03 February 2009

Berkah Menetes di Goa Maria Lourdes


Iman D. Nugroho, Kediri

Hujan baru saja berhenti saat Yakobus menyalakan lilin sesembahan miliknya di Goa Maria Lourdes, Puhsarang, Kediri, Jawa Timur, Senin (2/2) siang ini. Dengan cekatan, laki-laki kelahiran Surabaya itu meletakkan lilin di berundakan tertinggi. Tepat di bawah patung Bunda Maria setinggi 3,5 meter. "Hanya doa yang bisa saya panjatkan kepada Bunda Maria, setelah beberapa malam lalu saya bermimpi dipanggil Beliau,"kata Yakobus pada The Post.


Yakobus memang datang secara khusus ke Goa Maria Lourdes Kediri untuk berdoa. Pemuda yang tinggal di Bandung, Jawa Barat ini, tengah dililit konflik kehidupan yang luar biasa. "Semoga usai berdoa di sini, jalan saya akan dimudahkan," katanya. Untuk menunjukkan kesunggugannya, Yakobus berencana menginap beberapa malam untuk menunggu "petunjuk" selanjutnya.

Goa Maria Lourdes adalah salah satu bagian dari kompleks gereja katolik Puhsarang di Kediri Jawa Timur. Berbeda dengan kebanyakan gereja yang hanya berfungsi sebagai tempat berdoa, gereja yang terletak di lerang Gunung Wilis Kediri ini memiliki berbagai fungsi sekaligus. Mulai daerah wisata, pemakaman, camping ground, tempat penitipan abu jenazah, pendidikan kesusteran hingga tempat pertemuan. Letaknya yang menjadi satu dengan penduduk Desa Puhsarang menambah unik komplek gereja seluas 13,5 Ha ini.

Gereja Puhsarang didirikan pertama kali oleh insinyur asal Belanda, Romo Hendricus Maclaine Port atas permintaan Pastor H. Wolters C.M pada tahun 1936. Hendricus Maclaine Port adalah arsitek yang juga membangun museum Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Sekilas, bangunan utama gereja Puhsarang tampak seperti kapal yang tertempel di bukit kecil. Konon, Hendricus Maclaine Port ingin mengingatkan peristiwa sajarah terdamparnya kapal Nabi Nuh usai bencana air bah.

Di bangunan utama terdapat bejana baptis, sakristi dan tempat pengakuan doa. Semua ada di bawah kubah yang di tiap sudutnya dihiasi dengan simbolisasi empat penulis Injil. Matius (digambarkan sebagai manusia bersayap), Markus (digambarkan dengan singa bersayap), Yohannes (digambarkan sebagai burung rajawali) dan Lukas (yang dilambangkan lembu jantan). Altarnya dipahat sedemikian rupa, sehingga tampak seperti rusa yang sedang minum. Di atas altar terdapat relief yang disusun dari batu bata merah dan dilekatkan dengan gula aren.

Keunikan desain juga bisa dinikmati di bagian luar bangunan utama yang terbuat dari batu kali yang banyak terdapat di desa Puhsarang. Gapura bernama St. Yosef itu melengkung bak lonceng besar. Di bagian atasnya terdapat lonceng gereja. Setiap jam, lonceng yang disebut Menara Hendricus itu selalu berdentang sebagai tanda waktu. Dalam sejarahnya, Gereja Puhsarang direnovasi sebanyak empat kali. Semuanya untuk memperkuat bentuk bangunan, tanpa mengubah desain aslinya.

Renovasi terbesar dilakukan tahun 1999, di jaman Romo Emilio Rossi. Selain mengganti total bahan baku bengunan utama dari kayu menjadi baja, arsitek Ir. Harry Widyanto, Ir. Rusly dan Ir. Djoko mendisain fasilitas-fasilitas baru. Seperti gedung serbaguna Emaus, Taman Hidangan Kana, Bumi Perkemahan dll. Renovasi juga memperbesar sarana berdoa dengan membangun Goa Maria Lourdes, Colombarium Pieta, Jalan Salib dan Pondok Rosario.

Dan dari semuanya Goa Maria Lourdes adalah "inti" dari gereja Puhsarang. Floreanus Josep (F.J.) Lasijo, salah satu pengurus gereja Puhsarang menceritakan, Goa Maria Lourdes adalah replika dari goa Maria Lourdes di Pegunungan Pyrena, Prancis Selatan. Seperti di ketahui di Pyrena terdapat sebuah goa tempat gadis Bernades Soubirouos bertemu dengan perempuan yang dipercaya sebagai perwujudan Bunda Maria pada tahun 1858. Hingga kini, goa itu dijadikan tempat ziarah umat kristiani. "Nah, goa Maria Lourdes di Kediri ini adalah replikanya," terang Lasijo.

Meski hanya replika, pembangunan goa Maria Lourdes di Kediri tidak bisa serampangan. Lasijo menceritakan, Kepausan Vatikan memberikan prasyarat khusus untuk membuat replika goa Laourdes Prancis. Tempat yang akan membangun replika haruslah memiliki gereja, goa, sumber air suci, jalan salib, parkir yang luas untuk pengunjung, pasar dan dekat dengan aliran sungai. "Tidak semua tempat memiliki syarat-syarat seperti itu, di Indonesia, hanya di Puhsarang saja yang memiliki semua prasyarat itu, dan sudah disetujui oleh Vatican," kata Lasijo.

Goa buatan itu terbuat dari semen dan batu-batuan setinggi 18 meter dengan lebar 17 meter. Di bagian kanan terdapat patung Bunda Maria setinggi 3,5 M. Di bagian tengah, terdapat altar besar yang digunakan oleh para romo saat memimpin misa. Terdapat 12 sumber air suci yang mengalir di bagian kiri bawah goa. Sebagain orang mempercayai, air ini memiliki khasiat kesehatan. Tak jarang pengunjung membawa pulang air suci itu sebagai pengobatan alternatif.

Selain goa Maria Lourdes, replika Jalan Salib bukit Golgota juga merupakan "kekuatan" dari kompleks gereja Puhsarang. Terdapat 15 stasi penggambaran perjalan Yesus Kristus mulai Vonis Mati, Membawa Salib, Terjatuh Beberapa Kali, Bertemu dengan Bunda Maria, Penyaliban, Kematian hingga Penggambaran Makam Kosong (karena Yesus Kristus diyakini sudah diangkat ke surga). Ada 100 patung seukuran manusia digunakan dalam proses jalan salib ini.

Di antara semua fasilitas yang ada, ritual peribadahan Malam Jumat Legi adalah puncak dari semua aktivitas di Gereja Puhsarang. Dalam acara inilah, sekitar 3000-an umat kristiani dari berbagai penjuru Jawa, Bali bahkan seluruh Indonesia berkumpul di taman di depan Goa Maria Lourdes untuk melakukan misa. Keunikan acara ini terletak pada pelaksanaan misa yang dilakukan pada malam hari. "Meski menggunakan doa Katolik, banyak juga orang di luar Katolik yang mengikuti acara ini, sekedar merasakan keheningan untuk lebih dekat dengan Tuhan, atau menikmati tembang-tembang gamelan Jawa Timuran yang biasanya digunakan," kata Lasijo.

Tujuan ribuan orang itu hanya satu: Mengharapkan berkah yang menetes di Goa Maria Lourdes.

No comments:

Post a Comment