Youtube Pilihan Iddaily: CNN Indonesia
Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
 

22 November 2009

[ Atmosphere ] Keruh

Syarief Wadja Bae

bagai sua hujan dalam selokan
mereka tak takut karma sejarah
tentang bohong mereka pada kahanan
tinggal riwayat yang disiram comberan
berselimut daki dalam rupa dasi
dengan kemasan basi

Tuhan redupkan lampu
dalam kalbu dan hidup mereka
hanya naif dan latah
dalam alinea munafik yang panjang
padahal Tuhan tak pernah pergi
dari nadi
seolah tak ada cermin
sementara
disana ada penyair
yang menjadi Dewa
penyair yang tak pernah
ke pasar dan terminal

saban hari di kampus-kampus
semakin banyak Mahasiswa
yang belajar menjadi buaya
tanpa peduli pada air mata ibu
yang mereka injak berkali-kali

seperti binatang jalang
yang riang menjahit orasi
dalam ramai
dengan keserakahan

apa ini kado untuk generasi ?
kado kalatida dan kalabendu
yang dikencingi pupa

November 2009

*Puisi lain, klik di sini.

21 November 2009

[ Think Sport ] Berharap Pada Pak Kumis

Jojo Raharjo

Saat saya menulis artikel ini, tepat satu bulan satu hari kita memiliki Menteri Olahraga yang baru. Andi Alfian Mallarangeng, mantan jurubicara dan orang di lingkaran ring satu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mendapat reward atas pengabdiannya selama lima tahun terakhir. Anto, begitu panggilan lelaki berpenampilan charming dan dandy itu, menggantikan Adhyaksa Dault, yang sudah mengorbankan kursi sebagai anggota dewan terpilih dari Sulawesi Tengah demi menuntaskan masa jabatan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga pada Kabinet Indonesia Bersatu jilid pertama.

Anto terlahir di Makassar, 14 Maret 46 tahun lalu sebagai anak walikota Pare Pare termuda. Ayahnya, Andi Mallarangeng menjabat walikota pada usia 32 tahun dan meninggal dunia pada usia 36 tahun, ketika Andi yunior berusia 9 tahun. Sejak itu, ibunya, Andi Asni Patoppoi dan kakeknya, Andi Patoppoi, mantan Bupati Grobogan, Jawa Tengah dan juga Bupati Bone, Sulawesi Selatan yang membesarkannya.

Kakeknya ini adalah salah seorang tokoh pemuda Sulawesi Selatan yang berhasil membujuk raja-raja di Sulawesi Selatan untuk mendukung dan menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia yang diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Dari ayah dan kakeknya, ia belajar tentang semangat keindonesiaan yang mengatasi semangat kedaerahan, dari mereka pula ia belajar tentang nilai-nilai kedaerahan yang memperkaya nilai-nilai keindonesiaan. Dan dari ibunya belajar tentang hidup sebagai suatu perjuangan.

Andi Alifian Mallarangeng meraih gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1997. Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar Drs Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1986.

Apa yang telah Anda rasakan pada sebulan pertama kepemimpinan pria berkumis ini? Ia sudah meresmikan lebih dari tiga ratus atlet dan ofisial yang akan berusaha memperjuangkan –istilah Anto- ”mengibarkan bendera merah putih sebanyak-banyaknya” di Laos? Sesuai target SBY, Andi berkali-kali mengulang bahwa kontingen Indonesia harus meraih posisi tiga besar di Sea Games bulan depan itu.

Di olahraga paling digandrungi di negeri ini, Anto, tak kunjung merestui pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Ia selalu beralasan, “Bentuk dulu tim nasional yang tangguh.” Posisi ini berbeda dengan pendahulunya, Adhyaksa Dault, yang hadir pada launching Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 di Pacific Place, 9 Februari 2009 lalu. “Ini bukan hanya mimpi. Karena orang yang paling miskin adalah mereka yang tidak lagi mampu bermimpi,” kata Adhyaksa saat itu...

Mungkin, sikap Anto ada benarnya. Pekan lalu, timnas senior kembali gagal meraih kemenangan perdana di Prakualifikasi Piala Asia. Dalam partai yang ditonton 35 ribu pendukung Tim Garuda, Boaz Salossa dan kawan kawan berbagi angka satu dengan Kuwait. Dalam partai itu, sebuah billboard resmi terpasang di sisi timur lapangan, bertuliskan situs resmi pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia, www.wcindonesia2022.com. Sebuah iklan website yang hingga kini sama sekali tak bisa dibuka.

