Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

01 Agustus 2009

Dynand Kembali Mengawal Jember Fashion Carnaval (JFC)

Iman D. Nugroho

Desainer Dynand Fariz kembali menggelar Jember Fashion Carnaval, Minggu (2/8) ini. JFC kali ini memasuki tahun penyelenggaran ke 8, diselenggarakan di Jember, Jawa Timur. Seperti tahun-tahun lalu, JFC diliput oleh banyak media elektronik dan cetak Nasional maupun Internasional dengan peringkat teratas karena JFC merupakan event unik, fantastik, spectakuler dan amazing dengan tema yang berbeda setiap tahunnya . Peserta tampil dengan kostum hasil rancangan sendiri dengan fashion run way dan fashion dance serta ditonton oleh sekitar 300 ribu orang.


Tahun ini JFC mengangkat tema utama ,“WORLD UNITY”, yang berarti satukan dan damaikan dunia. Tema ini merupakan pesan dalam mengantisipasi segala hal yang berkembang di dunia baik dari masalah sosial, ekonomi, budaya maupun politik. sekaligus mengingatkan kita akan dampak isu global warming, krisis pangan dan lain-lain.

JFC dipresentasikan dengan catwalk terpanjang di dunia yaitu 3,6 km, dengan tema:

Opening defile JFC MARCHING BAND - Melalui koreografi yang unik dan modern, JFC Marching Band menjadi satu-satunya Marching Band Indonesia dan dunia yang berani tampil dengan konsep baru. Kali ini JFC Marching Band hadir dengan Tema”Perisai “yang didominasi warna merah,emas,putih hijau dan hitam. Terinspirasi dari Burung Garuda sebagai Lambang Negara Indonesia melambangkan kekuatan, kekokohan, keadilan, perdamaian dan persatuan

RANAH MINANG - Kekayaan Indonesia sebagai pesona yang tidak ada duanya di dunia dengan latar belakang budaya dan history, RANAH MINANG dipresentasikan dalam kesan mewah, fantastis dan monumental. Warna emas, merah, hijau, dan hitam akan mengingatkan kejayaan Indonesia pada Jaman Monarki.

UPPER GROUND - Krisis pangan di sebagian negara di dunia diharapkan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dunia. Bumi memiliki kekayaan alam yang luar biasa, tinggal bagaimana kita menjaga dan melestarikannya. Kekayaan alam harus dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia sepanjang masa. Inspirasi yang tumbuh ke permukaan bumi menjadi luar biasa saat menjelma menjadi costum carnival. Diharapkan akan mengingatkan kita bahwa krisis pangan tidak boleh terjadi di belahan bumi manapun.

ANIMAL PLANTS - Kekayaan hutan menjadi asset di setiap belahan dunia akan menjadi seimbang apabila didalamnya juga terdapat keseimbangan Faunanya. Dua opini ini harus menjadikan perhatian bahwa alam harus tetap dijaga sepanjang masa. Jangan sampai terkena dampak apapun termasuk berbagai krisis yang terjadi belakangan ini , sehingga simbol-simbol kebebasan dari berbagai binatang dan tumbuhan harus dipertahankan dengan segala karakter liar kekar dan kokoh termasuk tumbuhan yang dikemas dalam tema Animal plants.

OFF LIFE - Ratusan bahkan ribuan orang di dunia lahir dengan kreativitas yang tinggi dan luar biasa tapi kenyataannya saat ini orang-orang seperti ini justru dianggap sebagai orang gagal dan tidak berguna. Bahkan kadang dianggap sebagai orang yang membahayakan bagi orang lain. Identitas kelompok atau golongan yang tidak memiliki kesempatan untuk berkembang apalagi berkarya, divisualisasikan dalam warna hitam. Sedangkan kreativitas dituangkan sesuai karakter dan masing-masing personality. Pesan yang diangkat dari tema ini kreatifitas dan karya adalah hak setiap orang.

