Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

27 Agustus 2009

Ikrar: Apakah Indonesia sudah cukup genting sehingga TNI harus urus teroris?

Iman D. Nugroho

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ikrar Nusa Bhakti mempertanyakan statement Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY tentang keterlibatan Tentara Nasional Indonesia atau TNI dalam pengurus persoalan terorisme. Menurut Ikrar, kondisi saat ini sangat berbeda dan harus ada pertimbangan matang untuk melibatkan TNI."Apakah Indonesia sudah cukup genting sehingga TNI harus turun untuk menyelesaikan kasus terorisme," kata Ikrar Nusa Bhakti dalam diskusi di Friedriech Ebert Stiftung, Jakarta, Kamis (27/08/09) ini.



Dalam sebuah kesempatan di Lapangan Markas Komando Kopassus, Cijantung, Kamis (20/8) Presiden SBY sempat mengatakan perihal keterlibatan TNI dalam kasus terorisme. Hal itu, menurut Ikrar Nusa Bhakti tidak cukup dijadikan landasan bagi TNI untuk bergerak. Perlu ada keputusan politik dari Presiden SBY, bila presiden bila ingin TNI turun tangan menggurus terorisme. "Kondisi saat ini sudah berbeda, apakah TNI masih memiliki kemampuan hebat untuk mengatasi persoalan terisme, seperti yang dilakukan pada tahun 1981, ini juga harus diperdebatkan," katanya. Kalau SBY tidak mengeluarkan keputusan politik, Ikrar menganggap SBY hanya "cuci tangan" dalam persoalan terorisme.

Di samping itu, Ikrar juga menilali statemen SBY itu bisa juga melibatnya sebagai presure Presiden SBY kepada polisi. Seakan-akan SBY ingin polisi bekerja lebih keras untuk membuktikan kemampuannya. Karena belakangan ini kerja polisi dalam penungkapan kasus terorisme terkesan tergagap-gagap. Dalam kasus penyerbuan di Temanggung, Jawa Tengah yang menewaskan Ibrahim dan pengungkapan markas teroris Jatiasih, Bekasi, meninggalkan berbagai pertanyaan. "Jangan sampai itu hanya upaya untuk membenarkan statemen SBY yang mengatakan dirinya terancam teroris," kata Ikrar.

Intelejen di Indonesia, harusnya mampu menciptakan rasa aman. Ibaratnya, bila ada jarum jatuh, tidak sampai membuat orang mengetahui. Namun, dalam peristiwa Temanggung, Jawa Tengah, yang terjadi justru sebaliknya. "Mana ada operasi intelejen yang begitu ramai, kalau memang teroris ada di rumah itu, maka dia akan lari dahulu sebelum ditangkap," kata Ikrar.

Apapun langkah Presiden SBY setelah ini, kata Ikrar, jangan sampai hanya semata-mata merupakan langkah untuk menjadikan Islam sebagai sasaran. Dalam banyak kasus di Indonesia, seringkali memposisikan kelompok tertentu sebagai "musuh". Kalau itu terjadi, maka akan ada blowback kepada kebijakan itu. Seperti kebijakan AS kepada kelompok Islam radikal di Afghanistan. "Pada awalnya, AS dekat dengan kelompok ini, sampai akhirnya, kelompok ini yang berbalik memusuhi AS," jelas Ikrar.

photo by yahoonews

Overload, Arrahmah.com Geser ke Wordpress

Penangkapan M Jibriel Abdulrahman, pimpinan Ar Rahmah Media dan pengelola situs Arrahmah.com, menciptakan efek yang ironis bagi Arrahmah.com. Betapa tidak, sejak nama Arrahmah.com sering disebut, situs yang berisi berita bertemakan Islam itu menjadi overload dan membuat server down. Sebagai "sekoci penyelamat" pemberitaan, mereka beralih ke blog di wordpress.com.


***
"Arrahmah.com Dalam Perbaikan" begitu bunyi pesan dalam welcomepage Arrahmah.com. Di bagian bawah, pesan singkat dari pengelola itu mengatakan, banyaknya pengunjung ke Arrahmah.com mengakibatkan kesulitan mengakses dan downnya server Arrahmah.com. "Untuk sementara waktu offline untuk diperbaiki," tulis mereka. Untuk sementara, berita-berita arrahmah.com dapat anda akses di http://arrahmahcom.wordpress.com/

Mantan Aktivis Menyulut [Lagi] Lahan Kering Perlawanan

Iman D. Nugroho

Mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) Nezar Patria, sedang berbicara dalam acara Ziarah Gerakan Mahasiswa di Goethe Institute, Jakarta, Rabu (25/08/09). Dalam acara itu hadir aktivis gerakan angkatan 70 hingga 2000. Sekaligus melaunching buku "Menyulut Lahan Kering Perlawanan; Gerakan Mahasiswa 1990an" Tribute to Andi Munajat.

