
04 September 2009
Negara Dalam Negara di Taman Nasional Lorentz
Manwan Azis
Potret Taman Nasional Lorentz, Timika Papua yang digunakan sebagai pemukiman karyawan PT. Freeport Indonesia. Daerah yang kemudian dinamai Kuala Kencana ini melanggar penetapan taman nasional sebagai daerah konservasi. Daerah ini laksana negara di dalam negara. Misalnya plat nomor mobil dan izin mengemudi keluarkan oleh PT. Freeport. Hingga saat ini, hal itu masih berlangsung. Orang luar yang ingin memasuki daerah itu diproteksi secara keras oleh PT. Freeport.

03 September 2009
Klarifikasi Ecep "Temanggung" TVONE di AJI Jakarta
Iman D. Nugroho
Dalam peristiwa Temanggung itu, nama Eksekutif Produser dan Reporter TVONE Ecep S. Yasa bagaikan menjadi warna tersendiri. Ecep dan kameramennya, adalah satu-satunya jurnalis yang berada paling dekat dengan rumah yang ketika itu menjadi sasaran tembak Densus 88. Paling tidak, Ecep mengaku berada sekitar 10-20 meter dari rumah di bawah bukit itu. Di bawah pepohonan, di samping sawah sebelah kanan rumah itu. Semua tuntas dibahas dalam diskusi di Sekretariat AJI Jakarta bertajuk Belajar Dari Liputan Perburuan Noordin M. Top, Kamis (3/9) ini. Sayang, semua off the record.

Taxi-taxi di Kota Aksi New York City
Maya Mandley
Buat kita di Indonesia, taxi merupakan alternatif angkutan yang nyaman dibanding bus atau kereta. Begitu pula untuk wilayah New York City atau NYC dan sekitarnya. Hanya saja, ada perbedaan antara taxi di kota metropolitan NYC dengan taxi di daerah pinggiran. Taxi di NYC, seperti umumnya taxi di kota-kota besar Amerika, harus berwarna kuning. Tak peduli apa jenis mobilnya.
Tak hanya kendaraan berbentuk sedan, kendaraan sejenis SUV juga boleh dijadikan taxi selama berwarna kuning dan memiliki izin. Dan sejak tahun lalu, taxi kuning yang sering disebut cab ini, diwajibkan pemerintah lokal NYC untuk dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System) dan fasilitas browsing untuk penumpangnya. Aturan ini mulanya ditentang asosiasi pengemudi dan pemilik taxi.
Kasus ini pun sampai ke pengadilan. Aku tak tahu jelas bagaimana hasilnya. Sebab setahuku, di tingkat pengadilan paling rendah, kasus ini dimenangkan pemerintah lokal. Artinya aturan itu harus berlaku. Meski aku dengar para pengemudi dan pemilik taxi ini mengajukan banding. Jadi bagi anda yang akan ke NYC jangan heran kalo dalam taxi anda bisa pencat-pencet touch screen dan browsing berbagai info soal kota NYC.
Tentang apa saja. Mulai dari dimana anda saat itu berada, saluran TV lokal, sampai tempat makan yang enak, lengkap dengan zagat rating-nya (peringkat restoran yang dijadikan acuan tempat makan yang enak). Tarifnya pun berdasarkan jauh dekat alias pakai argometer. Sementara pada rush hour atau jam-jam sibuk, ada tarif tambahan. Dan biasanya pada jam-jam ini, supir taxi sering jual mahal. Gak mau mengangkut penumpang ke daerah-daerah tertentu yang lalu lintasnya terkenal ruwet saat jam sibuk alias rush hour. Misalnya di sekitar stasiun kereta komuter Penn Station atau Grand Central.
Beda dengan taxi di daerah pinggiran atau suburb di luar kota NYC. Taxi di daerah-daerah suburb umumnya tidak menggunakan argometer. Tarif sudah ditentukan berdasarkan jauh dekat, dan bedanya lagi, dalam 1 taxi bisa mengangkut penumpang yang tidak saling kenal dengan tujuan yang berbeda, selama masih dalam satu jalur. Dan bedanya lagi, di dalam taxi tidak ada fasilitas monitor dan GPS seperti halnya taxi-taxi di NYC.

