Youtube Pilihan Iddaily: CNN Indonesia
Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
 

10 April 2010

Perang Dewa versi Tiga Dimensi

Jojo Raharjo

*Resensi Fim “Clash of The Titans”

Rubrik film kali ini mengupas film Hollywood berjudul “Clash of The Titans” yang sedang tayang di jaringan bioskop 21 di Indonesia. Menyaksikan pemutaran khusus “Clash of The Titans” bagi wartawan di Plaza Indonesia Theater, Jakarta saya merasakan betapa film yang diangkat dari mitologi Yunani, didukung dengan efek suara dan visual dahsyat banget.

Kisahnya diawali saat manusia memberontak terhadap para dewa dengan merobohkan patung Dewa Zeus. Maka, para dewa pun murka dan mengirimkan monster bernama Kraken untuk menghancurkan negeri Agros beserta seluruh penghuninya. Di saat itulah, muncul pahlawan bernama Parseus, manusia setengah dewa yang memimpin rakyat bertarung melawan para dewa. Parseus dilahirkan dan ibu seorang manusia dan berayahkan Zeus, yang kemudian memimpin perang melawan dendam karena dia juga sakit hati dibuang ke dunia.

Dalam film produksi Warner Bross ini, penonton menjadi terhibur dengan perpaduan antara adegan perang, aksi aksi perkelahian dan gambar imajiner, misalnya suasana pada tempat antara kehidupan manusia dan kekuasaan Sang Maha Kuasa.

Seusai pemutaran “Clash of The Titans”, Dona Asri, wartawati Majalah Angkasa mengaku, dirinya selalu memiliki kesan tersendiri setiap menonton film bertemakan mitos para dewa. “Pasti ada sesuatu yang menarik untuk dipelajari dari mitos para dewa. Dalam kisah ini, kita tahu betapa siapapun bisa jadi dewa kalau ada sesuatu dari dalam kita yang bisa keluar, saat kita betul-betul yakin dengan kemampuan kita,” katanya.

Tapi, ada juga kritikan yang mengatakan bahwa alur cerita film “Clash of The Titans” terlalu mengada-ada, seperti disampaikan Arvero Iwantra, Editor For Him Magazine. “Dari segi cerita terlalu khayal. Ya, ini memang fantasi, tapi seharusnya sebuah film mesti ada logika ceritanya. Sebagai hiburan oke, tapi sebagai sebuah karya sinema, kurang maksimal,” kata Arvero.

Film ini menjadi menarik dinikmati karena beberapa gedung bioskop menyediakan versi 3D. Dalam versi tiga dimensi, penonton mendapatkan kacamata khusus sehingga mendapatkan suasana film seperti nyata. Kesan itu juga yang disampaikan Dona Asri. “Pasti beda nonton film 3D dibanding film biasa, seperti kita masuk ke dunia nyata,” papar Dona,

Namun, Arvero Iwantra punya pendapat lain. Menurutnya, teknologi 3D memang bagus, tapi tetap tidak akan berarti bila tidak diimbangi plot cerita yang berkualitas. “Tiga Dimensi itu hanya gimmick, ibarat kecantikan wajah dia cuma kosmetik atau make up luar saja. Yang penting sebuah film dibilang bagus atau jelek bukan dari teknologinya, tapi jalan cerita film itu,” kata Arvero.

Apalagi kata Vero, film ini merupakan karya remixed. “Film ini kan sudah pernah diputar pada era 1980-an. Nah, zaman dulu orang tertarik karena dongengnya, bukan karena efeknya kan?” katanya.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

[ My Family ] Beruntunglah Hidup di Indonesia

*Pengalaman Sebelum Pameran di Belanda

Berangkat dengan KLM 0810 (maskapai Belanda) jam 18.50 on time, meskipun tidak cepat take off dikarenakan cuaca yang kurang bersahabat. Menunggu beberapa pesawat landing barulah pesawat kami take off. Keberangkatan kami sebelumnya dari Surabaya – Jakarta dengan pesawat kebanggaan kita bersama justru mundur (delay) satu jam.

Satu Jam kemudian kami mendarat di bandara Malaysia. Ops…kesan pertama saya, indah dan megah. Sangat modern. Sulit membayangkan, negara tetangga kita yang katanya dulu mengirimkan guru-gurunya untuk belajar di perguruan tinggi kita, mempunyai bandara yang luar biasa megah. Jauh lebih megah dari bandara kita. Orang-orang asing berseliweran, lebih banyak dari yang kami lihat ketika kami di bandara Soekarna Hatta – Jakarta.

