
01 September 2009
Heboh Berita Perceraian Anang-Krisdayanti
Diana AV Sasa
Heboh berita perceraian Anang dan Krisdayanti, mengingatkan pada buku My Life, My Secret yang pernah diresensi di Iddaily.net. "Pengakuan bahwa Anang pernah melontarkan talak pada KD gara-gara KD bersikap kasar pada ibu mertuanya juga tak terlampau mengejutkan sebenarnya. Sekali lagi, ini karena media telah banyak memberitakan peristiwa kawin-cerai dikalangan artis. Hingga hal itu menjadi hal yang dianggap biasa bagi kalangan artis dimata penikmat media,"

Mengoyak Pelangi Sore itu
Iman D. Nugroho
Marietta,..
Jangan pergi lagi
Bahkan, jangan pernah berpikir untuk pergi
Seperti tersedak masa lalu yang jamak
Terseok kenyataan sore itu pelangi telah terkoyak
Marietta,..
Aku tahu pancaran mataku tak lagi menyala
Tertutup umur dan hampir mendengar sangkakala
Tapi, niat yang kuusung tetap sempurna
Bukankah semua tetap kembali pada niat awalnya?
Marietta,..
Kemana senyummu?
Sungging yang selalu kau titipkan tiupan angin ke arahku
Tiba-tiba berganti sendu di antara batang bambu
Bambu itu bergoyang pelan, seirama pelukanku terlepas syahdu
Marietta,..
Semua tetap indah meski pelangi terkoyak sore itu,..

Jangan pergi lagi
Bahkan, jangan pernah berpikir untuk pergi
Seperti tersedak masa lalu yang jamak
Terseok kenyataan sore itu pelangi telah terkoyak
Marietta,..
Aku tahu pancaran mataku tak lagi menyala
Tertutup umur dan hampir mendengar sangkakala
Tapi, niat yang kuusung tetap sempurna
Bukankah semua tetap kembali pada niat awalnya?
Marietta,..
Kemana senyummu?
Sungging yang selalu kau titipkan tiupan angin ke arahku
Tiba-tiba berganti sendu di antara batang bambu
Bambu itu bergoyang pelan, seirama pelukanku terlepas syahdu
Marietta,..
Semua tetap indah meski pelangi terkoyak sore itu,..
31 Agustus 2009
Indonesia dan Malaysia Berteman di Negeri Seberang
Maya Mandley
Meski tak rutin mengikuti, tapi aku ikut prihatin dengan pemberitaan soal Indonesia dan Malaysia. Kalo ditanya soal perasaan, aku gak tahu perasaanku, karena jauh dari tanah air. Sebab selama 6 tahun merantau di negaranya Pak Obama, justru aku punya banyak teman orang dari Malaysia. Baik yang bisa berbahasa melayu maupun yang tak bisa. Untuk yang bisa berbahasa melayu, tak banyak kesulitan berarti tiap kali aku berkomunikasi dengan mereka. Karena asal orang tua yang dari Sumatera, membuat aku bisa mengikuti dialek mereka. Tapi untuk yang tak bisa berbahasa melayu, komunikasi dilakukan dengan bahasa Inggris.
Seperti umumnya kami orang Indonesia, orang Malaysia yang aku kenal pun sosok pekerja keras. Aku yakin mereka tahu konflik yang sedang berlangsung. Dan saat bertemu denganku, sepertinya kita tak pernah mau ikut campur dalam puasara konflik itu. Sebab bagi kami, yang penting adalah bagaimana kami bisa survive di negara yang saat ini sedang mengalami krisis.
Aku juga tak mau berhenti jadi langganan restoran Malaysia. Karena menu di restoran itu cocok dengan lidahku yang seneng pedas. Aku pun cukup akrab dengan pemilik restoran dan waiter di restoran itu. Meski para waiter ini sering berganti, tapi umumnya mereka adalah orang Indonesia atau orang Malaysia. Saat kita ngobrol soal keadaan tanah air masing-masing, jauh sekali dari ranah politik. Biasanya kita bicara soal kesamaan makanan, sampai soal letak kampung halaman. Dari beberapa kali pembicaraanku dengan teman malaysia disini, umumnya mereka juga mengatakan kalo mereka juga memiliki teman-teman dari Indonesia, bahkan beberapa di antaranya berteman akrab.
Jadi gak mau ikutan berpolitiklah. Bukannya gak cinta tanah air. Aku hanya berdoa dari jauh semoga konflik ini cepat berakhir, supaya hubunganku dengan teman-teman malaysiaku tidak ikutan tegang. Meski selama ini kami tak punya masalah.

Seperti umumnya kami orang Indonesia, orang Malaysia yang aku kenal pun sosok pekerja keras. Aku yakin mereka tahu konflik yang sedang berlangsung. Dan saat bertemu denganku, sepertinya kita tak pernah mau ikut campur dalam puasara konflik itu. Sebab bagi kami, yang penting adalah bagaimana kami bisa survive di negara yang saat ini sedang mengalami krisis.