Andi Alfian Mallarangeng, suami Vitri Cahyaningsih dan ayah tiga orang anak bernama Gemilang Mallarangeng, Gemintang Kejora Mallarangeng dan Mentari Bunga Rantiga Mallarangeng yang pernah meraih Man of the Year Majalah MATRA (2002), Future Leader of Asia, Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), dan Percy Buchman Prize (1995) itu tetap optimis menjalani masa jabatannya yang kurang empat tahun sebelas bulan. Dan, sampai sejauh ini, kita belum menemukan alasan untuk tidak menemukan alasan untuk tidak mendukungnya. | Pancoran, 21 November, 2009 |

*Analisa olahraga lain, klik di sini.

20 November 2009

Kemiskinan Masih menjadi Pekerjaan Rumah SBY-Boediono

Fully Syafi

Selain problem makelar kasus pengadilan, hal kemiskinan tetap menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan oleh pemerintahan Susilo Bambang-Boediono. Bagi anak-anak, kemiskinan berarti kurangnya asupan gizi dan kurang gizi. Seperti tampak pada gambar, seorang anak di Surabaya yang dirawat di RS Dr. Soewandhi Surabaya karena kurang gizi.

AJI: Wartawan Jangan Menjadi Saksi

Press Release

Aliansi Jurnalis Indepen (AJI) Indonesia menyampaikan protes kepada Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri yang memanggil beberapa media, antara lain Harian Kompas dan Harian Seputar Indonesia, sebagai saksi (dibatalkan pada tanggal 19 November pukul 23.00 WIB). Kedua media tersebut dipanggil sebagai saksi karena menyiarkan transkrip pembicaraan Anggodo yang diputar di Mahkamah Konstitusi. Sebelumnya, Anggodo mengadukan Komisi Pemberantasan Korupsi dengan tuduhan melakukan tindak pidana pencemaran nama karena menyebarkan hasil sadapan pembicaraannya.

AJI mengingatkan, berdasarkan UU No. 40 tahun 1999 tentang Pers, jurnalis memiliki Hak Tolak. Menurut pasal 1 butir 10 UU tersebut, Hak Tolak adalah Hak yang dimiliki wartawan karena profesinya untuk mengungkap keterangan atau identitas narasumber yang dirahasiakan. Sedangkan menurut pasal 4 ayat (4), Hak Tolak digunakan dalam hal jurnalis dimintai pertanggungjawaban hukum atas karya jurnalistiknya. Penjelasan pasal 4 ayat (4) mengatakan Hak Tolak diberikana wartawan untuk melindungi sumber informasi. Hak tersebut dapat digunakan apabila jurnalis dimintai keterangan pejabat penyidik atau menjadi saksi di pengadilan. Hak Tolak hanya dapat dicabut oleh pengadilan dengan alasan demi ketertiban umum dan demi keselamatan negara.

Untuk itu, AJI mengingatkan, agar penyidik di Bareskrim mabes Polri menghormati Hak Tolak para jurnalis yang menyiarkan transkrip pembicaraan telepon Anggodo. Hal ini agar jurnalis tetap dapat bekerja secara independen dan imparsial, tanpa
perlu merugikan narasumber.

Hak Tolak ini penting agar wartawan tidak diperalat untuk menjerat seseorang. Pejabat penyidik maupun polisi tidak boleh meminta keterangan, selain hal-hal yang sudah disiarkan. Jika jurnalis memberikan keterangan yang dapat digunakan untuk menjerat narasumber, hal ini akan merusak kepercayaan narsumber terhadap jurnalis. Agar kehadiran jurnalis tetap dapat diterima oleh siapapun, maka jurnalis tak boleh memberi keterangan untuk menjerat pihak-pihak lain.

Sebab, sebagai saksi, jurnalis harus memberikan keterangan sebenar-benarnya mengenai semua pertanyaan terkait hal-hal yang mereka lihat, dengar dan ketahui. Apabila seorang saksi member keterangan yang tidak benar maka ia dapat dijerat dengan delik kesaksian palsu dengan acanman pidana maksimum tujuh tahun penjara. Oleh karena itu, jurnalis perlu menggunakan Hak Tolak dengan cara menolak menjadi saksi di depan penyidik maupun pengadilan. Seorang jurnalis yang menjadi saksi akan dipaksa bersikap imparsial terhadap narasumbernya.

[ Kabar dari Seberang ] Sekali Lagi Tentang Obama

Maya Mandley

Nama Presiden Obama terasa sangat dekat dengan orang Indonesia. Maklum beliau kan pernah tinggal di Menteng Jakarta. Masa lalu itu sering pula disebut reporter saat mereka melaporkan kegiatan Presiden keturunan Kenya tersebut. Sebagai orang Indonesia, aku ikutan bangga setiap kala si reporter menyebut nama Indonesia.

