Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

18 September 2008

Buruh KFC Dipecat Menjelang Idul Fitri, Organisasi Buruh Demo

Iman D. Nugroho

Pemecatan dua buruh pekerja Kentucky Fried Chiken (KFC) Plasa Surabaya berbuntut panjang. Salah satunya adalah demonstrasi yang dilakukan Serikat Buruh Kerakyatan (SBK) dan Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KASBI) di Surabaya, Kamis (18/09/08) ini. Dalam demonstrasi itu, buruh meminta pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja (disnaker) menghapus penyelenggaraan pelatihan kerja.


Demonstasi itu berlangsung di halaman pusat perbelanjaan Plaza Surabaya di Jl. Pemuda Surabaya, Kamis pagi ini. Sambil membentangkan spanduk, massa berjumlah sekitar 300-an orang itu bergerak masuk ke kantor PT. Fast Food Indonesia yang terletak di dalam gedung Plaza Surabaya. "Kami hanya akan berdialog dengan pihak manajemen dan menyerahkan tuntutan kami," kata Jamaluddin, Koordinator Aksi.

Polisi yang sedang berjaga di sekitar massa demonstrasi, langsung melakukan blokade. Mereka melarang demonstran masuk ke gedung Plaza Surabaya, dengan alasan tidak ada izin memasuki gedung. Aksi dorong mendorong dan adu mulut buruh dan polisi pun tidak terelakkan. Buruh berdalih tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali masuk ke dalam gadung untuk berdialog. Sementara polisi bersikukuh tentang tidak adanya izin.

Buruh akhirnya mengalah dan bersedia menunggu di luar gedung, asalkan lima perwakilan mereka diberikesempatan untuk menemui manajemen PT. Fast Food Indonesia. Tuntutan itu dipenuhi. Dalam dialognya, perusahaan PT. Fast Food Indonesia bersedia memenuhi semua tuntutan demonstran, termasuk untuk mempekerjakan kembali buruh yang dipecat, asalkan Disnaker juga mau mencabut izin penyeleggaraan pelatihan kerja.

Usai berdialog, massa melanjutnya demonstrasinya menuju ke gedung DPRD Surabaya dan Pemerintah Kota Surabaya untuk berdialog dengan Disnaker Surabaya. SBK dan KASBI menilai, Disnaker dan pemerintah harus campur tangan untuk menyeleasikan sengketa buruh-perusahaan. “Kami ingin menuntut Disnaker untuk mencabut penyelenggaraan pelatihan kerja yang selama ini dijadikan alasan menindas buruh,” kata Jamal.

Demonstrasi buruh di KFC adalah demonstrasi kesekian menjelang Hari Raya Idul Fitri ini. Sudah beberapa hari, sekitar 2000-an buruh P.T. Arta Glory Buana (ABG) menggelar demonstrasu di depan perusahaan dan berlanjut di depan Gapura Kabupaten Sidoarjo untuk menuntut upah para karyawan yang belum dibayarkan selama 4 bulan, plus THR tahu 2007 lalu yang juga belum dibayarkan. Sementara bulan ini, buruh P.T. ABG juga belum menerima gaji bula Juli dan Agustus, berikut uang makan dan uang lemburnya.

Demonstrasi juga terjadi di Bojonegoro, Jawa Timur. Di Kabupaten yang dikenal sebagai sebutan daerah kaya minyak itu, buruh PT. Himalaya Grafurin International (HGI) menggelar unjuk rasa untuk menuntut pemberian tunjangan hari raya (THR). Untuk menunjukkan keseriusannya, buruh PT. HGI melakukan demonstrasi dengan melubangi jalan masuk dan keluar pabrik.

Sementara itu, Kepala Disnaker Surabaya, Ahmad Syafei mengatakan hingga saat ini belum ada satu pengaduan masyarakat tentang THR yang masuk ke Disnaker Surabaya. Karena itulah, Syafei menghimbau kepada buruh untuk tidak segan-segan melapor ke Disnaker, bila ada perusahaan yang tidak membayar THR. "Ini sekaligus menjadi cara Disnaker untuk mengingatkan perusahaan agar membayar THR yang merupakan hak buruh," katanya pada The Post.

16 September 2008

Wahai Pemimpin dan Orang Kaya, Lihatlah Umar Bin Khotob!

Agung Purwantara

Dalam suatu kisah disebutkan, pemimpin umat Islam waktu itu Umar Bin Khotob tengah berkeliling melanglang daerah pemerintahannya pada malam hari. Melihat kondisi daerah dan rakyatnya dengan diam-diam. Sang Khalifah ingin mengetahui secara langsung dan rahasia, tapa pengawalan dan menyamar.


