di lokasi kejadian sejak awal ledakan terjadi. Dengan pakaian seadanya, pengungsi yang terdiri dari anak-anak, wanita dan orang tua berkumpul di teras rumah, masjid hingga kantor Polsek setempat dll. Pengungsi juga berkumpul di gedung Lencanadika Kalianyar dan gedung Serbaguna Bojonegoro.

Sebagian dari pengungsi bahkan tertidur beralaskan kain kebaya, tikar hingga kain sarung. "Saya tidak sempat membawa barang-barang, hanya baju yang menempel di badan dan dua anak perempuan saya," kata Hernani, perempuan asal Sambiroto.

Sejumlah 17 orang penduduk yang sesak napas dievakuasi di beberapa rumah sakit di Bojonegoro. Beruntung, 15 di antaranya disarankan untuk rawat jalan. Hingga berita ini diturunkan, masih ada dua penduduk yang dirawat di RSU DR. R. Sosodoro Jatikusumo Bojonegoro karena sesak napas dan mual-mual.

Sujiman, Lurah Ngampel mengatakan, apa yang menimpa desanya kali ini sudah diperkirakan sebelummya. Bahkan, penduduk di tiga desa itu sempat melakukan demonstrasi, dua hari menjelang semburan gas itu terjadi. "Penduduk sudah pernah berdemonstrasi dan menuntut PetroChina untuk memperhatikan segala kemungkinan terburuk seperti yang terjadi di PT. Lapindo, tapi akhirnya terjadi sungguhan," jelasnya pada The Post.

Pihak PetroChina, diwakili oleh Security Supervisor Djoko Agus mengungkapkan apa yang terjadi di sumur eksplorasi JOB Pertamina-PetroChina adalah hal yang biasa terjadi di dunia pertambangan. Bedanya, kejadian kali ini terjadi di sekitar rumah penduduk dan menimbulkan kepanikan. "Hal seperti ini itu biasa, namanya gas kick (tendangan gas) ketika pengeboran mencapai kedalaman 6.300 feet, lalu petugas mencoba menyemprot lumpur padat, tapi gagal, tidak mampu menghambat laju gas dan kahirnya menyembur," kata Djoko.

Untuk mengantisipasi efek yang lebih besar, pihak pelaksana proyek, PT. Great Wall China menembakkan api untuk menetralisir gas H2S yang keluar. "Kalau tidak dinetralisir, gas itu akan terurai di udara dan memakan korban lebih banyak, untuk itu harus dinetralisir dengan api melalui flare pit," jelasnya. Setelah itu, petugas mencoba menutup semburan gas dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi. "Buktinya berhasilkan, pada pukul 05.01 WIB, semburan gas dan api sudah berhenti," katanya.

Selama ini, JOB Pertamina-PetroChina sudah melakukan lima pengeboran di wilayah Bojonegoro. Dari tiga sumur (sumur 1-3), perusahaan itu menghasilkan 11.500 liter minyak/hari. Sumur ke-4 tidak berhasil menghasilkan apa-apa. Dilanjutnya pengeboran ke-5 di Kecamatan Kota Bojonegoro, yang semalam membuat penduduk ketakutan itu.

No comments:

Post a Comment