Aku juga tak mau berhenti jadi langganan restoran Malaysia. Karena menu di restoran itu cocok dengan lidahku yang seneng pedas. Aku pun cukup akrab dengan pemilik restoran dan waiter di restoran itu. Meski para waiter ini sering berganti, tapi umumnya mereka adalah orang Indonesia atau orang Malaysia. Saat kita ngobrol soal keadaan tanah air masing-masing, jauh sekali dari ranah politik. Biasanya kita bicara soal kesamaan makanan, sampai soal letak kampung halaman. Dari beberapa kali pembicaraanku dengan teman malaysia disini, umumnya mereka juga mengatakan kalo mereka juga memiliki teman-teman dari Indonesia, bahkan beberapa di antaranya berteman akrab.
Jadi gak mau ikutan berpolitiklah. Bukannya gak cinta tanah air. Aku hanya berdoa dari jauh semoga konflik ini cepat berakhir, supaya hubunganku dengan teman-teman malaysiaku tidak ikutan tegang. Meski selama ini kami tak punya masalah.
Puasa [ku] yang Sama Sekali Tidak Perkasa
Iman D. Nugroho
Bisa jadi, tulisan ini adalah tulisan paling tidak islami di Bulan Ramadhan. Hanya sebuah catatan kecil tentang aktivitas berpuasa yang sama sekali tidak "perkasa". Benar, tidak hebat, hanya sebuah keinginan untuk memenuhi kewajiban sebagai seorang muslim. Tidak berpikir untuk mengejar pahala, dan begitu rapuh untuk dibatalkan. Solusi untuk itu, saya memilih tidur panjang di siang hari. Betapa tidak islaminya,..
Hari-hari menjelang puasa, selalu menjadi waktu bagi kaum muslimin untuk mengingatkan betapa pentingnya Bulan Ramadhan. Bahkan, dikenal pula istilah nisfu sya'ban sebelum menuju ke Bulan Ramadhan. Di berberapa daerah, Bulan Ramadhan bahkan disambut dengan gegap gempita. Dengan berbagai upacara syukuran secara massal, tradisional dan penuh makna.Di ingatkan pula tentang bebagai keunggulan bulan itu. Semua serba istimewa.
Saya, mungkin sebagian kecil manusia muslim yang kurang bisa merasakan gairah beribadah di Bulan Ramadhan. Tak perlu buru-buru mengecap dengan sebutan muslim "palsu", tapi setidaknya ada kejujuran dalam pengakuan ini. Ketika Bulan Ramadhan tiba, yang terbayang di benak saya adalah sebuah ritual tidak makan-minum di siang hari. Dan tentu saja, itu bukan hal yang mudah. Mengingat load pekerjaan sebagai orang lapangan. Mungkin, orang-orang yang bekerja di sektor kasar dan membutuhkan peran fisik, akan lebih bisa merasakan hal itu.
"Ah, buktinya meski puasa, aku kuat kok melalukan aktivitas seperti biasa," kata seorang kawan. Lho, bukankah setiap orang dikaruniai kekuatan fisik yang berbeda- beda? Artinya, mungkin kuat untuk yang satu, tapi tdak kuat untuk yang lain. Namun, kondisi itu tidak membuat Bulan Ramadhan menjadi diabaikan. Sebagai seorang muslim, terima atau tidak, tetap menjalankan puasa di bulan itu. Hanya saja, kesadaran tentang kekuatan fisik itu, membuat saya melakukan berbagai modifikasi kebiasaan. Yakni tidur di siang hari, dan terjaga sepanjang malam.
Dan lagi-lagi, kebiasaan itu menciptakan sinisme. "Kalau cuma tidur, tentu saja kuat. Lalu makna puasanya di mana?" kata seorang kawan. Hmm :( reaksi semacam ini sungguh membingungkan. Orang-orang seperti saya, yang memilih tidur (tapi tetap berpuasa) dari pada bangun tapi tidak puasa, tetap saja dianggap salah. Yang paling parah, hal itu memunculkan pertanyaan lain,"Bagaimana dengan kami, orang-orang yang kerja kantoran, pagi harus tetap masuk dong!" Nah, kalau itu, tentu saja menjadi urusan sampeyan-sampeyan. Saya yakin, orang-orang muslim yang tetap ingin berpuasa (tapi merasakan betul ketidakenakan-nya), memiliki solusi sendiri.
Misalnya, meluangkan waktu untuk istirahat saat sholat Dhuhur dan Ashar. Lumayankan? Ada waktu 5-15 menit untuk merebahkan diri sebentar di mushola atau masjid, untuk mengumpulkan tenaga, dan kemudian kembali beraktivitas. Atau, dengan 'kreativitas" masing-masing, sedikit "mencuri" waktu sebentar untuk tidur di kantor. Sambil sandaran dikursi, atau tertelungkup di atas meja. Solusi ini agak-agak membahayakan, dan beresiko kena semprot si bos.