HARD – SOFT - Perang dan damai adalah faktor yang bisa mengawali dan mengakiri konflik yang biasa terjadi di belahan bumi manapun. Slogan hentikan perang ! akhiri perang ! dan lain-lain selalu menjadi impian semua manusia saat perang terjadi. Saat ini pesan damai harus hadir, maka siapapun tidak akan pernah ingin hidup sepanjang waktu dalam suasana perang, disimbolkan dalam warna militer dan penyelamatan tertuang dalam warna army dan putih. Army dilambangkan dibagian bawah sebagai simbol korban perang, kelumpuhan akibat terkena tembakan dll dan warna putih disimbolkan di bagian atas sebagai simbol penyelamatan dan perlindungan.

CONTAINER - Pasar bebas dan perkembangan industri, suatu saat bisa saja menjadi tidak terkendali. Hal ini harus menjadikan perhatian dunia dalam menjaga keseimbangan terjadinya ekspor impor. Kesiapan dan kepedulian negara yang berkembang mensuport negara yang belum berkembang dapat menjadi inspirasi. Kostum JFC dalam tema container ini diharapkan akan menjadi isu global dalam menyeimbangkan krisis ekonomi dan industri yang terjadi di dunia.

TECHNO – ETH - Perubahan dan perkembangan tehnologi dapat menjadi acuan bagi belahan dunia yang berkembang untuk dapat membaca kebutuhan ke depannya. Hal yang menarik adalah perkembangan teknologi dapat menjadi inspirasi tentang berdirinya suatu budaya atau history hingga etnik dan teknologi bisa menjadi sebuah fenomena yang luar biasa untuk dipresentasikan. Pesan yang disampaikan dari tema ini adalah kecanggihan teknologi jangan sampai meninggalkan akar budaya hingga dapat dijadikan sesuatu yang baru.


RHYTHM – Di seluruh penjuru belahan dunia pasti memiliki sentuhan musik yang berbeda-beda. Hal ini dapat menginspirasi dunia bahwa perbedaan itu indah, harmoni dan dapat menyampaikan pesan perdamaian. Mulai dari negara yang tertinggal sampai yang modern. Dipresentasikan dalam inspirasi alat musik tradisional sampai ke tekno. Diharapkan pesan perdamaian dapat disampaikan melaui komposisi musik yang monumental.

CLOSING – Defile penutup yang membawakan tulisan See u in the next JFC diikuti oleh seluruh Event Organizer JFC dengan harapan kita bisa bertemu kembali di event JFC yang ke 9 tahun 2010.

Semua sub tema diatas menjadi inspirasi yang diterjemahkan secara bebas dan kreatif ke dalam desain busana, musik, gerakan dan ekspressi oleh sekitar 600 peserta terdiri dari pelajar, mahasiswa dan umum . Mereka yang pada umumnya tidak menempuh pendidikan di bidang fesyen memperoleh In house Training secara cuma – cuma selama 6 bulan dan berhak untuk mengikuti kompetisi memperebutkan 75 trophy yang disediakan.


Kegiatan ini untuk mewujudkan impian menjadikan Jember sebagai “ World Fashion Carnival “ dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian rakyat banyak khususnya di sektor industri kreatif.

Terima kasih kepada rekan rekan Media dan fotographer yang telah mempublikasikan JFC sehingga berkat liputan ini telah mengantar kami pada spesial journey Jambore Pramuka se Dunia di London, Indonesia Independent Days di Mumbay – India, Bali Fashion Week, Kuta Karnival, Solo Batik Carnival 1 ,Pekan Produk Budaya Indonesia 2008, Tampil di Program Reality Show Empat Mata di Trans 7, Wardrob Costume Finalis L-Men Contest 2008 & 2009, Pawai Budaya Nusantara 2008 di Istana Negara Jakarta, Shanghai Toursm Festival 2008,Gading Carnival 2009 di Jakarta, Seminar The Indonesian’s ( Napak Tilas Mahakarya Nusantara ) 2009 di London School Of Public Relation Jakarta, Tampil di Metro TV sebagai Guest Arrival dalam Debat Capres 2009, Pekan Produk Kreatif Indonesia 2009.