Malah saat masa kampanye dulu, aku pernah menyaksikan sebuah program majalah berita di Fox Channel, yang mengirim seorang reporter ke Jakarta, untuk me-ngecek masa lalu sang Presiden. Lengkap dengan buku raport yang masih ditulis tangan, suasana Jakarta dengan sungai nya yang 'bersih' dan tentu saja bangunan sekolah yang sudah dirombak. Malah saat Obama dinyatakan menang, di salah satu halaman New York Times (salah satu koran nasional), memampang foto dukungan dari SD dimana Obama dulu pernah sekolah.

Sayang aku gak punya hak pilih. Jadi saat masa kampanye berlangsung, aku pun hanya kampanye pada orang-orang Amerika yang punya hak pilih. Salah satunya bosku dan suamiku sekarang (meski dia gak milih Obama, sebel juga sih ! hehehhee). Dan the rest is history.

Aku sendiri tentu saja belum pernah bertemu langsung dengan Obama. Tapi aku sebetulnya punya kesempatan. Saat liburan tahun 2008 lalu di Hawaii. Saat itu The Obamas juga sedang liburan di Honolulu, Pulau Oahu. Pulau yang sangat terkenal di kalangan turis. Obama memang aslinya dari Hawaii. Dia pernah kuliah di University of Hawaii dan nenek yang membesarkan dia pun wafat di Hawaii. Saat natal tahun 2008 itu, aku ikut tour keliling pulau. Dan semua warga Hawaii maupun turis yang saat itu sedang liburan, juga tahu kalo President elect dan keluarga saat itu sedang liburan juga.

Bahkan sang turis guide yang merangkap driver van saat itu, sempat membawa kami ke perumahan Obama. Tentu saja kami tak bisa masuk. Sang driver sempat berhenti sebentar di depan gang rumah Obama. Menurut ukuranku yang pernah menyaksikan bagaimana pengamanann terhadap pejabat Indonesia, menurutku pengamanan saat itu tak seketat pengamanan pejabat Indonesia. Dari jauh aku bisa lihat, rumah yang keliatan sederhana itu dilengkapi dengan parabola besar (mungkin seperti satelit komunikasi), dan tentu saja di depan gang itu dipagar.

Tapi seingatku, pagarnya tidak dilengkapi duri seperti umumnya pagar betis di Indonesia. Di depan rumah, keliatan seperti ada tenda, mungkin tenda untuk para pengawal. Meski begitu, dari foto-foto yang beredar, aku bisa liat kalo The Obamas bisa menikmati pantai Honolulu seperti halnya turis yang ke Hawaii. Sayang aku belum pernah ketemu mereka saat mereka bermain-main di Pantai.

Kalo sekarang di Indonesia, PLN sering mati lampu, di Oahu Island saat itu juga pernah mati lampu. Menurut TV dan koran lokal yang aku baca esok harinya, penyebabnya karena gardu induk utama diserang halilintar. Saat mati lampu terjadi, aku dalam perjalanan cari makan malam. Suasana pulau yang saat itu masih rame turis mendadak ribut meski tak sampai chaos. Semua orang berlari keluar hotel atau toko. Meski begitu, sepertinya mereka sudah siap dengan keadaan darurat seperti ini. Hotel-hotel langsung menyalakan genset dan memberi lampu khusus dari cairan kimia.

Dan pemadam kebakaran dan polisi pun langsung siaga, jaga-jaga siapa tahu ada yang terjebak di lift. Namun dari berita yang aku dengar keesokan harinya, tak ada berita yang terjebak. Sementara dampak terbesar adalah restoran. Karena listrik mati yang terjadi sekitar jam 7 malam itu, terjadi saat masa peak mereka. Jadi bisa dibayangkan berapa kerugian yang mereka tanggung. Belum lagi makanan di kulkas yang harus mereka buang. Karena listrik baru menyala kembali sekitar jam 10 pagi keesokan harinya. Bagaimana dengan The Obamas yang saat itu juga pasti mengalami mati lampu ? Dari siaran TV lokal, aku dengar mereka gak mengalami kesulitan berarti. Karena genset pasti dah tersedia, serta tak kekurangan air bersih tentunya.

Meski citra Presiden Obama belakangan ini agak sedikit menurun karena kebijakan-kebijakannya yang mengundang kontroversi, namun aku tetap bangga pada beliau. Karena beliau berhasil mencetak sejarah sebagai orang minoritas pertama yang berhasil menguasai Air Force 1. Maju terus Pak Obama!!!