Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

12 September 2007

Ziarah Korban Lumpur



ZIARAH KORBAN LUMPUR.
Sekitar 500 warga Renokenongo korban lumpur Lapindo yang kini menjadi pengungsi di Pasar Baru Porong menggelar ziarah kubur di pemakaman desa Renokoenongo, Rabu (12/9) sore ini. Karena desa dan pemakaman sudah terendam lumpur, ziarah kubur yang dilakukan menjelang Puasa di Bulan Ramadhan itu dilakukan di atas tanggul.

10 September 2007

Membuang Sesaji di Danau Kawah Gunung Kelud Kediri Jawa Timur


Danau Kawah Gunung Kelud.


Arak-arakan sebelum prosesi pembuangan sesaji.

Mendoakan sesaji.

Khusuk berdoa.

Prosesi pembuangan sesaji.

Berebut sesaji di danau kawah.

Penonton yang berjubel di tepian danau kawah Gunung Kelud.

07 September 2007

Untuk Munir, Untuk Semua

UNTUK MUNIR, UNTUK SEMUA
Demonstrasi penuntasan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir, berlangsung di Surabaya, Jumat (7/9). Demonstrasi yang dilakukan oleh kelompok yang mengatasnamakan Komunitas Pembela HAM Jawa Timur itu menekankan masuknya kasus Munir dalam babak baru yang paling penting. Yakni, digelarnya sidang Peninjauan Kembali (PK) atas tersangka Pollycarpus dengan rekaman pembicaraan antara Pollycarpus dan Mantan Direktur Garuda Indra Setiawan sebagai bukti baru (novum).


05 September 2007

Olimpiade Sains Nasional Jauh Bawah Standart Internasional

Perjalanan pemenang Olimpiade Sains Nasional (OSN) ke-VI untuk bisa menjadi peraih medali dalam Olimpiade Sains Internasional akan cukup berat. Bukan hanya karena kemampuan peserta dari negara lain yang jauh di atas peserta olimpiade sains Indonesia, namun standarisasi OSN yang berada jauh di bawah Olimpiade Sains Nasional juga menjadi persoalan tersendiri.

Hal itu dikatakan Ketua Tim Juri OSN ke-VI bidang Komputer dan Informatika, Suryana Setyawan pada The Jakarta Post, Rabu (5/9) ini. Suryana menjelaskan, dalam bidang Komputer dan Informatika yang dilombakan di OSN memiliki bobot soal yang jauh lebih ringan dari Olimpiade Sains Internasional dalam bidang yang sama.

“Karena itu, juara dalam OSN dalam bidang apapun, termasuk Komputer dan Informatika, tidak langsung bisa diikutkan pada Olimpiade Sains Internasional karena hampir pasti nilai mereka akan nol, karena bobot soal di Olimpiade Sains Internasional jauh lebih tinggi,” kata Suryana. Untuk itu perlu adanya mekanisme Pelatihan Nasional (Pelatnas) bagi peserta olimpiade sains internasional.

Dalam Pelatnas itu, pemenang OSN akan digembleng dengan materi-materi baru dan lebih mendalam. Bahkan sampai materi-materi yang setingkat dengan materi Sarjana S1, atau bahkan lebih. “Soal-soal yang ada di Olimpiade Sains Internasional setingkat SMA sudah setingkat materi sarjana, dan hal itu tidak diajarkan di sekolah menengah di Indonesia,” kata Suryana.

Dalam pembukaan Olimpiade Sains Nasional ke-VI yang berlangsung di Surabaya Selasa-Kamis (4-6/9), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. DR. Bambang Sudibyo mengatakan standart soal pada OSN ke-VI sudah disetarakan dengan Olimpiade Sains Internasional. Salah satu tujuannya, agar pemenang OSN bisa langsung berkiprah dalam tingkat dunia.

Dalam perhelatan yang diikuti oleh 1182 peserta setingkat SD/SMP dan SMA itu, Kontingen Jawa Tengah mengirimkan peserta paling banyak, sejumlah 111 siswa. Disusul DKI Jakarta dengan 97 siswa dan Jawa Timur sejumlah 70 orang. Semuanya akan berlomba dalam delapan mata pelajaran. IPA, Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Astronomi, Komputer dan Ekonomi. Jawa Tengah, sebagai Juara Umum pada OSN ke-V lalu, bertekad mempertahankan gelar juara.

Suryana Setyawan mengungkapkan, salah satu alasan tidak samanya standarisasi OSN dengan Olimpiade Sains Internasional adalah kemampuan siswa yang tidak merata. Para siswa dari kota-kota besar yang ada di Jawa misalnya, seperti Jakarta, Jogjakarta, Bandung dan Surabaya misalnya, memiliki kesempatan untuk mendapatkan fasilitas yang lebih lengkap dari pada siswa di luar Jawa. Kondisi itulah yang membuat pembuat soal OSN harus memilih soal-soal yang tingkat kesulitannya tingkat Medium.

Didi Supriyadi, peserta OSN ke-VI mata pelajaran Ekonomi asal Tegal Jawa Tengah mengaku sudah memperlajari jenis soal yang sama sebelum berlaga di Surabaya. Meski begitu, dia mengaku masih kesulitan dengan soal-soal yang dilombakan di OSN. “Perlu ada logika-logika peserta, tidak semuanya text book, yah,..mudah-mudahan berhasil,” kata Didi, Siswa SMA I Tegal Jateng ini pada The Post.

Irwan Yahya siswa SMA St. Aloysius Bandung yang merupakan peserta OSN untuk ketagori Komputer dan Informatika mengungkapkan, dari empat soal yang diberikan, dua di antaranya adalah soal yang mudah, sementara dua lain cukup sulit. “Meski sulit tapi saya bisa mengerjakan, yah minimal medali perunggu lah,..haha,” kata Irwan yang dalam seleksi tingkat Provinsi menduduki peringkat pertama serta diprediksi menjadi salah satu pemenang ini.

Berbeda dengan Didi dan Irwan, Azlan Indra dari Riau mengaku kesulitan saat mengerjakan soal yang diberikan kepadanya. Meskipun dirinya sudah mengaku mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum berangkat ke Surabaya. “Wah,..saya kesulitan, karena yang dilombakan berbeda dengan yang dipelajari di sekolah,” katanya.



04 September 2007

Didemo Mahasiswa, Presiden SBY Meminta Anggaran Pendidikan Tidak Diselewengkan

Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono meminta peningkatan anggaran pendidikan disertai dengan perbaikan sistem dan dasar hukum. Sistem dan dasar hukum dibangun untuk mengarahkan anggran pendidikan itu agar sampai ke sasarannya. "Maksudnya (anggaran pendidikan-red) jangan diselewengkan kesana-kemari," kata Presiden SBY dalam kuliah umum berjudul Transformasi Indonesia Dalam Era Globalisasi di Kampur C Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (4/9) ini.

Penegasan Presiden SBY menyangkut anggaran pendidikan itu adalah jawaban dari surat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unair kepada Presiden SBY. Dalam surat itu BEM Unair meminta pemerintah tidak hanya terjebak dalam jumlah anggaran pendidikan semata. Melainkan, perlu adanya tujuan dan sasaran yang akan dicapai oleh pendidikan di Indonesia. "Saya setuju dengan pemikiran mahasiswa, karenanya dengan kemampuan yang ada kita serius dalam peningkatan anggaran dengan penggunaan yang terarah pula," kata Presiden SBY.

Di hadapan 500 peserta kuliah umum yang terdiri dari civitas akademiki universitas dari seluruh Jawa Timur itu Presiden SBY menjelaskan, keterarahan yang dimaksud salah satunya berarti tidak menggunakan anggaran pendidikan dengan boros dan betul-betul memperbaiki inftrastruktur yang ada, Termasuk menyediakan fasilitas buku yang murah."Saya teruskan kepada Mendiknas Bambang Sudibyo untuk dicermati lagi, agar kenaikan anggaran pendidikan kita yang tahun ini meningkat 12,3 persen betul-betul mendapatkan sasarannya," kata Presiden SBY.

Dalam suratnya, BEM Unair juga mengaskan sikap mereka yang menolak Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang saat ini sedang digodok DPR-RI. Menurut SBY, mahasiswa memiliki pandangan yang berbeda dengan pemerintah. Menurutnya, sebuah sistem baru yang akan diterapkan pasti didalamnya terdapat sisi negatif dan positif. Hanya saja, Presiden SBY mengajak mahasiswa untuk meyakini tujuan dan sasaran yang akan dicapai RUU BHP adalah tepat.

Kedatangan Presiden SBY ke Surabaya Selasa ini sempat disambut dengan demonstrasi ribuan mahasiswa dari berbagai kelompok. Dalam pengamatan The Jakarta Post, ada empat kelompok yang berdemonstrasi menyambut SBY. Mulai dari kelompok Gema Pembebasan, Kelompok organisasi mahasiswa, PMII, HMI, GMKI, LMND dll hingga kelompok kampus Unair dan Institut Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Ada tiga isu besar yang diusung mahasiswa dalam demonstrasi menyambut Presiden SBY. Pertama adalah penolakan atas kecilnya anggaran pendidikan dalam APBN yang senilai 10,8 persen dari seluruh anggaran, Kapitalisasi Pendidikan Nasional dengan mendorong Perguruan Tinggi menjadi Perusahaan terbatas (PT) serta tidak tuntasnya kasus semburan lumpur Lapindo Brantas Inc di Sidoarjo yang hingga saat ini belum diselesaikan.

"Kecilnya anggaran pendidikan adalah bukti bahwa pemerintah tidak serius memperbaiki kondisi pendidikan, padahal di sisilain dengan bergantinya status perguruan tinggi menjadi PT, maka hanya kelompok masyarakat yang kaya saja yang bisa mengenyam pendidikan," tulis mahasiswa salam selebarannya.***