Tidak terjadi penumpukan penumpang, karena trem siap setiap saat mengangkut penumpang yang datang untuk dibawa ke tujuannya masing-masing. Padahal ketika di Soekarno Hatta, untuk masuk immigrasi dan masuk ke pintu penerbangan kami harus melalui antrian cukup panjang. Didominasi orang local yang hendak melakukan ziarah dan umroh. Nampaknya kita mesti belajar dari Malaysia dalam hal ini, effisiensi dan memudahkan. Sehingga tidak terjadi penumpukan. Kasihan sekali, lansia (lanjut usia) yang mau berangkat umroh maupun haji. Sebaiknya tidak antri berlama-lama, karena mereka mesti menyimpan tenaga untuk melakukan ibadah selanjutnya.

Dari Malaysia, sekitar 30 menit kemudian kami berangkat menuju Amsterdam (Belanda). Sebelum memasuki pesawat, kami harus menunjukkan passport an tiket pesawat kami. Petugas di Malaysia tidak menunjukkan senyum, inilah kelebihan kita. Petugas kita masih lebih ramah. Ah seandainya semua bisa kita tingkatkan menjadi lebih baik, sehingga negara kita lebih menyamankan orang untuk tinggal.

Kami mendapatkan 3 kali makan, ketika penerbangan ke Malaysia, ketika terbang ke Amsterdam dan sarapan pagi sebelum sampai di Amsterdam. Jadi jangan takut untuk kelaparan. Setiap dua jam, pramugari berseliweran untuk menawarkan minuman termasuk ice cream. Saya agak kawatir karena pengalaman saya di toilet manapun di tanah air yang ‘tidak cukup bersih’ dan selalu dengan aroma yang khas. Maka saya menahan diri untuk pergi ke toilet pesawat apalagi saya lihat banyak orang yang menggunakannya. Namun saya hanya bertahan 10 jam dari sekitar 16 jam penerbangan kami.

Ternyata, toilet tersebut meskipun kecil tetap berbau harum. Cukup berbekal bahasa inggris sederhana kita bisa nyaman menggunakan toilet tersebut. Jadilah berkali-kali saya masuk ke toilet. Apalagi saya sedang datang bulan. Tips: Untuk teman-teman wanita yang akan melakukan bepergian seperti saya dan sedang datang bulan, sebaiknya membawa tas wanita dengan diisi cukup pembalut. Dan bisa menggantinya sesering yang dibutuhkan. Meskipun, jika anda meminta bantuan pramugari mereka akan dengan senang hari mencari dan memberikan tampon. *next, click here!


| republish | Please Send Email to: [email protected] |

07 April 2010

Perhentian Sejenak

Syarif Wadja Bae

Riuh dengan dentum turun memberi ratusan
pijakan bundar, basah dan berbunyi renyah tapi Cuma sekejap.
menyaksikan siang dengan kepala yang hampir pecah.
ini tetes keringat di padang tandus.

Melihat bunga, indah.
Inginku petik tapi bukan aku yang menanam dan merawatnya.
Pada saat yang lain, kutemukan bulan dengan lekuk manis.
Maksud hati menyapa dengan lesung pipiku tapi aku tak yakin
kalau separuh bulan itu tersenyum padaku karena di sekitarku banyak naga belang yang turut senyum padanya.

Di simpang lima kota, aku dapati sedikit air dalam gelas retak
Di sebelahnya ada sisa tinta dalam botol mungil lalu ada suara berbisik.
”Pilih tinta atau air ?” Aku jawab. ”Pilih dua-duanya”.
Mungkin bisa aku campur jadi satu dan kemudian kulukis sesuatu.
Tapi disini tak ada kanvas.
Lagipula aku tak pandai melukis.

Memang.
Resah selalu singgah pada jiwa yang tak kenal lelah, mengerucut untuk mengubah yang harus dirubah.
Tapi kali ini aku bingung. mungkin butuh perhentian sejenak
Mengingat kembali apa yang telah terekam,
(riuh yang berdentum, bunga yang indah, bulan yang tersenyum, sedikit air dan tinta dalam botol mungil).
Kemudian aku belajar melukis agar ada cerita diatas kanvas itu yang bisa dijadikan cermin.


Syarif Wadja Bae
April 2010

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

Rekaman Penembakan Heli AS di Irak

Iman D. Nugroho | Youtube.com

Video di bawah ini adalah peristiwa penembakan pasukan heli AS di Baghdad Iraq tahun 2007. Dalam video yang dirilis Wikileaks.org ini menewaskan dua wartawan kantor berita Reuters, Saeed W dan Nawir.



| republish | Please Send Email to: [email protected] |

04 April 2010

Malam Keprihatinan Pers Indonesia Untuk Radio Erabaru

Press Release

Sekitar 70 orang anggota Fans Club Erabaru menggelar acara solidaritas dan dukungan kepada Radio Erabaru, Sabtu (3/4) malam. Acara yang dimulai pukul 20.00 wib tersebut mengambil tema “Malam Keprihatinan Pers Indonesia Untuk Radio Erabaru.” Rangkaian acara meliputi pembacaan suara hati pendengar, baca puisi hingga drama teatrikal. Keprihatinan atas pembredelan Radio Erabaru pun menyelimuti.

