Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

23 September 2008

Ingatkan Soal Ketidakadilan, Buruh Di Jawa Timur Berdemonstrasi

Sekitar 500-an buruh dari berbagai kota di Jawa Timur yang tergabung dalam Aliansi Buruh Menggugat (ABM) dan Kesatuan Aksi solidaritas Buruh Indonesia (KASBI) Jawa Timur, menggelar demonstrasi di sepanjang jalan protokol kota Surabaya, Senin (22/09/08) ini. Dalam demonstrasi itu, demonstran mengingatkan berbagai ketidakadilan dalam kasus perburuhan. Termasuk kasus pemberian tunjangan hari raya (THR) dan pemutuhan hubungan kerja (PHK) secara sepihak oleh perusahaan.


Demonstrasi itu berlangsung Senin pagi ini. Ratusan buruh yang awalnya berkumpul di gerbang pintu masuk kota Surabaya, Bundaran Waru, berkonvoi ke arah utara. Menyusuri Jl. Ahmad Yani. Jumlah buruh yang banyak dan bergerak pelan, membuat arus lalu lintas merambat. Apalagi, beberapa pengguna jalan juga tertarik menyaksikan demonstrasi itu dengan memelankan laju kendaraan, atau sekedar melambaikan tangan.

Sesampainya di komplek Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Jawa Timur, buruh memutuskan untuk berhenti sejenak untuk melakukan konsolidasi massa, serta mengajak dialog Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol. Herman S. Sumawiredja. Polda Jawa Timur di mata buruh adalah pihak yang acapkali memperlakukan buruh dengan tidak adil. Terutama bila ada kasus perburuhan. “Kasus-kasus yang kami laporkan, selalu tidak ada progres, padahal sudah kami sertakan bukti yang kuat,” kaya Jamalluddin, juru bicara ABM Jawa Timur pada The Post.

Jamal mencontohkan kasus buruh dengan pengelola perusahaan otobus (PO) Tjipto, Pasuruan. Juni lalu, ABM melaporkan pengelola PO Tjipto karena ada digaan melakkan pelanggaran ketenagakerjaan. Namun, hingga saat ini, Polda Jatim belum juga memfollow-up laporan itu. PO Tjipto pun tidak mengubah kebijakannya dan tetap beroperasi seperti biasanya. Belum lagi beberapa kasus perburuhan lain yang juga Namun, ajakan beraudiensi itu justru ditolak oleh Polda Jatim tanpa alasan yang jelas.

Penolakan berdialog itu itu disambut pelaporan ke Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dan Komisi Nasional HAM oleh ABM. “Penolakan itu adalah bukti kuat tidak adanya keinginan baik bagi polisi untuk memperlakukan buruh dengan adil, kami akan melaporkan hal ini,” jelas Jamal yang sudah dua kali pihaknya mengajukan surat permohonan berdialog dengan Polda Jatim ini. Massa buruh melanjutkan demonstrasinya dengan menyusuri Jl. Ahmad Yani, menuju ke Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Timur Jl. Pahlawan Surabaya melalui jalur Jl. Raya Darmo, Jl. Basuki Rahmat, dan Jl. Gubernur Suryo.

Di depan kantor Gubernur Jawa Timur itu, ABM dan KASBI meneriakkan tuntutan mereka agar Gubernur Jawa Timur mengeluarkan surat edaran tentang THR tahun 2008. Berkaca dalam kondisi tahun lalu, ada 1000 lebih kasus buruh yang melaporkan ke Posko THR ABM dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Surabaya. “Ini menyangkut nasib buruh, seharusnya Gubernur lebih peduli, bila surat itu tidak keluar, buruh akan menggelar demonstrasi lebih besar,” kata Jamal.

Dalam dialog dengan Kabag Biro Kesra Pemprop Jatim, Sulastri perwakilan asisten Pemprov Jatim, buruh kembali menggugat tentang adanya kelemahan kondisi perburuhan di Jawa Timur. Mulai sistem pengawasan pembayaran THR, masih dijalankannya sistem out sourching hingga belum disepakatinya upah minimum kabupaten/kota (UMK) tahun 2009. Seperti biasanya, perwakilan pihak pemerintah provinsi tidak mempunyai otoritas menjawab tuntutan buruh, selain menampungnya dan berjanji membawa persoalan ini ketingkat yang lebih tinggi.


