28 July 2007

"Saya Melihat Seseorang Menyiram Bensin dan Membakarnya,"

Hingga memasuki hari ke tiga, asap hitam masih menyelimuti langit di atas Pasar Turi, Surabaya. Kobaran api sesekali menyapa dari sela-sela kios yang terbakar. Seperti mengejek petugas pemadam kebakaran yang berusaha memadamkannya. Di sela-sela kepanikan itu, banyak orang mencurigai kebakaran di pusat grosir terbesar di Jawa Timur ini adalah sebuah kesengajaan. Salah satu saksi mata mengaku melihat seseorang menyiram bensin dan membakar salah satu sudut pasar. Dia bahkan sempat mengabadikan aksi itu dengan telepon genggam.

Sejak Kamis (26/7) lalu, Pasar Turi Surabaya tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan. Gambar asap mengepul dari empat stand di lantai dasar, dan aksi petugas pemadam kebakaran menghiasi halaman pertama koran lokal. Begitu juga laporan televisi dari Surabaya, bercerita tentang hal yang sama. Dua hari berselang, kebakaran yang sempat "diremehkan" karena berawal dari satu stand pedagang karpet itu pun masih terjadi. Bahkan kali ini lebih parah. Api merambat kemana-mana. Paling tidak, hingga Jumat (27/7) malam hampir dua ribuan stand terlalap api.

Kecurigaan pun mulai muncul. "Ini tidak masuk akal, bagaimana bisa api yang awalnya berasal dari satu stand di lantai dasar, bisa merambat ke mana-mana," kata Lam, pemilik Toko Yeni pada The Jakarta Post. Perempuan yang sehari-hari berdagang peralatan bayi di stand blok LF 8 Pasar Turi itu memilih untuk mengevakuasi barang-barangnya. Meski tokonya berada di seberang pusat api, namun warga Mulyosari Surabaya memperkirakan tidak lama lagi api akan membakar toko yang selama ini menjadi sandaran hidupnya itu.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Muna Elhana, pemilik toko sepatu Jaya Kulit yang terletak di blok A lt.2 Pasar Turi. Ketika awal kebakaran terjadi, Muna memperkirakan api akan segera dipadamkan. Namun, dugaan itu meleset. Ketika hingga Kamis malam asap terus mengepul, Muna dan keluarganya memilih mengemasi barang dagangannya. “Tiba-tiba api berada di hampir setiap stand, kok bisa?” kata Muna pada The Post.

Sulitnya Menjinakkan Api

Dalam pengamatan The Jakarta Post, api pertama kali bersumber dari stand Toko Karpet Restu yang terletak di lantai dasar Pasar Turi. Kejadian yang berlangsung sebelum jam buka Pasar Turi pada pukul 08.00 WIB itu sulit dipadamkan lantaran hampir seluruh stand masih tertutup rapat. Petugas kebakaran pun harus bekerja ekstra keras untuk menjinakkan api dengan menjebol paksa rolling door stand. Tidak hanya itu, dengan aksi yang sama, petugas juga melakukan pembasahan di stand-stand lain di sekitar pusat api.

Namun, pemadaman yang heroik di hari pertama itu tidak banyak membawa hasil. Melalui kabel listrik, api menjalar kemana-mana. Beberapa stand lain di pasar yang memiliki total stand 4.795 buah yang pada awalnya diperkirakan aman, mulai terancam. Pada hari kedua 2000-an stand di empat lantai yang terletak di Pasar Turi I dan II pun terbakar pada hari kedua. Petugas pun kelabakan. Jumlah mobil pemadam kebakaran ditambah. Paling tidak, sudah 53 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk menjinakkan api.

Namun tetap saja, api lebih unggul. Disain gedung Pasar Turi yang tertutup di bagian luar membuat strategi pemadaman api tersendat. Selain mencoba memadamkan api dengan menggunakan selang panjang, petugas terpaksa melakukan penjebolan tembok untuk itu menyemprotkan air dari luar gedung. Namun, lagi-lagi hal itu tidak cukup ampuh untuk menjinakkan si Jago Merah yang semakin liar membakar hampir seluruh bagian pasar yang memiliki luas bangunan 33,5 ribuan meter persegi itu.

Bagaimana titik api di Pasar Turi bisa begitu cepat menyebar? Seorang sumber The Jakarta Post meyakini bahwa kebakaran itu adalah sebuah kesengajaan. Sumber yang takut disebutkan namanya ini mengatakan bahwa dirinya melihat seseorang menyiramkan bensin di salah satu sudut pasar, membakarnya, dan langsung lari. “Saya dan kakak perempuan saya melihatnya, bahkan kakak perempuan Saya sempat mengabadikan peristiwa itu dengan telepon genggam,” kata perempuan yang juga salah satu pedagang di Pasar Turi ini. Rekaman pembakaran itu terjadi di Pasar Turi lama yang terletak di bagian barat pasar.

Pedagang Semakin Terpuruk

Sengaja atau tidak, terbakarnya Pasar Turi membuat pedagang semakin terpuruk. Selain harus berjibaku menembus asap tebal untuk mengevakuasi barang-barang yang belum terbakar, tidak semua pedagang memiliki “sekoci penyelamat” untuk usahanya. Ismail, salah satu pedagang konveksi di stand Sahabat Murah adalah salah satunya. Laki-laki yang juga pernah menjadi korban terbakarnya Pasar Turi pada tahun 80-an ini memilih untuk menampung barang-barangnya di rumahnya di kawasan Margorukun, Surabaya.

“Seperti pengalaman tahun-tahun lalu, kami para pedagang mengarapkan pemerintah menyediakan penampungan sementara,” katanya. Kerugian yang diderita Ismail mencapai nilai total 1 miliar rupiah lebih. Selain satu toko yang biasa ditempati, Ismail juga lima stand lain yang dikontrakkan. Setiap toko bernilai rata-rata Rp.200-an juta. Belum lagi dengan perputaran uang yang dihasilkan setiap perbulannya mencapai nilai Rp.6 juta rupiah. “Menjelang Lebaran nanti biasanya meningkat, kalau sudah begini kami tidak tahu harus bagaimana,” kata Ismail.

Pemilik stand peralatan bayi Toko Yeni, Ny.Lam tidak optimis bila standnya yang terbakar akan diganti secara adil. Ny. Lam yang juga merupakan korban kebakaran pasar turi tahun 80-an ini menceritakan bahwa pada kebakaran sebelumnya, dua stand miliknya hanya diganti satu stand baru. “Waktu itu Saya punya dua stand yang terbakar, tapi saat ada penggantian stand baru, Saya hanya diganti satu stand, dengan alasan dua stand itu adalah satu kepemilikan, semoga kali ini tidak begitu,” kenang Ny.Lam.

Hingga Sabtu (28/7) pagi ini, asap hitam masih mengepul di Pasar Turi. Sehitam masa depan yang terbayang di benak pada pedagang.


No comments:

Post a Comment