29 Juli 2009

Custom Tak Berani Sesumbar

Rohman Arief

Satu lagi peserta lokal Tour de East Java, 8-10 Agustus 2009 menyodorkan daftar pebalapnya. Adalah Custom Cycling Club (CCC) Solo resmi menjadi peserta kejuaraan balap sepeda setelah mengirim daftar pebalapnya ke pihak penyelenggara, Harry Enterprise. Tim yang dimanajeri M.Irham itu tidak berani mematok target berlebihan selama ajang yang sudah lima tahun berjalan ini. Hal ini disebabkan pebalapnya rata-rata baru saja mengikuti Porprov (Porda) Jawa Tengah yang berlangsung 28 Juli-1 Agustus.


Namun bukan itu alasan CCC mengikuti Tour de East Java tahun ini. Kami melihat rute yang dilombakan cukup berat. Utamanya ada di etape kedua, dimana rutenya cukup panjang dan ada dua tanjakan yang dilombakan,” terang pria asal Surabaya, Rabu (29/7) siang. Dia menerangkan rute kedua tidak bisa dibuat main-main dan malah menjadi ujian bagi anak didiknya.

Pada etape kedua bis dianggap sebagai rute penentuan merebut Yellow Jersey. Namun kepastian itu bisa saja berubah, lantaran tiga etape yang dilombakan tidak ada yang top hill finish (finish di ketinggian) seperti tahun lalu. Hal ini yang mendorong peserta bertarung maksimal sejak bendera start hingga jelang podium. Itu artinya sejak etape pertama hingga terakhir akan menjadi penentuan bagi semua peserta.

Demikian juga dengan lawan yang akan dijumpai pada Tour de East Java tahun ini sudah cukup sering dijumpai. Seperti dua tim asal Iran Azad University dan Tabriz Petrochemical merupakan dua tim terbaik di Asia. Belum lagi Aisan Jepang dam sejumlah tim lokal lainnya. Dengan kata lain, CCC tidak ingin terlalu berekspektasi selama mengikuti balapan grade 2.2 ini.

“Terlebih anak-anak baru saja mengikuti Porda di Jateng,” jelas Irham. “Memang Porda bukan kelas grade 2.2. Tetapi mereka butuh waktu untuk recovery agar bisa lebih fresh,” imbuhnya. Ketika didesak target, Irham berjanji tampil sebaik mungkin.
CCC diperkuat lima pebalap muda selama mengikuti Tour de East Java tahun ini. Mereka adalah Heksa Priya Prasetya, Endra Wijaya, Agung Alisjahbana, Aerik Suprianto, dan Maruli Fajar. Dari lima pebalap ini Heksa dan Endra yagn memiliki pengalaman cukup banyak. Sementara pebalap senior seperti Parno, wan Setyawan dan Edi Purnomo dikarantina.

“Kami berusaha tampil sebaik mungkin. Minimal bisa memberikan perlawanan bagi tim-tim lokal yang turun di ajang ini,” tandasnya. Pada ajang sebelumnya, CCC mampu finish di posisi keempat kategori tim lokal pada Tour de Singkarak, 28 April-2 Mei silam.

Perjalanan Masa Lalu Fotografer Belanda, Alphons Hustinx

Press Release

Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) Surabaya kembali bekerjasama dengan Erasmus Huis Jakarta dan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia-Belanda (YPKIB) Surabaya. Setelah sukses menjalin kerjasama pertama untuk acara konser duo akordeon Toeac asal Belanda pada bulan Mei lalu, pada kesempatan kedua ini, kami akan menyelenggarakan pameran fotografi “Perjalanan Masa Lalu” karya Alphons Hustinx, fotografer dan sineas asal Belanda.