Tak hanya kendaraan berbentuk sedan, kendaraan sejenis SUV juga boleh dijadikan taxi selama berwarna kuning dan memiliki izin. Dan sejak tahun lalu, taxi kuning yang sering disebut cab ini, diwajibkan pemerintah lokal NYC untuk dilengkapi dengan GPS (Global Positioning System) dan fasilitas browsing untuk penumpangnya. Aturan ini mulanya ditentang asosiasi pengemudi dan pemilik taxi.
Kasus ini pun sampai ke pengadilan. Aku tak tahu jelas bagaimana hasilnya. Sebab setahuku, di tingkat pengadilan paling rendah, kasus ini dimenangkan pemerintah lokal. Artinya aturan itu harus berlaku. Meski aku dengar para pengemudi dan pemilik taxi ini mengajukan banding. Jadi bagi anda yang akan ke NYC jangan heran kalo dalam taxi anda bisa pencat-pencet touch screen dan browsing berbagai info soal kota NYC.
Tentang apa saja. Mulai dari dimana anda saat itu berada, saluran TV lokal, sampai tempat makan yang enak, lengkap dengan zagat rating-nya (peringkat restoran yang dijadikan acuan tempat makan yang enak). Tarifnya pun berdasarkan jauh dekat alias pakai argometer. Sementara pada rush hour atau jam-jam sibuk, ada tarif tambahan. Dan biasanya pada jam-jam ini, supir taxi sering jual mahal. Gak mau mengangkut penumpang ke daerah-daerah tertentu yang lalu lintasnya terkenal ruwet saat jam sibuk alias rush hour. Misalnya di sekitar stasiun kereta komuter Penn Station atau Grand Central.
Beda dengan taxi di daerah pinggiran atau suburb di luar kota NYC. Taxi di daerah-daerah suburb umumnya tidak menggunakan argometer. Tarif sudah ditentukan berdasarkan jauh dekat, dan bedanya lagi, dalam 1 taxi bisa mengangkut penumpang yang tidak saling kenal dengan tujuan yang berbeda, selama masih dalam satu jalur. Dan bedanya lagi, di dalam taxi tidak ada fasilitas monitor dan GPS seperti halnya taxi-taxi di NYC.
Bisakah Kita Belajar dari gempa Tasikmalaya?
Iman D. Nugroho
Gempa yang melanda Tasikmalaya memang mengenaskan. Bukan karena jumlah korban tewas yang "hanya" 30 orang lebih dan 40-an orang lain yang hilang. Tapi peristiwa itu menjadi bukti rapor merah kita atas hal ihwal bencana. Padahal, sudah sekian kali Indonesia terimbas bencana, tapi minim proses pembelajaran untuk mengatasinya. Mulai titik ini, kita harus lebih banyak "membaca" sebelum bencana datang menerpa.

02 September 2009
Hidup di Sela-sela Empat Musim
Maya Mandley
Tinggal di negara 4 musim seperti Amerika, ada enak dan Nggak enaknya. Enaknya seperti gak bosen. Karena cuaca berganti setiap 3 bulan. Di negeri Pak Obama ini, setiap pergantian musim, biasanya ditandai dengan satu hari libur nasional jatuh satu bulan sebelum pergantian musim. Officially pergantian itu tergantung para weatherman alias pengamat cuaca. Musim panas yang officially nya mulai 21 Juni berakhir 21 September.
Tapi sebelum tanggal resmi itu, setiap hari Senin minggu pertama bulan Juni, diperingati sebagai Memorial Day. Sementara untuk masuk ke musim rontok yang offically nya mulai 21 September, persis di hari libur nasional Labor Day yang jatuh setiap Senin minggu pertama bulan September.
Nggak enaknya, kalo sudah ketemu musim dingin. Pak Weatherman biasanya menentukan pada 21 Desember dan didahului dengan libur nasional Thanksgiving Day yang jatuh setiap hari Kamis minggu terakhir bulan November. Cuacanya dingin minta ampun. Jangan ditanya kalo sudah badai salju. Bisa menghentikan segala aktivitas. Brrrrrrrrr...menggigil deh.
Umumnya warga Amerika sangat senang dengan musim panas. Karena mereka bisa pergi ke pantai dan berjemur. Sebab kulit sawo matang adalah dambaan orang Amerika, terutama wanita. Bahkan mereka rela menghabiskan uang ratusan USD untuk mendapatkan warna kulit sawo matang seperti kita. Kebalikan kaum wanita di Indonesia yang kepingin kulitnya putih seperti orang Amerika.
Buat aku yang kulitnya sudah sawo matang, bahkan teman-teman sering bercanda kulitku sawo busuk, pergi ke pantai bukan untuk berjemur. Tapi hanya untuk berjalan-jalan untuk menghilangkan stress. Melihat aktivitas semua generasi di pantai. Buat kaum pria, mungkin mereka lebih suka pergi ke pantai karena para wanita yang berbikini ria. Sebab semakin coklat kulit mereka, semakin bangga. Meski mereka tak lupa selalu mengoleskan krim untuk mencegah kulit terbakar matahari.
Berakhirnya musim panas, itu artinya musim sekolah dimulai lagi. Seringnya tahun ajaran sekolah dimulai lagi pada awal september setelah Labor Day, tentunya. Sementara mahasiswa sudah mulai masuk dorm (kos-kosan yang disedikan universitas) lebih awal. Bersamaan dengan kegiatan olahraga menjelang akhir musim panas ini. Bagi warga New York dan sekitarnya, saat itu adalah saat turnamen tenis Grand Slam US Open yang digelar di komplek tenis di kawasan Queens NY. Jadwal turnamen ini biasanya berlangsung selama 2 minggu penuh.
Jadi turnamen ini bisa jadi salah satu alternatif tontonan saat hari lliburan. Termasuk gue,..ehem! Sebagai pencinta olahraga ini, aku sempet browsing untuk cari tiketnya sekitar sebulan lalu. Sayang semua tiket sudah berada di tangan resaler, alias calo resmi. Dan tentu saja harganya sudah 2 kali lipat dari harga resmi. Karena memang turnamen ini termasuk yang bergengsi. Jadi karena gak dapat tiket, cuma bisa nonton turnamen ini lewat TV. Capek deh,..