“Kami prihatin atas kebebasan pers di Indonesia. Radio Erabaru dibredel di era demokrasi ini. Harapan kami dari Fans Club Erabaru, Radio Erabaru tetap mengudara,” kata Andri, koordinator acara dari Fans Club Erabaru.

Bergantian para pengisi acara membacakan ‘suara hati’ pendengar yang dikirimkan sebelumnya. Diikuti dengan pembacaan puisi yang menggambarkan pentingnya keberadaan Radio Erabaru bagi mereka.

“Melalui Radio Erabaru kami telah belajar banyak tentang apa itu demokrasi dan hak-hak kami yang dilindungi dalam konstitusi,” ujar Ana, salah seorang pembaca puisi.

Ditambahkan Andri bahwa melalui Radio Erabaru ia telah dipupuk rasa nasionalisme mendalam terhadap bangsa Indonesia. Dimana ia mendapat ruang yang sama untuk berekspresi dan berkomunikasi dalam kombinasi budaya etnis Tionghoa dan nusantara melalui penyiarannya.

Puncak acara malam itu adalah sebuah lakon drama kisah pembredelan Radio Erabaru saat Balai Monitoring Batam mengambil paksa alat siaran mereka. Drama berdurasi 13 menit tersebut menyita perhatian penonton yang menghadiri acara malam itu. Beberapa mengaku tersentuh hatinya.

“Saya sampai gemetaran, mau nangis,” kata Shien salah seorang pengisi acara.

Dukungan moril diberikan dari pendengar yang hadir malam itu dalam bentuk tanda tangan dan ucapan keprihatinan di sebuah papan yang disediakan. “Hidup Erabaru Tetap On Air.” “Only Erabaru, We Trust, Merdeka,” dan masih banyak lagi.

Dukungan dan tanda tangan dari AJI disampaikan oleh Muhammad Nur, selaku Ketua AJI Batam. “Maju Terus Erabaru, Kami Aji Batam dan Indonesia Mendukungmu,” tulisnya pada papan putih tersebut.

Menurut Nur, dukungan dari pendengar seperti yang dilakukan pada acara itu sangat penting. Karena menunjukkan bahwa Radio Erabaru sebenarnya telah mendapat tempat di hati pendengarnya.

“Aji Batam akan selalu mendukung Erabaru. Acara-acara seperti ini hendaknya dapat dilakukan, karena Radio Erabaru terbukti telah mendapat tempat di hati para pendengarnya,” katanya saat usai acara.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

03 April 2010

Malam Peduli Pers Indonesia Untuk Radio Erabaru

Press Release

Kami atas nama Fans Club Erabaru menggelar acara “Malam Peduli Pers Indonesia Untuk Radio Erabaru” dengan maksud sebagai solidaritas dan dukungan terhadap Radio Erabaru pada Sabtu, 3 Maret 2010.

Melalui Radio Erabaru kami telah belajar banyak tentang apa itu demokrasi dan hak-hak kami yang dilindungi dalam konstitusi. Melalui Radio Erabaru kami telah dipupuk rasa nasionalisme mendalam terhadap bangsa Indonesia, dimana kami mendapat ruang yang sama untuk berekspresi dan berkomunikasi dalam kombinasi budaya etnis Tionghoa dan nusantara melalui penyiarannya.

Radio Erabaru telah menemani kami selama 5 tahun. Selama itu pula, Radio Erabaru terus memperjuangkan haknya. Hak untuk menyampaikan informasi dan pendapat yang dilindungi dalam UUD 45, yang harus secara tragis dibredel oleh pemerintah Indonesia akibat intervensi asing, rejim Partai Komunis China (PKC).

Namun atas semangat menolak intervensi asing dan mempertahankan martabat dan kedaulatan bangsa Indonesia, Radio Erabaru mengudara kembali di frekuensi 1065 FM. Kami tersulut api demokrasi dan ingin memberi penghargaan tertinggi bagi Radio kesayangan kami 106.5 Erabaru FM melalui acara ‘Malam Keprihatinan Pers Indonesia Untuk Radio Erabaru,’ di halaman kantor Radio Erabaru 106.5 FM, Jl. Borobudur D1, Palm Hill, Bukit Senyum, Batam, Indonesia.

Kami berharap dapat memberi semangat dan dukungan moril buat pejuang-pejuang kami, agar pemerintah tidak lupa janji-janjinya untuk melindungi kebebasan pers di Indonesia. Kami prihatin atas kebebasan pers di Indonesia. Radio Erabaru dibredel di era demokrasi ini. Perjuangan demokrasi yang penuh tumpah darah, hari ini terasa sia-sia. Kami tidak menghendaki kemajuan bangsa yang semu dan peradaban yang penuh kekangan.

Harapan kami dari Fans Club Erabaru, Radio Erabaru tetap mengudara, Indonesia pasti jaya.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |