Lesson learned gempa padang memacu ITS untuk menggaet pakar gempa dari dalam maupun luar negeri dalam seminar yang bertajuk Ancaman Gempa di Surabaya dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Mitigasi, Senin (21/12). Bertempat di gedung rektorat lantai 1, secara khusus seminar tersebut dihadiri wakil walikota Surabaya, Arif Afandi.
Setelah sepakat dalam Memorandum of Understanding (MoU) setahun yang lalu, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) mengadakan tindak lanjut kerjasama dengan Nanyang Technology University (NTU) Singapore menuju Memorandum of Agreement (MoA).
Jalinan kerjasama ini tak hanya berbatas dengan NTU. Sebanyak lima lembaga lain juga turut serta dalam kerjasama guna mempersiapkan dini dari ancaman gempa. Lembaga tersebut adalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Pusat Mitigasi Bencana Institut Teknologi Bndung (ITB), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Tokyo Institute of Technology (TIT), DAN Rajant Coorporation Canada.
“Sejak awal terjadi kesalahan pada mindset setiap orang terhadap gempa.Gempa itu tidak membunuh. Yang membunuh adalah bangunannya. Kita tahu Surabaya merupakan kota dengan populasi penduduk dan gedungnya begitu padat,” tegas Amien Widodo, dosen Teknik Sipil ITS. Seperti kita ketahui, gempa yang sering melanda negeri ini membawa keuntungan tersendiri dengan memberikan petunjuk tertentu. Sebab, goncangannya selalu terjadi di luar jam sekolah.
Pakar gempa ITS tersebut juga menambahkan kesalahan yang terjadi sebelum gempa adalah kurangnya referensi data gempa yang pernah terjadi di suatu wilayah secara detail,seperti Surabaya. “Di Surabaya pernah terjadi gempa pada tahun 1936. Namun datanya tidak detail sehingga ada kesulitan dalam studinya,” lanjut dosen yang juga pakar bencana ini.
Poin terpenting dalam menyikapi gempa pun dijelaskan secara detail dengan diskusi lanjutan oleh pembicara sebagai perwakilan dari keenam lembaga tersebut. Yaitu, potensi kegempaan di Jawa Timur oleh Drs Suhardjono Dipl SEIS, tektonik dan patahan aktif di wilayah Jawa Timur dan Surabaya oleh Danny Hilman Natawidjaja PhD, metode mikrozonasi Gempa oleh Dr Ir I Wayan Sengara, Seismic Hazard Map Surabaya oleh Prof Kusnowidjaja Megawati dan ICT for Emergency Response oleh Michhael Le Bauer.
Tak hanya itu, Prof Hiroaki Yamanaka juga menjelaskan tentang microtremor Observation. Sebelumnya, wakil dari TIT tersebut sudah melakukan microtremor observation di wilayah Surabaya selama dua minggu. “Hasil dari microtemor akan diperlihatkan dalam seminar ini” ungkapnya.
Dengan adanya seminar ini diharapkan pencegahan dini terhadap gempa di wilayah Surabaya dapat dilakukan. “Dalam pencegahan gempa harus diketahui potensi gempa melalui studi tentang jenis tanah, kualitas bangunan, tata ruang lokasi, dan keaktifan sumber gempa.” tutur Danny selaku wakil dari LIPI.
Lesson Learned Gempa Padang
Bencana gempa yang melanda Padang cukup mengusik masyarakat. Bahkan, adanya dua patahan yang ditemukan di Jawa Timur menyebabkan euforia tersendiri bagi masyarakat Surabaya. Oleh karena itu Dr. Techn. Pujo Aji, ST, memberikan ulasan tentang gempa padang.
“Kualitas bangunan yang buruk seringkali menjadi penyebab awal terjadinya gempa. Di padang, banyak bangunan yang upper structure. Sehingga kami memberikan konsep bangunan tahan gempa.” Jelas dosen Teknik Sipil tersebut.
Adapun konsep bangunan tahan gempa yang diberikan adalah kolom yang dibentuk harus menggunakan konsep strong column weak beam dan harus dipisah dengan dinding, beton yang digunakan harus memiliki tebal lebih dari 40 mm, perlunya tulangan pengikat silang pada kolom, dan gunakan genteng ringan.
“Bila aturan ini tak dihiraukan, resikonya jelas gempa akan sering melanda.” Lanjutnya. Belajar dari gempa merupakan hal yang lebih baik daripada memperbaiki stuktur setelah gempa. Jadi, siapkan diri kita dengan pengetahuan ini untuk hindari gempa di Surabaya.| Iman D. Nugroho
No comments:
Post a Comment