05 June 2008

Kun, Kalam dan Nun

Sebuah Puisi Karya Agung Purwantara

KUN
Aku menari dalam hamparan kaf-Mu
Justru setelah sadar bahwa suara itu
telah menghilang dari kesadaranku.
Kini aku tercenung pada titik lembaran nun-mu


KALAM
Pernah kau bertanya kepadaku
pada suatu masa sebelum kau beri aku pena
Aku sudah lupa
andai saja, seorang sahabat tidak bersua
Dia membawa berita juga sebotol tinta.
Ini tak akan cukup untuk menulis cerita-Nya, katanya
Tujuh samudra masih kurang luasnya
Tujuh belantara masih kurang banyaknya
Aku masih curiga
seberapa tebal buku yang kau tulis
sedang aku hanya membaca sekelumit saja
Terlalu banyak teka-teki yang kau punya
tersembunyi dalam tinta dalam pena
yang kau berikan padaku bersama cinta
Kau pernah bertanya kepadaku
Pada suatu masa ketika aku masih berada di Mina
Menurut sahabat, itulah rahim dunia
Kini aku mengerti
bahwa Kau selama ini tidak sembunyi
Kau hanya menanti, tulisan dari tinta dari pena
sebuah jawab dari tanya
"Adakah Engkau selain Eengkau"

Catatan Ya' berakhir Nun
Mulai Ya' itulah cerita yang terdengar
ketika setitik kehinaan dijadikan mulia
Bumi menangis
Air menangis
Angin menangis
Api menangis
Bahkan Adam sudah berbekal pengetahuan
bahwa di bumi tempat beraneka ragam
Ada mutiara harapan di lembah Mina
di genggaman wanita cantik
yang menunggu di Arofah
Terdengan seruan...Yaa Siin
menggelar cerita perjalanan
air hina itu menjadi mulia
namun sebentar mudahlah ia membangkang
lupa pada semestinya
hina atau mulia di sini sama saja
Hanya Dia
yang berhak atas cerita
dan memaksa semua
terdiam pada Nun

Surabaya, 4 Juni 2008

No comments:

Post a Comment