Tapi sebelum tanggal resmi itu, setiap hari Senin minggu pertama bulan Juni, diperingati sebagai Memorial Day. Sementara untuk masuk ke musim rontok yang offically nya mulai 21 September, persis di hari libur nasional Labor Day yang jatuh setiap Senin minggu pertama bulan September.
Nggak enaknya, kalo sudah ketemu musim dingin. Pak Weatherman biasanya menentukan pada 21 Desember dan didahului dengan libur nasional Thanksgiving Day yang jatuh setiap hari Kamis minggu terakhir bulan November. Cuacanya dingin minta ampun. Jangan ditanya kalo sudah badai salju. Bisa menghentikan segala aktivitas. Brrrrrrrrr...menggigil deh.
Umumnya warga Amerika sangat senang dengan musim panas. Karena mereka bisa pergi ke pantai dan berjemur. Sebab kulit sawo matang adalah dambaan orang Amerika, terutama wanita. Bahkan mereka rela menghabiskan uang ratusan USD untuk mendapatkan warna kulit sawo matang seperti kita. Kebalikan kaum wanita di Indonesia yang kepingin kulitnya putih seperti orang Amerika.
Buat aku yang kulitnya sudah sawo matang, bahkan teman-teman sering bercanda kulitku sawo busuk, pergi ke pantai bukan untuk berjemur. Tapi hanya untuk berjalan-jalan untuk menghilangkan stress. Melihat aktivitas semua generasi di pantai. Buat kaum pria, mungkin mereka lebih suka pergi ke pantai karena para wanita yang berbikini ria. Sebab semakin coklat kulit mereka, semakin bangga. Meski mereka tak lupa selalu mengoleskan krim untuk mencegah kulit terbakar matahari.
Berakhirnya musim panas, itu artinya musim sekolah dimulai lagi. Seringnya tahun ajaran sekolah dimulai lagi pada awal september setelah Labor Day, tentunya. Sementara mahasiswa sudah mulai masuk dorm (kos-kosan yang disedikan universitas) lebih awal. Bersamaan dengan kegiatan olahraga menjelang akhir musim panas ini. Bagi warga New York dan sekitarnya, saat itu adalah saat turnamen tenis Grand Slam US Open yang digelar di komplek tenis di kawasan Queens NY. Jadwal turnamen ini biasanya berlangsung selama 2 minggu penuh.
Jadi turnamen ini bisa jadi salah satu alternatif tontonan saat hari lliburan. Termasuk gue,..ehem! Sebagai pencinta olahraga ini, aku sempet browsing untuk cari tiketnya sekitar sebulan lalu. Sayang semua tiket sudah berada di tangan resaler, alias calo resmi. Dan tentu saja harganya sudah 2 kali lipat dari harga resmi. Karena memang turnamen ini termasuk yang bergengsi. Jadi karena gak dapat tiket, cuma bisa nonton turnamen ini lewat TV. Capek deh,..