22 September 2008

Harapan Pada Malam Seribu Bulan

Iman D. Nugroho

Tidak seperti malam-malam sebelumnya yang hanya dipenuhi oleh beberapa gelintir orang, Sabtu malam (20/09/08) ini, komplek makam Raden Rachmadtullah atau Sunan Ampel dan para keluarganya, penuh dengan peziarah. Di sela-sela kompleks makam seluas hampir satu hektar itu, peziarah bersimpuh. Memanjatkan doa sembari membaca ayat suci al-Quran. Malam ini adalah malam ganjil pertama di Bulan Ramadhan. Umat muslim percaya, malam-malam ganjil 10 hari terakhir Bulan Puasa, sama artinya dengan malam 1000 bulan.


Malam 1000 Bulan atau Malam Lailatul Qodar adalah malam dimana Allah SWT melimpahkan kebaikan yang besar. Dasar kepercayaan umat muslim pada malam Lailatul Qodhar itu bisa dilihat dalam al-Quran, Surat al-Qodar. “Di malam itu lebih baik dari 1000 bulan,” tulis al-Quran dan al-Qodar. Uniknya, tidak dipastikan kapan tepatnya malam yang disebut penuh dengan kemuliaan itu hadir. Konon, malam itu terletak pada 1/3 malam atau 10 hari terakhir di Bulan Ramadhan. Artinya, mulai malam 21 hingga malam ke-29 Bulan Ramadhan.

Di malam-malam itu, biasanya umat muslim lebih khusuk berdoa dan menjalankan amalan-amalan tambahan di luar ibadah wajib seperti sholat lima waktu. Mereka percaya, bila mereka berbibadah tepat pada malam Lailatul Qodar, maka pahala yang didapatkan akan sama artinya dengan peribadahan serupa selama 1000 bulan penuh. Tak heran jika pada malam-malam 10 hari terakhir Bulan Ramadhan, tempat-tempat peribadahan seperti masjid, langgar dan tempat mujarabah (tempat mujarab untuk berdoa-RED) seperti makam orang-orang suci atau pemimpin agama, dipenuhi oleh peziarah untuk berdoa.

Di Jawa Timur, tempat yang dianggap sebagai tempat suci untuk berdoa adalah makam-makam para penyebar agama Islam atau Wali dan santri-santrinya. Di Surabaya, makam Raden Rachmad atau Sunan Ampel dengan Masjid Ampelnya, adalah salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi. Di Gresik, 30 Km dari Surabaya terdapat makam Sunan Giri atau Raden Paku. Juga di Tuban, sekitar 120 Km sebelah barat Surabaya, terdapat makam Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim. “Usai Sholat Isya’, orang sudah mulai berdatangan ke Masjid Ampel untuk berdoa,” kata A. Nasir, pengurus Masjid Ampel Surabaya pada The Post, Sabtu malam ini.

Di antara tiga tempat itu, masjid dan makam Sunan Ampel di Surabaya-lah yang paling ramai. Masjid Ampel dipercaya sebagai tempat yang paling “tua”, lantaran Sunan Ampel merupakan salah satu pendiri perkumpulan Sembilan Wali penyebar Islam di Tanah Jawa. Sunan Ampel diperkirakan lahir pada tahun 1401 di Champa, Kamboja. Sejarah mencatat, Sunan Ampel adalah keturunan dari Ibrahim Asmarakandi. Salah satu Raja Champa yang yang kemudian menetap di Tuban, Jawa Timur.

Ketika berusia 20 tahun, Raden Rachmat memutuskan untuk pindah ke Tanah Jawa. Tepatnya di Surabaya, yang ketika itu merupakan daerah kekuasaan Majapahit di bawah Raja Brawijaya. Oleh raja yang dipercaya sudah beragama Islam ketika berusia lanjut itu, Raden Rachmat dipinjami tanah seluas 12 hektar di daerah Ampel Denta atau Surabaya, untuk syiar agama. Karena tempatnya itulah, Raden Rachmat kemudian akrab dipanggil Sunan Ampel. Pada tahun 1421, Sunan Ampel membangun sebuah masjid Ampel dengan berarsitektur perpaduan Jawa kuno dan Arab.

Masjid yang terletak di Jl. KH. Mas Mansyur, Surabaya Utara semakin bernilai dengan hadirnya berbagai legenda di dalamnya. Salah satu legenda yang oleh sebagian besar orang dipandang sebagai kebenaran, adalah hadirnya sembilan makam milik salah satu santri Sunan Ampel yang bernama Mbah Sholeh. Sembilan makam itu, seluruhnya merupakan makam Mbah Sholeh. Hadirnya sembilan makam itu konon hadir karena Sunan Ampel masih memerlukan “teman” dalam membangun masjid. Saat Mbah Sholeh meninggal, Sunan Ampel berdoa agar Mbah Sholeh kembali diizinkan untuk membantunya, hingga sembilan kali.