Pameran yang menampilkan karyanya dari pada periode 1930-1950, termasuk saat perjalanannya di beberapa wilayah Indonesia ini, akan digelar pada 4 – 18 Agustus 2009 di Galeri CCCL. Pembukaan pameran foto akan diselenggarakan pada Selasa, 3 Agustus 2009, pk. 18.30 di CCCL, jln. Darmokali 10 Surabaya.
Selama pameran berlangsung, akan diputar sebuah film mengenai perjalanan Alphons Hustinx di kepulauan Indonesia akhir tahun 1930-an, dengan subtitel dalam bahasa Belanda. Program ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya. Pameran “Perjalanan Masa Lalu” sebelumnya digelar di Jakarta, pada 25 Juni-28 Juli lalu di Erasmus Huis, Jakarta.

Pada 1932, fotografer/sineas/wartawan, Alphons Hustinx, bersama temannya, Theo Regout, mengadakan perjalanan ke Afghanistan yang terpencil, dengan mengendarai sebuah Ford Cabriolet dua penumpang. Ini merupakan awal dari rangkaian panjang perjalanan Hustinx. Pada akhir 1930-an, Hustinx membuat foto dan film di daerah bekas wilayah Hindia-Belanda dan kemudian juga di India, Pakistan dan Sri Lanka, langsung setelah Kemerdekaan.

”Perjalanan Masa Lalu” memperlihatkan koleksi foto perjalanan Hustinx. Kesan Hustinx terhadap alam yang tenang, gemuruh gunung berapi, gambar jalanan dan pertemuannya dengan berbagai macam orang memberikan gambaran yang menakjubkan tentang sebuah dunia yang eksotis, yang dilihat dari mata seorang fotografer Barat.

Sejak tahun 1930-an, fotografer dan sineas Belanda, Alphons Hustinx (1900-1972), melakukan perjalanan ke Timur Tengah, Asia Tenggara dan Afrika. Pria bujangan berpenampilan necis ini, dengan kemampuan pengamatan yang estetis dan hampir etnografis, merekam beragam budaya dan masyarakat non Barat.

Hustinx menggunakan karya foto dan filmnya terutama untuk memberikan ceramah tentang negeri jauh dan bangsa asing. Ceramah-ceramahnya ini banyak dikunjungi orang, pada saat itu televisi belum ada. Pribadi Hustinx yang ramah sangat populer di kalangan publik yang penuh rasa ingin tahu.

Foto dan filmnya tetap menjadi saksi-saksi yang mengesankan dari sebuah dunia yang telah hilang, namun pada saat bersamaan membangkitkan keinginan untuk pergi ke sana.

Mateus Guedes: Saya Hanya Ingin Membela Hak Pengungsi Eks Timor Timur

Iman D. Nugroho

Sekilas, orang pasti tidak menyangka Meteus B.C Guedes adalah eks combatan Timor Timur. Wajah tegas dengan tingkah laku ramah, membuat pria berusia 37 tahun ini memiliki banyak teman. Namun, idealisme yang kuat untuk memperjuangkan nasib pengungsi eks Timor Timur membuat bapak tiga anak ini juga memiliki banyak "musuh". "Saya tidak peduli orang omong apa, saya hanya ingin membela hak pengungsi eks Timor Timur," katanya pada The Post yang menemuinya di Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT).


