20 February 2016

APA SALAHNYA MENGAKU NABI?



Belum usai benar fenomena kelompok Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), sebagai kelanjutan dari kelompok Millah Abraham dan Al Qiyadah Al Islamiah pimpinan "nabi" Ahmad Musadeq, muncul lagi "nabi " baru. Kali ini dari Jombang, Jawa Timur.

Bedanya, laki-laki berusia 44 tahun bernama Jari ini mengaku sebagai Nabi Isa. Lengkapnya, Isa Habibullah atau Isa Kekasih Allah. Bisa ditebak, Jari segera dituduh sesat dan diminta "kembali ke jalan yang benar".

Apa salahnya mengaku nabi?

***

ISA DAN MUHAMMAD

Dalam wawancara dengan CNN Indonesia (tv), intelektual dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Al Makin mengatakan, setidaknya ada 500 orang di Indonesia yang mengaku sebagai nabi.

Dan pastinya, mereka adalah para nabi yang hadir setelah Muhammad SAW, Nabi terakhir versi umat Islam. Tentu saja, ratusan nabi yang disebutkan Al Makin itu adalah nabi palsu di mata umat Islam.

Tentang para nabi dan rasul, saya teringat sebuah ayat di Quran yang (kalau tidak salah ingat) menceritakan adanya nabi dan rasul yang dikenal (baca: diceritakan) dalam Quran, maupun yang tidak diceritakan.

Juga tentang sosok Nabi Isa AS dan Muhammad SAW, yang menjadikan cerita para nabi versi agama keturunan Nabi Ibrahim ini, selalu ada sepanjang masa.

Dari yang saya pahami, Nabi Isa AS adalah rasul (dalam konsepsi Islam, Rasul adalah Nabi yang menerima wahyu dari Tuhan untuk dirinya dan umatnya-red). Begitu juga dengan Muhammad SAW, yang menjadi nabi dan rasul terakhir/penutup.

Sejauh yang saya pahami sebagai muslim, Isa AS diangkat ke langit, untuk kemudian diturunkan kembali sebagai penanda datangnya Hari Kiamat (hari akhir). Dalam berbagai hadis pun, Muhammad SAW menjelaskan hal itu.

Kapan Isa AS akan datang? Tidak ada keterangan soal itu, selain tanda-tanda yang dipercaya sebagai "sign" kedatangan Isa AS. Silahkan disearch di internet soal ini.

Salah satu "sign" itu adalah munculnya Imam Mahdi, atau pemimpin (yang dalam versi cerita Islam), membawa kemenangan bagi umat Islam. Kemenangan itulah, yang membuat Dajjal (sosok yang jahat, pendusta, dan segala keburukan lainnya) muncul, dan membunuh Imam Mahdi.

Saat Dajjal menang itulah, Isa AS turun dan akan "meluruskan" semuanya. Termasuk membunuh Dajjal. Lalu, kiamat datang. The end!

Nah, rangkaian cerita di sinilah, menurut saya, titik simpul munculnya nabi-nabi palsu itu.

ISA DAN IMAM MAHDI

Sepanjang yang saya ingat, banyak orang yang mengaku Imam Mahdi. Gak pernah ada yang mengaku Dajjal.

Yang paling keren dan terbaru adalah Zubair Amir Abdullah, asal Sumatera Utara. Tidak tanggung-tanggung, Zubair membuat geger di samping Kabah pada Agustus 2015. Ini videonya:


*Video diupload oleh akun Youtube Ahmad Suhendar

Di seluruh dunia, tak terhitung lagi jumlah para "Imam Mahdi". Di setiap masa, hampir pasti ada orang yang mengaku sebagai pimpinan akhir jaman itu.

Yang tidak kalah keren adalah kemunculan orang-orang yang mengaku Nabi Isa AS. Nama Lia Aminuddin atau Lia Eden, spiritualis asal Jakarta ini sempat menghebohkan karena mengaku titisan Nabi Isa.

Lalu, muncullah Jari, Nabi Isa dari Jombang, Jawa Timur.

MENGAPA TIDAK?

Dalam sebuah diskusi bersama kawan-kawan, saya bertanya: Apa salah Jari ketika dia mengaku Nabi Isa?

Jawaban yang muncul, kurang lebih menilai Jari melakukan penistaan pada Agama Islam. Jari dianggap nabi palsu dan sesat.

Senada, LSM MUI cabang Jombang Jawa Timur menilai Jari sesat dan murtad.

Penilaian pada Jari adalah efek buruk dari pelembagaan agama di Indonesia. Yang kemudian, diikuti oleh sikap lembaga-lembaga lain yang menilai "berwenang" memutuskan, mana yang "boleh" dan "tidak boleh" dalam agama.

Penafsiran mainstream dan mayoritas, sampai kapan pun akan menutup ruang-ruang spiritual "minoritas" yang seharusnya bersifat personal.

Dalam kasus Jari (dan mungkin kasus-kasus lain) misalnya. Dia menerima "bisikan" dalam proses spiritual yang dijalani.

"Bisikan" ini, diartikan sebagai wahyu dan "pengangkatan" oleh Tuhan kepadanya. Kebetulan, dia diangkat sebagai "Nabi Isa".

Di mana letak kesalahannya?

Bila kita konsisten meyakini datangnya Imam Mahdi, Dajjal dan Nabi Isa, harusnya pengakuan-pengakuan seperti yang dilakukan para "imam mahdi" dan "Nabi Isa" semacam ini diberi ruang.

