30 July 2006

Seorang Pengungsi Bojonegoro Meninggal Dunia

Seorang warga Desa Campurejo, Bojonegoro yang Sabtu (29/07) kemarin mengungsi karena ketakutan akibat bocornya gas H2S di areal eksplorasi minyak dan gas milik Join Operation Body (JOB) Pertamina-PetroChina di Kecamatan Kota Bojonegoro meninggal dunia. Ada dugaan korban meninggal dunia karena ketakutan dan penyakit sesak napas yang dideritanya kambuh setelah menghirup H2S.

Korban meninggal dunia itu benama Ngatijo,54, warga desa Campurejo yang berjarak 800 meter dari lokasi pengeboran milik PetroChina itu. Menurut penuturan Ketua Badan Perwakilan Desa Campurejo yang juga tokoh masyarakat setempat, Nurhasyim, ketika terjadi kebocoran gas Sabtu dinihari lalu, Ngatijo mengungsi ke Desa Menilo, Kecamatan Suko, Kabupaten Tuban.

Korban baru kembali ke rumahnya di Campurejo pada pagi harinya, sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu meskipun kebocoran di sumur eksplorasi PetroChina bisa disumbat, namun bau amoniak masih bisa dirasakan. "Saat itu korban sudah mengaku sesak napas, namun tidak memeriksakan diri ke rumah sakit," kata Nurhasyim pada The Jakarta Post, Minggu (30/07) ini.

Menjelang malam, ada himbauan dari aparat desa akan adanya pembakaran gas H2S seperti yang terjadi Sabtu dinihari lalu. Saat itulah Ngatijo yang sudah sesak napas semakin ketakutan. "Woro-woro itu dilakukan oleh aparat desa itu semakin menurunkan kondisi Ngatijo yang sebelumnya sudah sesak napas, dan sekitar pukul 19.00 meninggal dunia," kata Nurhasyim.

Kondisi Desa Campurejo pun gempar. Warga desa setempat sempat meminta Ngatijo untuk di otopsi di rumah sakit setempat. Namun, permintaan itu ditolak keluarga Ngatijo dengan alasan tidak tegas melihat mayat keluarganya di otopsi. Kematian NGatijo membuat rencana pembakaran gas H2S yang direncanakan dilakukan sekitar pukul 20.00 WIB pun diundur.

Sementara itu, hingga Minggu (30.07) siang ini, seluruh pengungsi dari tiga desa sekitar lokasi pengeboran yang kemarin mengungsi, Desa Ngampel, Desa Sambiroto dan Desa Cempurejo sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Kepala Desa Sambiroto, Sutikno mengatakan, meski sudah kembali ke rumah, warga desa Sambiroto masih diselimuti perasaan was-was.

"Perasaan khawatir itu masih ada, dan tampaknya pihak Kabupaten Bojonegoro menyadari hal itu, buktinya ketika ada rencana untuk membakar gas H2S, ada mobil dari Dinas Informasi dan Komunikasi Kabupaten Bojonegoro yang berputar di seluruh desa untuk meminta warga tidak khawatir," kata Sutikno pada The Jakarta Post.

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Ridho Syaiful Ashadi mengatakan, kebocoran gas yang terjadi di sumur V Sukawati PetroChina itu adalah bukti bahwa pengeboran yang dilakukan di sekitar pemukiman warga tidak aman. "Harusnya, sebelum dilakukan pengeboran di sekitar pemukiman, wajib dilakukan analisis kemungkinan bencana," katanya.

Analisis kemungkinan bencana ini digunakan untuk mengukur semua kemungkinan bencana yang mungkin terjadi di tengah proses eksplorasi dan eksploitasi. "Tapi hal itu diabaikan, semburan lumpur dan gas milik Lapindo Brantas Inc dan PetroChina tidak memiliki analisis itu," jelasnya. Untuk itu, Walhi Jatim meminta pemerintah bertindak tegas kepada perusahaan yang bersangkutan.

"Walhi menuntut pemerintah mencabut izin produksi perusahaan yang bersangkutan, karena telah melanggar izin dan tidak memperdulikan keselamatan warga dalam kegiatan pertambangan," jelas Ridho Syaiful Ashadi.

No comments:

Post a Comment