Suatu ketika Sang Khalifah mendengar isak tangis anak kecil dari sebuah rumah. Karena ingin tahu dia mengetuk rumah itu. Ternyata rumah itu dihuni seorang janda dan anaknya yang masih kecil, miskin. Kemudian terjadilah dialog yang kurang lebihnya begini;
"Kenapa anakmu menangis Ibu?" tanya khalifah yang menyamar.
"Dia lapar, sementara aku tidak mempunyai makanan," jawab janda itu.
"Bagaimanakah bila khalifah Umar mengetahui hal ini?," tanya khalifah menyelidik.
"Dia itu tidak tahu kalau ada rakyatnya yang kelaparan. Dia tentu hidup enak di rumahnya. Dan dia melupakan rakyatnya yang miskin." janda itu menyumpahi khalifahnya.
"Aku akan menyampaikan keadaan ini kepada Umar Bin Khotob. Tentu dia akan memperhatikan," Umar beranjak pergi dengan hati pedih.

Besoknya, dia menyiapkan sekarung gandum dan bahan makanan. Seorang diri dia memikul karung gandum yang berat itu. Tujuannya adalah rumah janda yang anaknya menangis karena lapar. Dan Sang Ibu tidak mempunyai apa pun untuk dimakan. Umar merasa bersalah karena tidak tahu ada rakyatnya yang menderita. Seorang janda dan seorang anak yatim. Kini dengan susah payah dia memanggul sekarung gandum untuk diserahkan kepada ibu anak yang miskin itu***

Kisah ini bisa menjadi contoh. Seorang pemimpin hendaknya benar-benar bertanggung jawab terhadap rakyatnya. Karena kalau ada rakyat yang menderita tentu yang akan dituntut adalah pemimpinnya. Wahai para pemimpin, lihatlah Umar bin Khotob yang merasa bersalah karena ada anak yatim dan janda kelaparan di daerah kekuasaannya. Untuk menebusnya pun dia hanya menyengsarakan dirinya sendiri, bersusah payah memanggul sekarung gandum. Lihatlah, dia tidak menggunakan kekuasaannya untuk memerintahkan orang lain atau dengan kuasanya dia mengundang anak yatim dan janda miskin tersebut. Tetapi dia mendatangi rakyatnya yang miskin dan langsung memberikan bantuan.


Poet Moe'inah Terus Berjuang Menghapus Luka Tragedi 1965


Poet Moe'inah (kanan) saat diwawancarai.
Tragedi pembunuhan massal pasca peristiwa yang dikenal sebagai Gerakan 30 September 1965 memang masih menyisakan luka bagi korbannya.

Tidak terkecuali Poet Moe'inah, perempuan 80 tahun yang kehilangan suami, adik perempuan, masa depan keluarga dan kebebasan berekspresi selama bertahun-tahun karena dipenjara.

Namun, justru semua itu membuatnya bertekad menghapus luka atas tragedi itu. “Semua resiko perjuangan, sekarang saatnya bangsa ini berubah menjadi lebih baik,” katanya mengawali pembicaraan.

15 September 2008

Tragedi Zakat Pasuruan, Melukai Semangat Ramadhan

Artikel Opini Iman D. Nugroho
Photo by AP/Trisnadi via yahoonews

Tragedi meninggalnya 21 orang fakir miskin dalam peristiwa bagi-bagi zakat di Pasuruan Jawa Timur, Senin (15/09/08) ini melukai semangat Bulan Suci Ramadhan. Peristiwa itu sekaligus menjadi ukuran adanya kemiskinan dan kebodohan yang berpadu dengan semangat yang "keliru" dari si kaya kepada si miskin.


Tawa dan bahagia yang seharusnya mewarnai pelaksanaan bagi-bagi zakat di Pasuruan, Senin ini, berubah menjadi isak tangis dan ratapan. Sejumlah 21 orang fakir miskin yang hadir bersama lima ribuan fakir miskin lain di tempat itu, meninggal secara mengenaskan. Mereka terinjak-injak massa yang menyemut, memperebutkan uang Rp.30 ribu yang dibagikan Haji Saichon, salah satu orang kaya di kota itu.

Bulan Ramadhan tergetar. Bulan yang dipenuhi oleh berbagai berkah dan rahmat bagi umat Islam ini, tertoreh cacatan mengerikan. Sekali lagi, aktivitas bagi-bagi zakat menjadi arena yang membahayakan. Dalam tayangan televisi terlihat, ibu-ibu tua merintih karena dadanya sesak terdesak kerumunan. Anak-anak kecil di gendongan, dievakuasi, dan diselamatkan dari balik pagar. Teriakan ketakutan pun menjadi atmosfir di sela-sela perut yang terlilit lapar beserta kerongkongan yang kerontang.

Si miskin teraniaya. Bukan teraniaya oleh kondisi yang semakin menjepit, tapi juga teraniaya oleh proses bagi-bagi zakat, sebagai solusi "sehari" keluar dari kemiskinan. Tidak terbiasanya masyakat mengantri, menjadi bumerang. Jalan sempit di depan rumah Haji Saichon menjadi samudera ribuan orang. Mereka berebut kesempatan memasuki pintu selebar satu meter, menuju lokasi pembagian zakat.

