Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

14 Februari 2011

Statement for Indonesia's Domestic Workers Day

On 15 February 2011 the death of 14-year old domestic worker Sunarsih ten years ago in Indonesia will be commemorated by women workers, migrant and local domestic workers, women’s rights advocates and labour support groups all over Asia.


Committee for Asian Women (CAW) joins JALA PRT, TUNAS MULIA and all domestic workers organisations in Indonesia in remembering Sunarsih, whose cruel death at the hands of her employers brought an early end to a promising life. Sunarsih is honoured in what is now known as Indonesia’s National Day for Domestic Workers.

The country’s domestic workers population has steadily increased by millions in the last decade notably in terms of domestic workers leaving Indonesia for work in the Middle East, East Asia and Europe.

None of them are legally protected under Indonesian law or international statutes. Hundreds of thousands of domestic workers continue to live in invisible, slave-like, and dangerous working conditions in Indonesia and abroad.

In the context of international efforts to adopt labour standards for domestic work through an ILO Convention, Indonesia’s government intended to discuss a possible national legislation in parliament but by the end of 2010 this has not reached its preliminary stages. Likewise in the ILO’s 99th session Indonesia did not support a Convention on Domestic Work citing effects to its economy.

As one of Asia’s largest population of employed domestic workers locally and overseas, Indonesia is in a unique position to lead the region towards a safe, secure and progressive working environment for millions of women working in households throughout the world.

In fact the overwhelming number of Indonesians affected by issues and concerns as domestic workers must constitute the highest national priorities. Hence the appeal for protective national legislation is not only relevant but urgent.

Committee for Asian Women and the Asian Domestic Workers Network likewise call on the Indonesian government to support the adoption of a comprehensive ILO Convention on Domestic Work at the 2011 Session of the International Labour Conference in Geneva.

An international standard provides universal legal recognition of domestic workers rights wherever they are employed and therefore strengthens Indonesia’s protective mechanisms towards its citizens.

Committee for Asian Women and the Asian Domestic Workers Network strongly support domestic workers in their struggle for decent working conditions, safe and healthy occupational standards, their rights to sexual and reproductive health, and their right to organise. We salute the millions of working women who daily brave the turmoil of household labour and risking life and limb to provide for their families and their county’s economic stability.

In Solidarity,
Lucia Victor Jayaseelan
Executive Coordinator

*press release

Disiksa dan tidak digaji Majikannya di Rembiga

Kamrah, 32, PRT asal Dasan Bagek, Desa Aikmel Kec. Aikmel, Lombok Timur kabur dari rumah majikannya di BTN Panorama Alam Kelurahan Rembiga Utara, Kec.Selaparang, Kota Mataram. Kamrah kabur karena tidak tahan disiksa dan tidak pernah diberikan gaji selama 10 bulan.


Suami istri tempatnya bekerja itu bernama Bimo dan Risa Gumilang. Bimo berasal dari Bali yang bekerja sebagai penyalur TKI, sedangkan istrinya Risa Gumilang berasal dari Sumbawa yang bekerja sebagai penjual obat keliling.

“Kalau salah sedikit saya langsung dipukul pakai ember sampai pecah dan pakai hp. Pernah juga saya diancam akan dibunuh kalau berani melawan” tuturnya dihadapan keluarga, usai berhasil melarikan diri.

Kamrah berhasil kabur dari rumah majikannya pada Minggu, 6 Februari 2011 lalu atas bantuan salah seorang keluarga majikannya yang merasa kasihan kepadanya. Ia berhasil lolos dengan melompat tembok ketika majikannya masih tidur lelap. Ia juga diberikan uang Rp. 50 ribu sebagai ongkos pulang ke Lombok Timur.

Ketika sampai di rumah kondisinya cukup memprihatinkan. Badannya kurus dan ada bekas pukulan warna biru di wajahnya. Setelah sampai di rumah puluhan keluarga datang melihat kondisi. “Saya juga sering tidak dikasih makan. Kadang kalau makan saya diberikan nasi sisa yang sudah basi," kenangnya.

Human Trafficking

Kamrah mulai bekerja sebagai PRT pada 17 Maret 2010 atas rekomendasikan Hur, asal Lombok Timur. Sejak mulai bekerja ia tidak bisa berkomunikasi dengan keluarganya, termasuk pulang kampung.

Menurut Kamrah, pasangan suami istri ini tidak pernah bergaul dengan warga sekitar. Sikapnya tertutup. Pintu gerbang rumahnya selalu digembok. Pintu rumahnya baru terbuka ketika anaknya berangkat ke sekolah. “Waktu orang rumah datang mencari, saya dengar suaranya dari dalam. Tapi saya disekap dan diancam agar tidak bersuara” ceritanya lagi.