Sejarah Bangsa Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peristiwa lepasnya Timor Timur pada tahun 1999, dan menjadi Timor Leste. Apalagi peristiwa itu diwarnai dengan tragedi kemanusiaan berupa konflik horisontal, dan terusirnya ratusan ribu orang Timor Timur yang pro Integrasi dengan Indonesia, dari Timor Leste ke NTT. Meteus Guedes, menjadi salah satu dari saksi sejarah itu. Anak terakhir dari delapan bersaudara itu, memilih untuk bergabung dengan organisasi Aitarak (dalam bahasa Tetun Timor berarti duri), dan--meminjam istilah Mateus--berjuang untuk menyelamatkan warga pro Integrasi. "Saya menyebutnya sebagai perjuangan, karena kita mempertahankan apa yang kita anggap benar," katanya.

Ketika hasil referendum Timor Timur diumumkan pada 4 September 1999, Mateus mulai memobilisasi warga untuk mengungsi. Jabatan sebagai teknisi komputer di Aitarak, Dili pun berubah menjadi penjaga pengungsi. Gesekan keras antara massa pro integrasi dan pro kemerdekaan "memaksa" Mateus angkat senjata. "Pilihannya hanya dibunuh atau membunuh, seingat saya, saya hanya pernah menembak sekali, saat ada orang tidak dikenal mau mendekati pengungsi," katanya. Proses panjang dan berliku itu berbuah ketika dia dan seluruh keluarga besarnya menempati kamp pengungsian di Atambua, NTT.

Entah de javu atau apa, namun dalam urusan "ngungsi mengungsi" bagi keluarga Mateus, bukan sesuatu yang baru. Ketika Timor Timur memutuskan untuk berintegrasi ke Indonesia pada tahun 1975, keluarga besar Mateus adalah kelompok yang pro Indonesia, dan mengungsi ke NTT. Dalam benak keluarganya, merdeka dari Portugal dan bergabung dengan Indonesia ketika itu adalah pilihan terbaik. Mateus kecil yang saat itu berumur 7 tahun ikut mengungsi ke NTT. "Ada juga saudara kita yang memilih untuk tetap pro Protugal ketika itu," kenangnya. Saat kondisi membaik dan Timor Timur menjadi propinsi ke 27 pada tahun 1975, Mateus kembali ke Timor Timur dan mulai kehidupan di Dili, sampai tahun 1999 kembali mengungsi.

Hidup selama 10 tahun di sebagai pengungsi, bukan hal yang mudah bagi Mateus. Kamp berukuran 6x3 yang didiaminya, menjadi saksi bisu bergulatan pengungsi. Termasuk bagaimana para pengungsi harus berjuang untuk terus hidup tanpa ada kepastian nasib. Mateus sedikit beruntung karena dirinya diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil(PNS) di Dinas Kepegawaian Pemkab Belu."Tapi harus diingat, ribuan pengungsi yang lain tidak seberuntung saya, mereka tidak punya pekerjaan, tidak punya tanah untuk digarap dan bahkan tidak punya rumah, karena rumah yang didiami berdiri di atas tanah milik orang NTT," jelasnya.

Kepedulian itulah yang membuat Mateus dan kawan-kawannya membentuk Forum Kemanusiaan WNI Eks Timor-Timur Korban Keputusan Politik pada tahun 2008. Pria yang gemar membaca ini dipercaya menduduki posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen). Melalui Forum Kemanusiaan WNI Eks Timor-Timur itulah, Mateus mulai mengorganisir para pengungsi di eks Timor Timur yang kini ada di NTT. Termasuk, terus membuat list berbagai persoalan yang dihadapi oleh pengungsi yang total jumlahnya mencapai 20 ribu keluarga itu. "Ada ketimpangan perhatian pemerintah," katanya.

Setiap hari, di sela-sela kesibukannya sebagai PNS, Mateus mengkliping berita-berita tentang pengungsi eks Timor Timur. Hingga kini, sudah ribuan data dan kliping tentang pengungsi eks Timor Timur disimpan di ruang tengah rumahnya. Data-data itu menjadi salah satu senjata yang dimiliki Forum Kemanusiaan WNI Eks Timor-Timur untuk menjelaskan persoalan pengungsi. Tidak hanya itu, Mateus juga aktif memanfaatkan saluran media massa lokal maupun nasional, untuk menjelaskan persoalan pengungsi. "Saya sering kirim SMS ke acara televisi, atau langsung ke kawan-kawan wartawan untuk berbagai kepedulian," jelasnya.

