Youtube Pilihan Iddaily: CNN Indonesia
Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
 

20 Maret 2007

Blokir dan Bentrok Warga Porong-Polisi

Perjuangan warga korban lumpur yang tinggal di Perumahan Tanggulangin Anggun Sejahtera (Perumtas) Porong Sidoarjo terus belanjut. Di sela-sela pertemuan Panitia Khusus (Pansus) Lumpur Lapindo DPRD Jawa Timur dengan Gubernur Jatim Imam Utomo.
Selasa (20/3) ini, ratusan warga Perumtas menggelar demonstrasi dan memblokir jalan. Mereka bahkan sempat bentrok dengan polisi.

Demonstran yang sehari-hari tinggal sebagai pengungsi di Pasar Baru Porong itu mulai bergerak ke Surabaya sekitar pukul 10.00 WIB. Dengan mengendarai ratusan sepeda motor dan mobil bak terbuka, demonstran bergerak dari Porong menuju Surabaya, melalui jalan protokol dengan pengawalan ketat dari polisi. Begitu sampai di Gedung DPRD Jatim, mereka langsung merangsek ke halaman gedung DPRD Jatim, namun mendapat perlawanan dari polisi yang sejak pagi sudah berjaga di sekitar gedung wakil rakyat itu.

Sempat terjadi dorong mendorong antara demonstran dan polisi. Meski akhirnya demonstran mengalah, namun tetap memblokir jalan. Kemacetan pun tidak terelakkan. Selama satu jam, jalan menuju ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya tertutup total. Satu-satunya akses ke pelabuhan adalah memalui jalan tol. Demonstrasi juga dilakukan warga Siring di sekitar tanggul semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo.

Dalam aksinya warga Perumtas meminta Gubernur Jawa Timur Imam Utomo mendengar aspirasi masyarakat yang menginginkan pembayaran ganti rugi atau cash and carry. "Kami tidak setuju dengan usulan relokasi plus yang akan diberikan pemerintah kepada kami," kata orator melalui pengeras suara.

Pemerintah menawarkan solusi relokasi plus pada korban lumpur Lapindo. Relokasi plus yang dimaksud adalah memindah tempat hunian dan memberikan nilai "plus". Yaitu uang Rp.15 juta dan pemutihan angsuran rumah. Usulan itu ditolak oleh masyarakat. Karena nilai "plus" yang dijanjikan, belum jelas realisasinya.

Dalam waktu yang bersamaan, di ruang Rapat Paripurna DPRD Jawa Timur sedang berlangsung dialog antara Gubernur Imam Utomo, Bupati Sidoarjo Win Hendrarso, Kapolda Jatim Irjen Polisi Herman Surjadi Sumowiredjo dengan Pansus Lumpur Lapindo yang dipimpin oleh Y.A Widodo. Dalam pertemuan itu, Pansus Lumpur Lapindo meminta Gubernur Jatim dan jajarannya menjelaskan posisi terakhir kasus lumpur Lapindo.

Gubenur Imam Utomo menjelaskan, sudah selayaknya kasus lumpur Lapindo diambil alih oleh pemerintah dan ditetapkan sebagai bencana nasional. Namun, karena pemerintah ada problem dana, maka Lapindo Brantas Inc tetap diposisikan sebagai penyandang dana utama. "Pemerintah mengambil alih kasus Lumpur Lapindo dan menyelesaikan seluruh pembayaran ganti rugi dengan menggunakan dana APBN, meski begitu, Lapindo harus "menalangi" (meminjami uang) pada pemerintah," katanya.

Selama ini, kata Imam, penyelesaian kasus Lumpur Lapindo dilakukan dengan membagi pekerjaan antara pemerintah dan Lapindo. Semua urusan yang menyangkut infrastruktur, seperti jalan tol, rel KA hingga pipa gas, menjadi tanggungjawab pemerintah, sementara urusan gantirugi yang berhubungan langsung dengan masyarakat ditangani oleh Lapindo Brantas Inc.

Pemerintah Provinsi Jawa Timur memperkirakan, setidaknya pemerintah membutuhkan dana Rp.3,39 triliun. Pemerintah pusat sudah menyediakan dana Rp.2,5 triliun dan sisanya Lapindo menyediakan tambahan dana Rp.800 miliar.Gubernur mengharapkan Pansus DPRD Jatim bisa memberi rekomendasi strategis dalam kasus lumpur Lapindo. "Yah, mungkin bisa direkomendasikan untuk pemerintah agar lebih keras dalam menginjak kaki Lapindo lebih keras," sindir Imam Utomo disambur tawa para anggota dewan.