Mengapa bagi-bagi zakat berubah petaka? Tidak rumit menjelaskannya. Di mata saya, semua berawal dari (maaf, meski bukan ahlinya) semangat beragama yang keliru. Zakat memang harus dibagikan, persoalan "cara" yang kemudian menjadi penyebab tragedi ini. Untuk apa mengumpulkan massa hanya untuk membagi zakat? Mengapa harus ada tradisi (kalau boleh disebut begitu) memberikan uang atau sembako dengan cara massal?

Lagi-lagi, tidak rumit menjelaskannya. Namun semua menjadi "luka", ketika kemiskinan dan kebodohan yang berpadu dengan semangat yang "keliru" dari si kaya kepada si miskin telah menciptakan tragedi. Sekali lagi, 21 orang meregang nyawa karena PROSES PEMBAGIAN zakat keliru. KELIRU!

14 September 2008

TKW Jember Tewas Terbakar di Makao

Iman D. Nugroho

Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Jermber Jawa Timur, Nuryana, tewas mengenaskan dalam sebuah kebakaran hebat di Makau, Hongkong, 23 Agustus 2008 lalu, pasca hembusan topan Nuri yang menghantam wilayah itu. Ironisnya, kepulangan jenazah tenaga kerja asal Kecamatan Puger, Kabupaten Jember ini sempat tertunda tanpa alasan yang jelas. Barang-barang milik Nuryana pun hingga saat ini masih tertahan di Hongkong.


Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jatim Mochammad Kholili menjelaskan, berdasarkan keterangan rekan Nuryana, tragedi tewasnya perempuan 35 tahun itu berawal dari pecikan api dari kabel listrik yang terkelupas di apartemen tempatnya bekerja di gedung Xanado Sociedade Apoio As Empresas De Macau. Percikan itu membakar tumpukan kerdus yang teronggok tak jauh dari lokasi kabel yang terkelupas. Api yang membakar menciptakan kepanikan, dan merembet ke lantai III tempat Nuryana tinggal.

Nuryana dan 11 orang yang ada di gedung itu berusaha menyelamatkan diri dengan keluar dari apartemen yang terbakar. Saat berusaha menyelamatkan diri itulah, Nuryana terjatuh di bawa pintu yang sudah terbakar. “Nuryana tidak sempat menyelamatkan diri dan akhirnya ikut terbakar,” kata Kholili. Beberapa orang yang melihat kejadian itu langsung menyelamatkan perempuan yang sudah dua tahun bekerja di Makau itu, dan membawanya ke RS CS. Januariao, tak jauh dari lokasi kebakaran. “Usaha itu tidak membuahkan hasil, Nuryana tidak sempat diselamatkan dan dinyatakan meninggal dunia,” katanya.

Pihak keluarga korban yang diwakili olah kakak korban, M. Syamsul, mengatakan kabar meninggalnya Nuryana diberitahukan kepada keluarga korban pada 29 Agustus lalu. Berdasarkan telepon dari rekan korban di Makao, jenazah Nuryana akan sampai di Bandara Juanda Surabaya, Jumat (12/09/08). Tapi begitu sampai di bandara, baru mendapatkan kabar Jenazah belum datang. “Saya kecewa, tidak ada pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah mengenai hal ini,” kata Syamsul yang sempat menginap di kantor SBMI Surabaya.

Nuryana, kata Syamsul adalah tulang punggung keluarga. Setiap menjelang Idul Fitri, janda beranak satu dan pernah di Malaysia ini dipastikan mengirim uang untuk keluarga di Indonesia. “Saya mengharapkan adik saya, secepatnya dikirimkan ke Indonesia, saya tidak punya uang untuk proses pengiriman itu,” katanya.

Lebih jauh Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Jatim Mochammad Kholili menuntut agar pemerintah tidak tinggal diam atas meninggalnya Nuryana. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jember dan Balai Penempatan dan Pelindungan TKI (BP2TKI) Jawa Timur harus melacak Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang merekrut dan menempatkan Nuryana. Pemerintah juga seharusnya menjamin seluruh hak milik dan harta peninggalan korban. “Pemerintah bisa berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) yang berada di Makao, tapi hingga saat ini kepulangan jenazah korban inipun masih simpang siur dan tidak ada kepastian,” jelasnya.

Karena itu, melalui media Mochammad Kholili menuntut meminta pemerintah juga harus bisa menjamin pemenuhan hak-hak korban, antara lain hak asuransi kecelakaan kerja, menyediakan mobil untuk pemulangan jenazah dari bandara ke rumah duka dan memberikan uang santunan pengganti bisanya kendaraan, penguburan dan lainnya.