29 May 2007

Di Sini Setahun Lalu,..


Hari ini, 29 Mei setahun lalu, lumpur menyembur dari lokasi pengeboran milik Lapindo Brantas Inc. Hingga setahun berlalu, lumpur masih menyembur. membuat ribuan orang kehilangan hak-hak mereka.

Lokasi: Tanggul Cincin Semburan Lumpur Lapindo Brantas Inc
Foto by: Fuli EPA




Polisi Mengusir Demonstran di Pusat Semburan

Warga Porong, Sidoarjo korban semburan lumpur Lapindo Brantas Inc, memperingati peringatan satu tahun semburan lumpur Lapindo dengan berdemonstrasi, Selasa (29/05) ini. Berbagai luapan ekspresi tertumpah dalam demonstrasi di empat titik itu. Mulai kemarahan, kekecewaan, hingga isak tangis mengenang tempat tinggal mereka yang hilang tertutup lumpur.Dalam pantauan The Jakarta Post di Porong, demonstrasi itu dilakukan di empat titip yang berbeda.

Tanggul Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (Perumtas), Tanggul Desa Siring, Tanggul Cincin di Pusat Semburan dan Tanggul di Desa Besuk. Demonstrasi di Tanggul Perumtas I dilakukan paling pagi, sekitar pukul 09.00 wib. Dengan menggunakan sepeda motor dan truk bak terbuka pengangkut sound sistem, demonstran mendahului aksi mereka dengan konvoi di pusat kota Sidoarjo menuju tanggul Perumtas yang berjarak sekitar 10 KM.

Sesampainya di Perumtas, warga terlebih dahulu mengenang kembali rumah mereka yang kebanyakan hanya terlihat bagian atas saja. Kebanyakan dari mereka meneteskan air mata, saat melihat rumah yang mereka diami bertahun-tahun tenggelam oleh lumpur. "Kita disini untuk mengenang tempat tinggal kita yang dahulu menjadi tempat kita berkumpul dengan keluarga dan tetangga kita," kata orator demonsrasi melalui pengeras suara.

Beberapa warga nekat berjalan kaki meniti lumpur yang sudah mengeras hanya untuk melihat rumah mereka. Bahkan ada yang rela memanjat genting untuk bisa sampai ke rumah. Sementara yang lain mengambil beberapa ornamen rumah yang masih tersisa, seperti tutup lampu taman, untuk dibawa ke rumah kontrakan.

Suasana haru menyeruak ketika dalam demonstrasi itu dilakukan aksi tabur bunga untuk mengenang sanak saudara dan tetangga yang meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman yang kini juga tertutup lumpur. Isak tangis tidak terbendung saat di tengah-tengah aksi itu orator melafalkan pujian-pujian berbahasa Arab. "Kita harus tetap semangat dan kompak untuk memperjuangkan hak-hak kita," kata orator sambil terurai air mata. Demonstran saling berpelukan karena haru.

Demonstrasi di tanggul cincin pusat semburan lumpur Lapindo Brantas Inc juga berlangsung dalam waktu yang hampir bersamaan. Di tanggul utama itu, sekitar 200 orang mengusung spanduk dan poster bernada kecaman kepada Lapindo Brantas Inc, Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) dan Pemerintah. Ketiga lembaga itu dianggap sudah menyengsarakan masyarakat. "Semua ini terjadi karena Lapindo dan Pemerintah," kata salah satu demonstran dalam teriakannya.

Dalam demonstrasi yang paling dekat dengan pusat semburan itu, sempat terjadi bentrokan antara polisi dari Polres Sidoarjo dan demonstran. Polisi merasa demonstran terlalu dekat dengan pusat semburan dan membahayakan jiwa demonstran dan meminta demonstran untuk meninggalkan tanggul cincin. Namun keinginan itu ditolak demonstran. "Kita akan di sini sampai pemerintah tahu apa yang kita inginkan,..hak-hak kita," kata salah satu demonstran.

Polisi yang mendengar itu langsung berusaha menangkap tiga orang yang dianggap provokator. Namun massa lain berusaha menghalangi. Polisi kemudian mengusir demonstran menuju ke tanggul Desa Besuki yang berjarak 500 meter dari pusat semburan. Massa mengalah dan menuruti keinginan polisi. Tanggul cincin pun diblokade dengan Pasukan Pengendalian Massa (Dalmas) bersenjata pentungan. Demonstrasi di Tanggul Besuki sempat didatangi oleh Wakil Bupati Sidoarjo Syaiful Illah.

Demonstran "memaksa" Syaiful Illah untuk menandatangi surat pernyataan yang isinya memasukkan empat desa, Mindi, Pajarakan, Kedungcangkring dan Besuki ke dalam peta baru daerah yang terkana dampak lumpur. "Kalau itu yang menjadi keinginan warga, saya akan memperjuangakan," kata Syaiful Illah.

Beberapa tokoh nasional, seperti Sholahuddin Wahid, M. Noer, Prof. Soebroto dan Tjuk K. Sukiadi hadir dalam peringatan Setahun Lumpur Lapindo di lokasi pengungsian Pasar Baru Porong. Dalam acara bertajuk Refleksi Satu Tahun LUmpur Lapindo itu, para tokoh nasional memberikan motivasi kepada pengungsi untuk terus bertahan.

No comments:

Post a Comment