Kapolda Jawa Timur, Irjen Polisi Herman Surjadi Sumowiredjo mengatakan, proses hukum kepada jajaran direksi Lapindo Brantas inc masih belum menunjukkan perkembangan. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) milik 13 tersangka yang diserahkan ke Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, justru dikembalikan ke Polda Jatim untuk diperbaiki. "Kejaksaan meminta kami untuk memperbaiki," kata Kapolda Herman Surjadi Sumowiredjo di sela-sela pertemuan.

18 Maret 2007

Goyang Reyog Di Pojok Kota

Firman memang bukan seniman terkenal di Jawa Timur. Kiprahnya di dunia seni Reyog pun baru seumur jagung. Namun baginya, seni asal Ponorogo Jawa Timur itu adalah sandaran hidup. Melalui Reyoglah, laki-laki 20 tahun asal kota Kediri Jawa Timur itu mendapatkan biaya sehari-hari.

Dengan dandanan ala Bujang Ganong (salah satu tokoh dalam seni Reyog), Firman menyusuri jalanan kampung-kampung di Surabaya untuk menjadi pengamen Reyog. Untuk mendapatkan uang Rp.500-Rp.5000 rupiah, Firman menari di depan rumah dan toko. Suara tabuhan khas Ponorogo yang mengalir dari sound system portable yang dibawanya, cukup menarik perhatian.

Teruslah menari Firman..."goyangkan" nurani orang-orang dengan goyanganmu!

















14 Maret 2007

Iman di Radio Suara Surabaya (Narsis dikit,.hehe)

SUARA SURABAYA. Peristiwa penghapusan paksa gambar di kamera Mochtar, Reporter RCTI di Nganjuk, Jawa Timur oleh Kapolsek Kertosono, menjadi salah satu topik dialog Lembaga Konsumen Media (LKM) di Radio Suara Surabaya, Selasa (12/3) ini. Tampak pada gambar, Iman Dwianto, Ketua AJI Surabaya (kedua dari kiri), Henry Subiyakto, Ketua LKM (ketiga dari kiri) dan Restu penyiar Suara Surabaya (membelakangi kamere). Gambar ini diambil Eddy, reporter SuaraSurabaya.net.

12 Maret 2007

"Oreng Madura" mengais budayanya

Madhura ampon kalonta e manca naghara
Buja tor tana kapor
Santre tor para keyae
Maasre sahajana baburughan...

Penggalan puisi berbahasa madura karya sastrawan Madura Ismail itu, dibaca di sela-sela Kongres Kebudayaan Madura di Sumenep. Puisi itu bercerita tentang harapan penduduk Madura pada masa depan daerahnya. Secara sederhana, sastrawan asal Pamekasan ini menginginkan Madhura ampon kalonta e manca naghara (Madura menjadi terkenal di seluruh dunia). Meskipun hanya bermodal buja (garam) dan tana kapor (tanah kapur), namun dengan bantuan santre (santri dan murid pondok pesantren) dan keyae (kiai atau kepala pondok pesantren), semua itu akan terwujud.

08 Maret 2007

Penemuan Arca Memperjelas Lokasi Kerajaan Kadiri

*Sudah ada beberapa perubahan naskah di tulisan ini. Penggunaan kata "prasejarah", telah dihapus. Dengan ini kesalahan telah diperbaiki.

Penemuan komplek situs Tondowongso dengan 14 arca purbakala di Desa Gayam, Kediri, Jawa Timur semakin memperjelas posisi Kerajaan Kadiri. Ada kemungkinan posisi kerajaan yang pernah berdiri megah pada Abad 14 dengan Raja Jayabaya itu berada tidak jauh dari lokasi ditemukannya arca. Untuk itu, hendaknya lokasi penggalian yang selama ini terbuka bagi masyarakat umum, dilokalisir agar tidak ada kerusakan arca bersejarah karena penggalian liar oleh masyarakat sekitar.

Hal itu dikatakan Prapto Saptono, Penanggungjawab Teknis dan Perlindungan Kebudayaan Penyelamatan Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur pada The Jakarta Post, Rabu (7/3) ini di Trowulan, Mojokerto. "Saya melihat ada hubungan antara benda purbakala yang sudah ditemukan sebelumnya, dan kali ini semakin memperjelas posisi Kerajaan Kadiri yang selama ini masih misterius keberadaannya," kata Prapto.

Dalam catatan BP3, hingga tahun 2007 ini sudah 392 benda purbakala ditemukan di hampir 12 kecamatan di Kabupaten dan Kota Kediri. Keempat belas arca purbakala yang terdiri dari Arca Dewa Syiwa Maha Bumi, Arca Dewa Durga Mahesa Sura Madini, Arca Lembu Andini atau Nandi, Arca Lingga-Yoni, Arca Dewa Chandra dan Arca Dewa Surya, serta berbagai arca lain yang tidak jelas bentuknya karena rusak.

Di sebelah barat Desa Gayam, letaknya di Kecamatan Pagu, ditemukan petilasan Raja Kerajaan Kadiri, Prabu Joyoboyo. Lokasi yang diyakini pernah digunakan untuk tempat berdoa Prabu Joyoboyo itu kini digunakan sebagai tempat semedi. BP3 memperkirakan, Desa Gayam itu terkait erat dengan Petilasan Joyoboyo itu.

Ahli epigraf/pembacaan prasasti BP3, Ririet Suryandani mengatakan untuk menentukan lokasi pasti dari Kerajaan Kadiri bisa dilakukan dengan study toponimi atau nama-nama kuno. Dalam bahasa yang lebih sederhana, semua temuan purbakala di daerah Kabupaten Kediri akan dipelajari dengan pendekatan kata kuno. "Dari ratusan arca purbakala yang ditemukan akan bisa ditarik kesimpulan posisi kerajaan Kadiri," kata Ririet pada The POst di lokasi penggalian, Kamis (8/3) ini.

Di situs Tondowongso, Ririet memperkirakan adanya prasasti yang menunjukkan apa sebenarnya fungsi, nama serta kegunaan bangunan purbakala ini ketika dibangun. Bentuk dari prasasti yang kemungkinan ditemukan itu bisa bermacam-macam. Mulai batu bertatah, perunggu dan lembaran emas. "Di daerah Kecamatan yang Kras ada prasasti Njemekan, ada kemungkinan di lokasi Tondowongso ini juga akan ditemukan prasasti serupa," katanya

Penemuan arca di desa Gayam,Kediri memang bukan pertama kali. Di tempat yang sama, pernah juga ditemukan tiga arca oleh almarhum Prof. DR. Sukmono pada tahun 1957. Ketika itu guru besar arkeologi Universitas Hadjah Mada (UGM) Jogjakarta ini menemukan tiga, arca Dewa Brahma, Lembu Andini atau Nandi dan Arca Yoni. Ketika itu, kondisi situs Tondowongso Kediri sangat mengenaskan. Seluruh pondasi sudah rusak dan rapuh. Upaya penggalian pun dihentikan.

Berbeda dengan penemuan sebelumnya, arca yang ditemukan di Desa Gayam tergolong arca langka. Sosok Dewa Syiwa Maha Bumi yang memiliki empat kepala (Catur Sirah). "Biasanya arca dewa Syiwa Maha Bumi yang banyak ditemukan memiliki tiga kepala (Tri Sirah), juga ada bentuk kendi (tempat air) yang terpatung di samping Dewa Syiwa, ini adalah sosok arca yang langka," kata Prapto.

Jenis batu bahan baku arca pun termasuk batu pilihan dengan kualitas yang bagus. Salah satu bukti dari bagusnya kualitas itu adalah tidak rusaknya arca meskipun sudah tertimbun ratusan tahun. Ornamen-ornamen yang pada arca-arca purbakala lain yang hampir pasti rusak, pada arca di situs Tondowongso ini masih terlihat jelas. Pada arca Lembu Andini misalnya, warna coklat muda yang digunakan pun masih terlihat jelas.

Hingga Rabu ini, lima arkeolog dari BP3 Trowulan, Mojokerto masih melakukan olah lokasi penemuan. Tim yang sudah mulai bekerja sejak dua bulan lalu itu hingga saat ini masih belum mengidentifikasi bentuk asli bangunan candi, karena rangka bangunan candi secara vertikal sudah tidak ada lagi.

Meskipun arca di Kabupaten Kediri tergolong langka, namun tim BP3 menemukan adanya tata letak yang berbeda dari candi kebanyakan yang ada di Jawa Timur. Perbedaan itu terletak pada posisi arca Lingga-Yoni yang selalu berada di tengah candi, dalam penemuan situs Tondowongso kali ini, posisi Lingga-Yoni terletak di pinggir candi. "Ini tergolong aneh, kita akan melakukan pendalaman," kata Prapto.

