Maya Mandley
Beberapa hari belakangan, berita dari tanah air yang Aku baca, ramai dengan pemberitaan soal pembobolan lewat ATM. Jadi pengen berbagi pengalaman dengan sistem perbankan disini, di negerinya Barrack Obama.
Saat masih di Surabaya, Jawa Timur, Bank BCA di Jl. Raya Darmo, adalah bank langgananku, yang selalu ramai terutama saat awal bulan. Kadang untuk memasukkan uang saja butuh waktu sampai satu jam. Yang lama itu antrinya. Belum lagi cari parkir, padahal untuk sebuah sepeda motor yang tergolong tak banyak makan tempat. Tapi itu sekitar enam setengah tahun lalu. Gak tahu sekarang. Aku harap sih lebih baik.
Perbankan di sini, AS, sedikit berbeda. Terutama sistem onlinenya yang sangat dimaksimalkan. Meski begitu, bukan berarti Aku tak pernah ke bank. Beberapa kali nabung, Aku sempat memperhatikan kegiatan teller yang sedang melayani customer lewat drive through (aku gak ketemu bahasa Indonesianya !). Aku sendiri pernah memanfaatkan jasa layanan ini saat terburu-buru dan udara di luar dingin sekali. Jadi malas jalan ke dalam bank.
Di bank langgananku itu, ada empat fasilitas drive through. Mekanismenya, ada seperti tabung yang terhubung ke teller di dalam bank. Customer tinggal memasukkan cek, uang atau apapun yang dibutuhkan ke dalam sebuah tabung. Tabung berisi data itu kemudian diletakkan ke dalam sebuah pipa yang dengan sekali pijat si teller di dalam bisa menerima tabung dari customer, dan melayani si customer seperti layaknya si customer berada di depannya.
Sementara komunikasi dilakukan melalu microphone dan speaker. Tentu saja semua kegiatan ini selain bisa dilihat teller lewat jendela kaca, juga ada kamera pengintai alias CCTV. Suatu layanan yang praktis dan cepat. Sekaligus pemalas, karena si customer tak perlu memarkir kendaraannya. Meski tempat parkir di bank menurut pengamatanku tergolong luas. ATM drive through juga bukan barang aneh lagi. Meski maksudnya bisa ambil uang lewat ATM tanpa harus turun dari mobil.
Di Amerika, drive through sudah merambah ke banyak layanan. Aku ingat di Indonesia, cuma restoran siap saji saja waktu itu yang melayani drive through. Metodenya kira-kira gak jauh beda dengan restoran siap saji disini.
Selain di restoran siap saji, drive through juga bisa dijumpai di apotik dan di bank seperti yang aku ceritakan di atas. Kalo di restoran siap saji, customer melewati semacam papan besar yang berisi menu dan kemudian mendengarkan seperti ada suara yang datang dari sebuah speaker yang kecil sekali, untuk melayani pesanan. Kemudian si customer drive ke window berikutnya untuk mengambil pesanan dan membayar. Sementara drive through di bank agak sedikit berbeda.
.
Aku tak pernah melihat kegiatan drive through di apotik. Tapi aku pernah sekilas melihat sepertinya kegiatannya gak jauh beda dengan di bank. Seorang teman dari Indonesia yang seorang apoteker, pernah tertarik mengembangkan drive through ini di Indonesia. Saat itu dia bersemangat ingin mempelajarinya. Tapi setelah melihat drive through di bank, ia jadi berfikir sepertinya teknologi pendukung drive through ini tergolong mahal. Aku tak tahu bagaimana detilnya, tapi keliatannya menerapkan drive through di Indonesia perlu kajian lebih jauh. Mengingat traffic di Indonesia belum se-tertib disini.
Untuk antri saja rasanya sebuah pekerjaan yang amat teramat berat. Aku ingat saat masih sering menggunakan mobil di Surabaya, untuk antri beli bensin kadang bikin kesal. Belum lagi ditambah orang yang tidak tertib dan menyerobot. Kesal rasanya. Kadang kalo ditegur, bukannya malu, malah balik menantang. Apalagi begitu tahu yang menegur perempuan, tambah balik melotot ! Sementara untuk orang Amerika, antri sudah jadi budaya. Bahkan kalo ada orang menyerobot, pengantri yang lain tanpa segan menegur si penyerobot. Yang biasanya bikin si penyerobot malunya minta ampun. Sebuah kebiasaan yang belum membudaya di Indonesia.
No comments:
Post a Comment