Apapun dan bagaimana pun caranya, poin terpenting dalam tulisan ini adalah, mendorong kreativitas kita dalam mempertahankan puasa. Meski saya akui, dalam sejarah hidup saya, selalu ada mokel (membatalkan puasa di siang hari) saat Bulan Ramadhan. Saya tahu itu ilegal. Tapi,..udah ah. Mungkin untuk yang satu ini, alasannya ada di dalam hati.
Btw, selamat berpuasa.
*photo by internet

Hari-hari menjelang puasa, selalu menjadi waktu bagi kaum muslimin untuk mengingatkan betapa pentingnya Bulan Ramadhan. Bahkan, dikenal pula istilah nisfu sya'ban sebelum menuju ke Bulan Ramadhan. Di berberapa daerah, Bulan Ramadhan bahkan disambut dengan gegap gempita. Dengan berbagai upacara syukuran secara massal, tradisional dan penuh makna.Di ingatkan pula tentang bebagai keunggulan bulan itu. Semua serba istimewa.
Saya, mungkin sebagian kecil manusia muslim yang kurang bisa merasakan gairah beribadah di Bulan Ramadhan. Tak perlu buru-buru mengecap dengan sebutan muslim "palsu", tapi setidaknya ada kejujuran dalam pengakuan ini. Ketika Bulan Ramadhan tiba, yang terbayang di benak saya adalah sebuah ritual tidak makan-minum di siang hari. Dan tentu saja, itu bukan hal yang mudah. Mengingat load pekerjaan sebagai orang lapangan. Mungkin, orang-orang yang bekerja di sektor kasar dan membutuhkan peran fisik, akan lebih bisa merasakan hal itu.
"Ah, buktinya meski puasa, aku kuat kok melalukan aktivitas seperti biasa," kata seorang kawan. Lho, bukankah setiap orang dikaruniai kekuatan fisik yang berbeda- beda? Artinya, mungkin kuat untuk yang satu, tapi tdak kuat untuk yang lain. Namun, kondisi itu tidak membuat Bulan Ramadhan menjadi diabaikan. Sebagai seorang muslim, terima atau tidak, tetap menjalankan puasa di bulan itu. Hanya saja, kesadaran tentang kekuatan fisik itu, membuat saya melakukan berbagai modifikasi kebiasaan. Yakni tidur di siang hari, dan terjaga sepanjang malam.
Dan lagi-lagi, kebiasaan itu menciptakan sinisme. "Kalau cuma tidur, tentu saja kuat. Lalu makna puasanya di mana?" kata seorang kawan. Hmm :( reaksi semacam ini sungguh membingungkan. Orang-orang seperti saya, yang memilih tidur (tapi tetap berpuasa) dari pada bangun tapi tidak puasa, tetap saja dianggap salah. Yang paling parah, hal itu memunculkan pertanyaan lain,"Bagaimana dengan kami, orang-orang yang kerja kantoran, pagi harus tetap masuk dong!" Nah, kalau itu, tentu saja menjadi urusan sampeyan-sampeyan. Saya yakin, orang-orang muslim yang tetap ingin berpuasa (tapi merasakan betul ketidakenakan-nya), memiliki solusi sendiri.
Misalnya, meluangkan waktu untuk istirahat saat sholat Dhuhur dan Ashar. Lumayankan? Ada waktu 5-15 menit untuk merebahkan diri sebentar di mushola atau masjid, untuk mengumpulkan tenaga, dan kemudian kembali beraktivitas. Atau, dengan 'kreativitas" masing-masing, sedikit "mencuri" waktu sebentar untuk tidur di kantor. Sambil sandaran dikursi, atau tertelungkup di atas meja. Solusi ini agak-agak membahayakan, dan beresiko kena semprot si bos.
Apapun dan bagaimana pun caranya, poin terpenting dalam tulisan ini adalah, mendorong kreativitas kita dalam mempertahankan puasa. Meski saya akui, dalam sejarah hidup saya, selalu ada mokel (membatalkan puasa di siang hari) saat Bulan Ramadhan. Saya tahu itu ilegal. Tapi,..udah ah. Mungkin untuk yang satu ini, alasannya ada di dalam hati.
Btw, selamat berpuasa.
*photo by internet
"Bendera Malaysia" Dibakar di Surabaya
Akbar Insani
Sejumlah massa yang menamakan diri Front Kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI menggelar aksi protes terhadap negara Malaysia di depan gedung Grahadi Surabaya, Senin (31/8) ini. Dalam aksinya, massa membakar replika bendera Malaysia sebagai bentuk protes serta gambaran kemarahan, dan menuntut pemerintah Indonesia segera bertindak terhadap klaim Malaysia terhadap budaya Indonesia.