Ketika itu ia dijanjikan akan mendapat gaji Rp. 500 ribu setiap bulan. Jadi kalau dikalkulasikan, selama 10 bulan itu, seharusnya Kamrah berhak mendapatkan gaji sebesar Rp. 5 juta rupiah.

Ada kemungkinan, Kamrah adalah korban trafficking yang dijual oleh Hur sehingga tidak pernah mendapatkan gajinya. Indikasinya Bimo seorang penyalur tenaga kerja keluar negeri. Selain itu tiga hari setelah Kamrah diserahkan kepada keluarga Bimo, Hur berangkat menjadi TKI ke Malaysia.

Bisa jadi ongkos yang dipakai berangkat itu hasil dari menjual Kamrah dari Bimo-Risa Gumilang sehingga suami istri ini tidak pernah memberikan gaji kepada Kamrah. | press release

foto: ilustrasi

10 Februari 2011

Laporkan kasus "Jarum Suntik Rame-Rame" ke Menkes

Iman D. Nugroho

Kasus jarum suntik rame-rame untuk anak SD, memunculkan kepedulian dari berbagai pihak. Salah satu masukannya adalah melaporkan kejadian itu ke polisi, Dinas Kesehatan Daerah, Departemen Kesehatan dan Departemen Pendidikan Nasional.


Masukan yang tertuang pada comment link berita Jarum Suntik Rame-rame | klik di sini | di status Facebook penulis itu kebanyakan dari jurnalis dan public relation yang peduli dengan persoalan kesehatan. "Harus diteruskan kepada Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan Daerah, dan Departemen Pendidikan Nasional!," tulis LIZ, salah satu kawan penulis.

LIZ bahkan meminta untuk memforward tulisan asli yang dikirim ke penulis untuk diteruskan kepada bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Kementrian Kesehatan RI. Sementara rekan lain, HDL, mengusulkan untuk melaporkan peristiwa ini ke polisi. Selain itu, dia juga mengingatkan filter alat cuci darah yang tidak jelas regulasinya.

"Atau layanan opsional untuk darah yang mau ditransfusikan ke pasien? Sekali lagi, isu menyebalkan. Sehat hanya hak yang berekonomi kuat!" tulisnya.

Senada, rekan DA asal Medan memperkirakan, banyak sekolah yang selama ini telah menjalin kerjasama dengan laboratorium dengan alasan memeriksa sample darah anak-anak sekolah, juga perlu dicermati. "Padahal tujuannya belum tentu jelas untuk apa," katanya sekaligus menduga modus serupa terjadi di Medan, Sumatera Utara.

Satu jarum, rame-rame untuk anak SD?

Tulisan kiriman kawan berinisial NO ini pantas untuk disimak. Dengan terbuka, NO menceritakan tentang adanya beberapa laboratorium di Gresik Jawa Timur yang bersikukuh untuk menggunakan satu jarum suntik untuk lima orang. Ironisnya, jarum suntik itu digunakan untuk mengambil darah anak-anak SD dalam sebuah proses kerjasama pemeriksaan golongan darah.


"Ini ada laboratorium di daerah Gresik yang menawarkan kerjasama dengan sekolah, untuk pemeriksaan golongan darah, namun prosedurnya, pengambilan darah menggunakan satu jarum untuk dipakai sampai lima orang," tulisnya.

Info itu, menurut NO diperoleh setelah dirinya menelepon laboratorium yang dimaksud. NO penasaran. Karena sejauh yang dia tahu, satu jarum suntik hanya diperuntukkan bagi satu orang. Secara terbuka NO juga memberikan nama dokter dan laboratorium itu lengkap dengan alamatnya di Gresik, Jawa Timur.

NO sudah berusaha untuk menyampaikan hal tentang 1 jarum suntik perorang pada laboratorium yang dimaksud, namun justru dibalas dengan makian dan olok-olok. "Dia bahkan mengancam akan memperkarakan ini ke polisi," tulisnya.

NO mendorong siapa saja yang peduli dengan dunia kesehatan untuk melakukan investigasi. Juga kepada Dinas Kesehatan setempat untuk kembali menertibkan penggunaan jarum suntik. Bagaimana dengan dokter anda? Apakah menggunakan jarum suntik dengan cara massal?

Berita terkait:
Usulan dilaporkan ke polisi.

09 Februari 2011

Bentrok dan demonstran tertembak tertangkap kamera

Iman D. Nugroho | video Al Jazeera



Revolusi di Mesir masih berlangsung saat ini. Video ini menunjukkan ketika massa pro Presiden Husni Mubarrak menyerang demonstran, dan akhirnya tertangkap sendiri oleh demonstran kontra Mubarrak, dan dipukuli. Juga tampak adanya peluru yang melesat menembak demonstran.