Perbedaan lain adalah ditemukannya enam arca yang berjejer dan menempel di tembok. Hal itu sangat berbeda dengan tata letak kebanyakan candi di Jawa Timur. Posisi keenam arca yang semua menggambarkan Dewa Syiwa itu seharusnya memposisikan keenam arca itu di sebelah Lingga-Yoni.

Perbedaan paling menyolok adalah sosok Dewa Syiwa yang menggunakan bahan batu andesit yang berwarna merah menyala. Hal ini tergolong istimewa. Lantaran penggunaan batu andesit merah hanya ditemukan dalam arca dewa Garuda Wisnu Kencana yang kini tersimpan di Museum Trowulan, Mojokerto. "Arca Dewa Garuda Wisnu itu sangat istimewa, karena sosoknya dikhususkan dan berwarna merah, nah,..kini ditemukan lagi arca Dewa Syiwa berwarna merah," kata Divisi Registrasi dan Penetapan BP3 Jawa Timur, Ahmad Kholif.

Purwanto, salah satu arkeolog BP3 yang juga melakukan penggalian mengungkapkan, setelah semua ditemukan, akan dilakukan pendalaman secara kimiawi. Mulai pengukuran tekstur batu, jenis bahan hingga perubahan kimiawi setelah tertanam beberapa tahun. "Melalui proses kimiawi akan terungkap masa ketika arca ini dibuat," kata Purwanto pada The Post.

DATA PENEMUAN ARCA DI KABUPATEN KEDIRI

1. Kecamatan Pagu:
Arca Totok Kerot
Prasasti Tangkilan
Jobong Sumur
Arca Gadung
Arca Gajah

2. Kecamatan Kota:
Lapik Arca
Bangunan Candi
Makam Sunan Demang
Makam Sunan Amangkurat
Makam Pangeran Mekah (Syech Sulaiman al Wasil)
Brahma

3. Kecamatan Gampengrejo:

Yoni
Situs Sebanen
Gunungan (Kemuncak)
Gunungan
Lapik Arca
Watu Kendit
Prasasti Plosokerep
Batu relief
Lingga Semu
Jambangan Air
Gaja-Simha
Lingga

4. Kecamatan Semen:
Batu Pohsarang

5. Kecamatan Mojoroto:

Dwarapala
Arca Wanita
Arca Tak dikenal
Wisnu
Dwarapala
Agastya
Dwarapala
Pilar
Goa Selomangleng
Museum Aerlangga
Genta
Wajra Genta
Pedupaan
Cermin
Lampu
Talam
Piring
Mangkuk
Guci
Wadah sayur
Bak Air
Yoni
Siwa
Arca Laki-laki diatas binatang
Arca Wanita
Brahma
Siwa
Parwati
Buddha
Wisnu
Ardhanari
Arca Wanita
Ganesa
Siwa
Ganesa
Arca Laki-laki
Arca Wanita
Prasasti
Gentong Batu
Nandi
Gandik
Pipisan
Anak Timbangan
Asana
Batu candi berelief
Arca sederhana
Arca Laki-laki
Kemuncak
Miniatur Rumah
Makara
Jaladwara
Kala
Binatang
Kala
Dwarapala
Singa
Atap miniatur
Limas segi empat terpancung
Kilin
Yoni
Arca
Asana

6. Kecamatan Gurah:

Situs Babadan
Makara
Bingkai Candi
Batu Candi
Gentong Batu
Prasasti
Yoni
Reco Buto
Yoni
Batu Candi
Lumpang batu
Batu ambang pintu Candi
Lingga Semu
Batu Candi
Arca Tak dikenal

7. Kecamatan Kandangan:

Lingga berinskripsi
Gentong Batu
Batu Dakon
Arca Unfinish
Nandi
Gentong Batu
Yoni
Harihara
Arca Tak dikenal
Miniatur Candi

8. Kecamatan Plemahan:
Candi Tegawangi

9. Kecamatan Kepung:

Dwarapala
Yoni
Ambang Pintu
Yoni
Dwarapala
Jaladwara
Brahma
Prasti

10.Kecamatan Pare:
Candi Surowono

11.Kecamatan Pesantren:
Jobong
Yoni
Batu Candi
Batu bata

12. Kecamatan Plosoklaten:
Arca laki-laki

13. Kecamatan Puncu:
Arca Gajah
Candi Ndorok

14. Kecamatan Ngadiluwih:
Lumpang batu
Patmasana
Tugu Batas

15. Kecamatan Kras:
Ambang Pintu
Fr. Miniatur Bangunan
Kemuncak

16. Kecamatan Kandat:
Nandi
Mahakala
Ganesa
Dwarapala

17. Kecamatan Wates:
Tugu Batas