31 October 2008

Pemilu 2009 di Luar Negeri, Miskin Informasi, Mengandalkan Jasa Pos / Indonesia Election 2009 Oversea, Less Information, Depends of US Post Service

Iman D. Nugroho, New York

Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009 di luar negeri akan berhadapan dengan berbagai kendala. Mulai proses pengiriman surat suara yang masih manual dengan menggunakan jasa pos, pendataan yang sulit terupdate, hingga miskinnya sosialisasi partai peserta pemilu dan informasi tentang kandidat presiden. Tidak heran bila kemudian muncul apatisme dari warga negara Indonesia di luar negeri atas Pemilu 2009 mendatang. "Apa Indonesia akan berubah setelah Pemilu 2009, kalau mekanisme pemilunya saja masih seperti itu, saya golput (golongan putih) saja," kata Tony Herman, tenaga kerja Indonesia di AS pada The Post.

Indonesia Election 2009 overseas will facing many problems. Ballot papers send process by US post, updating of voters and less party's and president candidates information. The condition will create apathetic of Indonesia citizens who's become voters on next years election. "Are you sure that Indonesia will change after 2009 election, i have read the election regulations, from it, i knew that i have stay on my position as a "white group" (not vote group)," said Tony Herman, one of Indonesian citizen whos stay US.


Tony Herman mengaku, sikap yang diambilnya juga akan dilakukan oleh TKI lain yang ada di New York. Selain tidak yakin akan ada perubahan, laki-laki yang sudah belasan tahun ada di Amerika ini menilai peserta Pemilu 2009 juga tidak cukup menjangkau pemilih yang ada di LN. "Buktinya, tidak ada sosialisasi yang dilakukan di sini, kita sama sekali tidak tahu program partai-partai baru itu, yang kita tahu partai lama-lama, jadi nggak bersemangat," katanya. Begitu juga dengan munculnya calon presiden yang belakangan mulai muncul. "Kok orangnya itu-itu lagi," kata Tony yang tinggal di wilayah New Jersey, New York ini.

Kegelisahan Tony itu dirasakan juga oleh Sidin Putih Sembiring, Ketua Pantia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) New York. menurut Sembiring, saat ini hendaknya mulai dipikirkan untuk melakukan sosialisasi bagi pemilih di luar negeri. Meskipun jumlahnya tidak sebanyak pemilih di Indonesia, namun pemilih di LN juga harus diperlakukan sama. "Partai-partai dan kandidat yang akan menjadi peserta pemilu, hendaknya berpikir untuk bersosialisasi untuk pemilih luar negeri, karena selama ini hal itu belum terasa," kata Sembiring saat ditemui di New York.

Hingga saat ini, Sembiring belum mendengar akan ada kandidat atau partai yang akan ke AS. Mungkin persoalan biaya menjadi kendala. Namun, katanya, sosialisasi tidak berarti harus datang secara fisik. Bisa juga menggunakan situs internet. "Kalau datang memang lebih baik, tapi tidak ada salahnya juga menggunakan situs internet, nah, sosialisasi tentang alamat situs interntnya itu yang perlu dilakukan juga," jelasnya. Yang pasti, isu-isu yang diusung oleh partai dan kandidat presiden mendatang hendaknya tidak cuma isu nasional. melainkan juga isu-isu global.

Sayangnya, tidak semua TKI di luar negeri, termasuk New York merupakan pengakses internet aktif. Bahkan banyak dari mereka yang jarang-bahkan tidak pernah menggnakan internet. Jenis TKI semacam inilah yang "mengkhawatirkan", lantaran tidak terdeteksi oleh PPLN. Apalagi, TKI jenis ini tidak mendaftarkan diri ke Konjen atau Kedutaan Besar Indonesia di negara tempat mereka bekerja. "Kalau memang kondisinya seperti ini ya, repot juga," kata Sembiring. Namun, katanya, PPLN tetap akan berusaha semaksimal mungkin dengan melakukan "pendataan" melalui komunitas, komunitas TKI yang tersebar banyak tersebar di seluruh US atau negara yang bersangkutan.

Diperkirakan, pada tahun 2009 nanti ada 11 juta pemilih di luar negeri, yang terdapat di 117 titik di seluruh dunia. Salah satuny di New York. Data yang dimiliki Konsulat Jenderal Indonesia di New York, ada sekitar 7500-an WNI dari 15 ribu yang kemungkinan akan menjadi peserta Pemilu 2009. Jumlah itu menyangkut jumlah WNI yang berada di 15 negara bagian sebagai daerah yang berada di bawah Konjen Indonesia di New York. Bambang Antarikso, Consular Affairs Indonesian Consulate New York mengatakan, konsulat mempercayai jumlah WNI yang tidak tercatat bisa jauh lebih banyak. "Jadi, bisa saja jumlah yang tidak tedaftar untuk memilih juga banyak," katanya pada The Post.

Untuk memastika seluruh WNI mendapatkan hak yang sama, PPLN melakukan pemutakhiran Data Pemilih Sementara Luar Negeri. warga yang ada di sekitar New York bisa yang ke Konjen Indonesia di New York untuk mengisi formulir Data Pemilih Sementara. Atau bisa mengisi secara online dengan mendowloadnya di situs www.indonesianewyork.org. "Pemutakhiran data ini penting, karena melalui data inilah, akan dikirimkan surat suara melalui pos. Bila tidak diperbaharui, surat suara akan dikirim ke alamat yang lama," kata Bambang. Resikonya, kalau ternyata WNI yang bersangkutan sudah pindah. Suara akan gugur.

No comments:

Post a Comment