Legenda lain adalah sosok Mbah Bolong, yang konon mampu menunjukkan dengan pasti arah kiblat masjid Ampel dengan pas ke ke Ka’bah di Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia. Caranya cukup unik, yaitu dengan melubangi (mbolongi-Bahasa Jawa) bagian imam masjid. Saat lubang itu dilihat, yang tampak adalah Masjidil Haram, Makkah. Begitu juga tujuh sumur yang konon digali sendiri oleh Sunan Ampel. Air dari sumur itu dipercaya memiliki khasiat menyembuhkan berbagai menyakit. “Tapi sebagian besar jemaah yang datang tujuannya untuk berdoa kepada Tuhan, selebihnya hanyalah warna-warna masjid Ampel,” kata Nasir.

Dalam pengamatan The Jakarta Post Sabtu malam lalu, Masjid Ampel seperti terkepung oleh jemaah. Dalam perkiraan pengurus masjid Ampel, jumlahnya sekitar 100 ribu orang yang datang dan pergi. Jl. Ampel Masjid sebagai jalan akses utama menuju ke Masjid Ampel penuh sesak dengan orang. Berlum lagi dengan pedagang kaki lima yang menjajakan barang-barang khas muslim, seperti sarung, sajadah, jilbab hingga mukena. Juga makanan-makanan khas dari Saudi Arabia, seperti korma, air zam-zam hingga minyak wangi. Jalan lain dari arah Jl. Ampel Suci pun sama. “Semakin lama, semakin banyak saja orang ke Masjid Ampel, apalagi malam pertama kali ini bersamaan dengan malam minggu, semakin membludaklah jumlah jamaah,” kata Nasir.

Usai melaksanakan sholat Isya;, pengunjung biasanya memilih untuk Sholat Tarawih berjamaah. Usai bertarawih, dilanjutkan dengan ritual membaca ayat Al-Quran, hingga pagi menjelang. Jamaah yang tidak kuat menahan kantuk, biasanya memilih untuk tidur-tiduran di beranda masjid. Sekalian menunggu datangnya waktu sholat sunnah Tahajud sekitar pukul 02.00 WIB dini hari. Di areal pemakaman tempat Sunan Ampel dan santrinya dimakamkan pun dijadikan tempat untuk berdoa.

“Siapa pun boleh datang ke sini untuk berdoa, dalam catatan kami pengujung terjauh kali ini berasal dari Banjarmasin dan Pontianak, yang terbanyak adalah jamaah dari Jawa Timur,” kata Mohammad Yatim, juru kunci makam Sunan Ampel. Jamaah tidak dipungut biaya. Jamaah yang datang berombongan hanya diminta melaporkan jumlah jamaahnya di ruang sekretariat masjid.

Firman Basuki dan kawan-kawannya adalah salah satu rombongan yang hadir malam itu. Bersama 14 orang pemuda asal Desa Mojosantren, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, Firman datang ke Masjid Ampel dengan mengendarai tujuh sepeda motor. “Hal ini sudah kami lakukan setiap bulan Ramadhan, kami ingin mengharapkan mendapatkan berkah seribu bulan,” katanya pada The Post.



21 September 2008

Malam 1000 Bulan




MALAM 1000 BULAN. Suasana malam ke-21 Bulan Ramadhan di Masjid Ampel Surabaya yang jatuh pada Sabtu (20/09/08) ini. Umat muslim percaya, salah satu malam pada malam ganjil sepertiga bulan Ramadhan, sama nilainya dengan 1000 bulan. Karena itu, di malam-malam itu umat muslim banyak mendatangi tempat-tempat peribadahan. Seperti Masjid Ampel di Surabaya ini.

photo by Iman D. Nugroho

20 September 2008

AJI Surabaya Menyesalkan Pernyataan Kapolda Jatim

Mencermati pernyataan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Herman S. Sumawiredja dalam wawancara dengan jurnalis di Mapolda Jawa Timur, Jumat (19/09/08) yang menyatakan bahwa kameramen televisi lebih fokus mengambil gambar dari pada memberi pertolongan kepada korban tragedi pembagian zakat di Pasuruan. Dengan ini Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya mengklarifikasi:...>>selanjutnya





AJI Surabaya Mencermati Statemen Kapolda Jatim

Iman D. Nugroho

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Surabaya mencermati statemen Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Herman Suryadi Sumaredja yang mengkritik jurnalis televisi dalam kasus meninggalnya 21 orang calon penerima zakat di pasuruan, Jawa Timur. Dalam berita yang dimuat oleh www.beritajatim.com itu, Herman menyalahkan jurnalis yang dianggap lebih mementingkan mengambil gambar, ketimbang menolong korban...>>selengkapnya