Dalam catatan Forum Kemanusiaan WNI Eks Timor-Timur, selama 10 tahun berselang, penanganan pengungsi tidak konsisten. Ada banyak bantuan untuk pengungsi, tetapi tidak jelas pemanfaatannya. Misalnya bantuan dana lauk pauk, dana untuk warga miskin, resutlement rumah dll. "Rumah pengungsi dan resutlemen misalnya, dibangun di lokasi yang tidak ada air, ini bisa membuat orang eks Timtim mati pelan-pelan," jelasnya. Semua fakta itu dikumpulkan dalam sebuah laporan dan digunakan sebagai masukan ke pemerintah. Seperti biasanya, harapan menguap begitu saja.

Karena itulah, pada tahun 2008, Mateus sempat memimpin demonstrasi menuntut perbaikan nasib di depan DPRD Belu. Dalam demonstrasi yang berlangsung selama tujuh hari itu, Mateus ditangkap karena pada hari terakhir, demonstrasi berlangsung rusuh. Mateus dipenjara 4 bulan karena itu. Dua bulan di LP. Kupang, dan sisanya di LP. Atambua. Pengorbanan itu tidak sia-sia. Tidak lama setelah vonis penjara dijatuhkan, kucuran dana untuk pengungsi eks Timor Timur sejumlah Rp.8 miliar pun sempat mengucur. Juga ada upaya memperbaiki akses jalan ke lokasi pengungsian dan resutlemen.

Persoalan selesai? Jelas tidak. Mateus menganggap, solusi untuk warga eks Timor Timur untuk bisa kembali bangkit adalah adanya tanah yang layak untuk membangun rumah dan juga untuk berusaha. Tanah dengan status hak milik, bukan pinjaman. Mateus sendiri, selama di Timor Timur memiliki ladang kopi di kawasan Ermera Timor Timur. Dan hal itu mutlak dibantu, mengingat tidak adanya modal awal dari pengungsi. "Dalam waktu dekat, setiap keluarga pengungsi akan mendapat bantuan dana Rp.5 juta melalui Depsos, namun saya ragu dengan data yang dimiliki pemerintah," ketanya.

Namun, perjuangan tidak harus berhenti. Mateus dan Forum Kemanusiaan WNI Eks Timor-Timur mendorong pengungsi eks Timor-Timur untuk berkiprah dalam dunia politik. Pada pemilu tahun 2009 setidaknya ada 28 orang eks pengungsi yang menjadi calon legislatif (caleg) di Belu. Dua orang terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belu. Juga ada lima orang lain yang menjadi caleg di DPR-RI. Salah satunya Eurico Guterres. "Tetapi tidak ada yang terpilih," katanya sambil tersenyum. Harapan juga digantungkan kepada eks pejabat Timor Timur yang kini menjadi pejabat di pemerintah NTT. "Tapi seperti yang sekarang terlihat, perubahan tetap juga tidak terjadi, karena itu saya memutuskan untuk terus berjuang bagi pengungsi eks Timor Timur."

Selamat berjuang, kawan!

28 Juli 2009

Pendaratan Pasukan RI di Timor Timur

Foto: Dokumen CIS Timor, Teks: Iman D. Nugroho

Menjelang satu dasawarsa Jajak Pendapat Timor Timur yang akan diperingati pada 30 Agustus 2009 oleh Pemerintah Timor Leste dan 4 September, oleh Pejuang Pendukung Integrasi, tidak ada salahnya ingatan kembali pada peristiwa tahun 1975. Ketika Indonesia diminta membantu perjuangan masyaralat Timor Timur yang akan lepas dari penjajahan Portugis.