26 Agustus 2009

Kontoversi Dalam Kasus Penangkapan Pimpinan Arrahmah.com

Iman D. Nugroho

Perkembangan pengungkapan kasus terorisme semakin nglambyar (melebar-JAWA) kemana-mana. Salah satunya dengan penengkapan M Jibriel Abdulrahman, pimpinan Ar Rahmah Media dan pengelola situs Arrahmah.com. Atasnama kasus terorisme, Jibril (berdasarkan keterangan Arrahmah.com) diculik oleh orang tidak dikenal, setelah sehari sebelumnya menjadi daftar pencarian orang (DPO) polisi. Apa yang bisa dilihat dari peristiwa ini?


Penting rasanya melihat kasus ini dari sudut pandang "apa itu Arrahmah.com"? Bagi yang belum pernah mengunjungi Arrahmah.com, secara sederhana situs ini bisa didefinisikan sebagai media online, seperti detik.com, vivanews.com dll. Sebagai sebuah situs internet, Arrahmah.com pun secara fair menjelaskan dengan detail mengenai "jenis kelamin" media itu. Dalam rubrik Tentang Kami, Arrahmah mendefinisikan diri sebagai "jaringan media Islam yang bertujuan memberikan informasi berimbang tentang Islam dan dunia Islam di tengah-tengah arus informasi modern dan globalisasi."

Agar lebih lengkap, bisa diklik link ini: http://www.arrahmah.com/index.php/info/about/ Arrahmah.com juga secara terbuka menjelaskan susunan redaksi (klik http://www.arrahmah.com/index.php/info/redaksi/) dan bagaimana cari mengontak mereka dengan menghubungi email (klik: http://www.arrahmah.com/index.php/contact/). Lantas, apakah Arrahmah.com bisa disebut sebagai pers Indonesia? Jawabannya: IYA.

Seperti yang diatur dalam UU No. 40 tahun 1999 tentang pers termuat, definisi pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. Karena itulah, penting sekiranya polisi menghormati Arrohmah.com seperti menghormati pers Indonesia lain.

Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Arrohmah.com terkait dengan terorisme atau jaringan Noordin M. Top? Jawaban dari pertanyaan ini tentu saja sepenuhnya menjadi domain polisi. Hanya saja, perlu digarisbawahi, polisi tidak bisa mengaitkan Arrohmah.com dengan jaringan terorisme hanya berdasarkan pada content atau isi situs Arrohmah.com. Dengan bahasa yang lebih sederhana, apapun yang dimuat Arrohman.com tidak lantas bisa "dihakimi" sebagai keterlibatan dengan kelompok tertentu.

Seperti aturan main pers yang sudah disepakati, pers Indonesia tunduk pada dua regulasi; UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Nah, polisi sebagai penegak undang-undang, harusnye melihat, apakah Arrohmah.com melanggar UU Pers atau tidak. Bila memang dianggap melanggar, maka hendaknya polisi menyebutkan bukti-bukti mengenai hal itu. Ingat, polisi tidak bisa sendirian, harus disertai dengan lembaga negara yang ahli di bidang pers, yakni Dewan Pers. Apalagi bila situs yang berjejaring dengan media Islam dari seluruh dunia ini dianggap melanggar Kode Etik Jurnalistik.Posisi Dewan Pers tidak bisa lagi diabaikan. Sebagaimana tertulis dalam Kode Etik Jurnalistik.

"Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers."

25 Agustus 2009

Pergi Dari Pelukan Surga

Iman D. Nugroho, [sebuah puisi]

Di antara berbagai pilihan kenikmatan, aku memilih meninggalkan surga
Meninggalkan kasih dan sayang yang selama ini aku rasakan
Pergi dari kerinduan, jauh dari kepedulian yang selalu hangat menyelimuti
Menjaga jarak dengan rasa cinta dan semua hal tentang kedamaian


Pergi dari pelukan surga menjadi perlu untukku
Karena terlalu lama aku menikmatinya
Semua keindahan di dalamnya membuatku terlena
Merasa memiliki dan membangun rasa tak ingin kehilangan
Rasa yang sebelumnya tidak boleh ada
Bukankah kita sudah tergaris untuk tidak memiliki apa-apa?

Langkah pertama menjauhi surga begitu berat
Seperti memindah gunung yang terpatri di kedua kakiku
Desir lembut itu tetap terasa membelai kulit dan jiwa
Suara damainya terngiang di daun telinga, dan masuk ke rongga dada
Melilit apa pun yang membatalkan keinginan
Menggugah ribuan pertanyaan yang meruntuhkan niatan

Tak ada rahmat atau khianat
Tak perlu hitungan cermat atau pertimbangan akal sehat
Meski sampai kini aku tetap tak mengerti,..
Di antara berbagai pilihan kenikmatan itu, mengapa aku memilih meninggalkan surga
Mungkin karena kita sudah tergaris untuk tidak memiliki apa-apa,..

Jakarta, 25 Agustus 2009