02 January 2007

Kisah Nadi dan tiga jenazah yang hilang tersapu ombak...

Nadi Hadi Sutrisno, 42, lebih banyak diam. Sorot matanya menerawang, melihat langit melalui jendela kamar Ruang Bougenvile, RS Dr.Soetrasno, Rembang Jateng, Selasa (2/1) ini. Punggung tangannya sedikit membengkak karena tertancap jarum infus selama dua hari. Luka gores di dagu kanannya sedikit mengering. Begitu juga luka di dahi kanannya. Tapi perasaan Nadi masih "terluka" bila ingat anak kecil yang coba diselamatkan dalam tragedi tenggelamnya KM. Senopati. 

Anak laki-laki itu akhirnya meninggal. Mayatnya hanyut terbawa ombak. "Saya bahkan tidak sempat mengetahui namanya,.." kalimat Nadi terpengegal oleh kesedihannya. Nadi adalah satu dari 192 orang yang berhasil diselamatkan dalam musibah tenggelamnya KM. Senopati di perairan utara Pulau Jawa, Jumat (29/12) lalu. Laki-laki asal Kumai, Kalimantan Selatan itu beruntung bisa mendapatkan jaket pelampung di dalam bilik kamarnya di kapal itu, sebelum kapal itu miring ke kanan dan tenggelam pelan-pelan. "Jeket pelampung itu benar-benar menyelamatkan hidup saya," kenangnya pada The Jakarta post. Meski begitu, kejadian di atas kapal yang konon overload dengan 800-an orang itu tidak terlupakan. "Jumat dini hari itu, kapal terombang ambing ke kanan dan ke kiri, sesekali sirine berbunyi tapi kapal tetap jalan," katanya. Kurang lebih, dua kali bapak dua anak ini mengingat KM. Senopati terombang-ambing dengan sangat keras. Terdengar suara dari speaker kapal yang meminta penumpang tetap tenang. "Pada goyangan ke tiga, saya dengar ada suara benturan keras, katanya itu suara mobil yang terbalik menuju ke lambung kanan kapal," katanya. Tak lama setelah itu, kapal mulai miring ke kanan, dan mulai tenggelam. Lampu di dalam kapal mati total, bergabung gelapnya malam di tengah laut. Sirine meraung-raung tiada henti. Ratusan penumpang yang kebanyakan sudah mengenakan jaket pelampung, meloncat ke laut. "Penumpang berusia lanjut dan yang sakit tidak mendapatkan pelampung," katanya. Nadi yang ketika itu masih berada di dalam bilik kamar berusaha keluar dengan memecahkan jendela. Berlomba dengan kapal yang terus tenggelam. "Kaca bilik kamar coba saya pecahkan dengan kursi dan meja,..melalui kaca itulah saya keluar," katanya. Jendela itu sudah berada di dalam air, membuat Nadi harus menyelam beberapa saat, menuju ke permukaan. Sialnya, ketika akan menuju ke permukaan itu, Nadi merasakan kepalanya terantuk barang-barang kapal yang ikut tenggelam. Seperti kursi, meja bahkan tempat tidur. "Saya panik, berusaha keluar dari himpitan barang-barang itu, hingga akhirnya saya berhasil sampai di permukaan," kata Nadi. Saat itu, dirinya berjarak sekitar 200 meter dari KM Senopati yang tenggelam separuh. Nadi berusaha menjauhi kapal sebisa mungkin, mengingat dirinya tidak bisa berenang. Kapal pun tenggelam tidak tersisa. Kisah perjuangan Nadi belum berhenti. Di tengah kegelapan malam laki-laki yang akan ke Semarang untuk bertemu istrinya ini berusaha mencari kapal karet. Namun kondisi terlalu gelap, Nadi memilih beristirahat sejenak, membiarkan tubuhnya terombang-ambing gelombang laut yang tingginya mencapai empat meter. Ketika pagi tiba, Nadi melihat sepasang suami istri dan satu anak ikut terombang ambing. Suami istri dalam keadaan lemah dan penuh luka itu menitipkan anak balita yang ada digendongan kepada Nadi. "Saat bertemu, sang bapak meminta saya menyelamatkan anaknya, saya menyanggupi,..tak lama kemudian, suami istri itu meninggal dunia,..jenazahnya terapung-apung, menjauhi saya dan anak kecil yang juga lemah kondisinya," kata Nadi. Dengan susah payah, anak kecil itu didudukkan di leher. Kedua kaki kecil itu diikat di depan dadanya. "Saya memintanya untuk berpegangan pada rambut saya," kenangnya. Namun, upaya menyelamatkan anak kecil itu tidak berlangsung lama. Nadi merasakan anak itu meninggal dunia. "Tubuhnya saya ikatkan di jaket pelampung, saya berusaha agar kami tetap bersama-sama," katanya. Gelombang tidak bersahabat. Sebuah ombak besar menyapu jenazah mungil itu, dan hilang di telan laut. Nadi hanya bisa terpaku. Nadi melihat burung laut hinggap di beberapa jenazah dan mematuki jenazah. Show must go on. Nadi terus terombang-ambing. Dua jenazah lagi ditemukan. Kali ini dua orang dewasa dengan jaket pelampung terpasang. Nadi pun berusaha membawanya, dengan mengikat jaket pelampung kedua mayat itu di butuhnya. "Saat malam tiga, saya dan dua jenazah itu bertemu dengan kapal ikan,..kami berusaha meminta tolong, tapi kapal itu malah berlalu,..entah kemana," kenangnya. Saat pagi menjelang, Nadi mendapati dua jenazah itu sudah tidak ada. Keberuntungan mulai berpihak. Di tengah kesendirian di tengah laut itulah, Nadi menemukan kapal karet kosong. Dengan susah payah, laki-laki itu berusaha menaikinya, dan berhasil. Tak lama berselang, sebuah kapal berisi tim Search and Rescue menghampirinya. "Tidak terbayangkan betapa bahagianya,.." kata Nadi. Hingga saat ini, sejumlah 436 penumpang KM Senopati masih belum diselamatkan. *** 

No comments:

Post a Comment