"Ruang" yang saya maksud, bukan membenarkan, melainkan lebih pada pembiaran dan menghormati hak pribadi atau pilihan spiritualitas yang bersangkutan.

Kecuali, bila pengakuan semacam itu dibarengi dengan seruan lain yang merusak. Sebut saja, seruan jihad yang berujung terorisme.

SIKAP MUHAMMAD

Dalam hasil pencarian di internet, saya menemukan berbagai kisah tentang Muhammad SAW, terkait nabi palsu di jamannya.

Dengan bahasa lain, ada orang-orang yang mengaku nabi, saat Muhammad SAW masih hidup.

"Akan muncul dari tengah umatku pendusta semuanya mengaku nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku. Dan akan senantiasa ada sekelompok dalam umatku yang berada di atas kebenaran," kata Muhammad SAW seperti diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ahmad.

Dalam riwayat lain, Muhammad pernah mengatakan, di dalam umatnya ada 27 pendusta dan pembohong. Empat di antara mereka adalah perempuan. "Dan sesungguhnya aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku," katanya seperti diriwayatkan Thahawi (HR. Thahawi).

Setidaknya ada 2 "nabi" yang muncul di jaman Muhammad:

1. Abhalah bin Ka'ab bin Ghauts Al Kadzdzab alias Al Aswadi Al Ansi dari Yaman.

2. Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal, Arab Saudi.

Yang menarik, meskipun Muhammad SAW tidak setuju dengan mereka, namun ia tidak menggunakan kekuasaannya untuk membuat para "nabi" ini berhenti mengekspresikan diri (mohon dikoreksi kalau saya salah-red).

Tentu saja, sebagai Rasulullah dan nabi terakhir, Muhammad SAW cukup percaya diri untuk tidak terganggu oleh para nabi "kw" itu.

Sikap "demokratis" yang diajarkan Muhammad SAW ini, tidak saya rasakan saat ini.

ID NUGROHO

1 comment:

  1. KOMENTAR MAS SAIFUL BAHRI DI KOLOM KOMENTAR FACEBOOK SAYA INI, PENTING UNTUK MEMPERKAYA DISKUSI SOAL INI:

    SAIFUL BAHRI:
    Saiful Bahri Yo jelas salah pak. Al Quran telah menyatakan Nabi terakhir adalah Muhammad Shallallahu 'alaihi wassalam. Tak ada nabi setelahnya. Sebagai muslim saya meyakini kebenaran Al Quran sepenuhnya. Mengaku nabi berarti membuat makar thd agama dan tidak berpegang lagi pada Al Quran. Apa dasarnya ya pak Iman D Nugroho menyatakan nabi Muhammad tidak memerangi nabi palsu dan demokratis dengan "membiarkannya"? #benerantanya

    IMAN D. NUGROHO: Mas Saiful Bahri, terima kasih atas komentarnya.

    (1) Saya melakukan riset dan mengobrol dengan kawan soal ini. Mungkin tidak sempurna. Dan hasilnya seperti yang saya tulis. Bila ada cerita soal itu, silahkan melengkapi.

    (2) Rasulullah SAW yang saya "kenal", adalah sosok yang tidak menggunakan kekuasaannya (baca: memerangi), pihak-pihak yang tidak memeranginya. Kalau Mas Ipul punya fakta lain soal ini, monggo dishare.

    Terima kasih.

    SAIFUL BAHRI:
    Mas Iman D Nugroho yang baik. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan hidayahnya untuk Mas Iman. Islam itu agama ilmiah yg dibangun diatas ilmu dan bukan agama doktrin. Sebagai pemiliknya Allah Azza wa Jalla menjaga kemurnian agama ini dengan memberi pemahaman yang baik pada hamba-hambanya yang Dia kehendaki. Allah Ta'ala menjadikan para ulama sebagai pewaris para nabi. Dari ulama lah kita tau bagaimana tata cara ibadah (sholat, puasa dll) yg diajarkan nabi 14 abad yl. Darimana mereka (para ulama itu) tau? Dgn belajar ttg agama ini dr orang- orang sebelumnya, mengkaji Al Quran, Hadits dan kitab2 ulama terdahulu.
    Jauh sebelum ilmu jurnalistik berkembang, Islam telah menerapkan prinsip disiplin verifikasi. Dalam meriwayatkan sebuah hadits seorang Ulama ahli hadits mengambil dan meneliti kebenaran nya dari sumber-sumber tepercaya hingga diketahui perkataan/ perbuatan itu benar dtgnya dari Nabi. Jadi Islam yg kita anut sekarang tidak dibangun diatas dasar "katanya dan katanya". Atau sekedar hasil diskusi dan adu pendapat para ahli.

    Poin kedua yg mas Iman sebut tidak salah. Tapi tidak tepat digunakan dalam konteks Nabi palsu. Nabi palsu muncul di masa2 akhir kenabian. Bukannya tidak diperangi, tp memang krn masanya yg pendek. Musailamah bersama kaumnya menyatakan masuk Islam pada 9 H dan Nabi Shallallahu A'laihi Wasallam wafat pada 11 H. Masa2 diantara itulah Musailamah menyatakan diri sebagai Nabi. Nabi lalu mendakwahinya dahulu, meminta nya kembali kpd Islam yg benar. Baru kemudian setelah Rasulullah wafat, Musailamah diperangi di masa Kekhalifahan Abu Bakar ra.

    ReplyDelete