Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

22 Agustus 2008

Bledhek Sigar Menutup Gelar Seni Religius

Hanif Nashrullah

Kelompok Musikalisasi Puisi, Bledhek Sigar, dijadwalkan tampil sebagai penutup dalam Gelar Seni Religius yang diselenggarakan UPTD Taman Budaya Jawa Timur (Jatim) di Pendopo Jayengrono, Jl. Gentengkali 85 Surabaya, Sabtu (23/8), pukul 20.00.


10 komposisi puisi telah disiapkan untuk pementasan itu. Beberapa di antaranya yang cukup populer adalah "Borok di Rumah Ibadah" dan "Kota dalam Secangkir Kopi", serta beberapa lainnya adalah karya puisi terbaru yang ditulis oleh Zainuri. Dalam pementasan ini, Bledhek Sigar didukung oleh enam personel, yaitu: Zainuri (Vokal), Roni Handoko (Biola), Hanif Nashrullah (Gitar 1), M. "Ipung" Syaiful Arif (Gitar 2), dan Yusuf (Gitar 3).

Kelompok Musikalisasi Puisi "Bledhek Sigar", yang terbentuk sejak tahun 1994, selama ini dinilai turut mewarnai dunia kesusastraan tanah air. Di antaranya pernah diundang tampil dihadapan Gus Dur semasa menjadi presiden pada tahun 2001---bersama penyair KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), Budayawan M. Sobari, MA, dan musisi Franky Sahilatua.

Gerakan Bledhek Sigar pada tahun 2004 - 2005, ketika berinisiatif mensosialisasikan perlunya bacaan sastra bagi siswa-siswi SMA, dengan tampil di jam intrakulikuler mata pelajaran Bahasa Indonesia di hampir seluruh SMA se- Surabaya, sempat dicekal oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Drs. Sahudi, M.Pd, karena dianggap melanggar otoritas guru.

Sebaliknya, gerakan ini justru didukung oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim, Dr. Rasiyo, M.Si, dengan turut tampil bersama Bledhek Sigar pada jam intrakulikuler mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 2 Surabaya. Kontroversi (pro dan kontra) tentang gerakan Bledhek Sigar yang satu ini memang sempat ramai di surat kabar ketika itu.

Bledhek Sigar yang sebelumnya terlihat sering tampil di acara Suara Dewan yang disiarkan langsung oleh TVRI Surabaya ini dalam tiga tahun terakhir memang lebih sering terlihat pentas di bulan-bulan yang dianggap suci oleh umat Islam.

Pada tahun 2006, misalnya, Bledhek Sigar membuka acara Tadarus Ramadhan yang disiarkan oleh stasiun TV swasta nasional, Indosiar. Serta tahun lalu (2007), Bledhek Sigar diundang tampil sebagai bintang tamu dalam acara Talk Show "Kohin" di stasiun televisi swasta lokal, JTV.

Tahun ini pun Bledhek Sigar akan kembali menyapa lewat Gelar Kesenian Religius yang oleh UPTD Taman Budaya Jatim memang sengaja digelar untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

*[email protected]





Aksi Anak Muda "Membela" Bumi

Iman D. Nugroho

Apa jadinya bila anak muda bertemu dengan Pemenang Nobel? Rasa ingin tahu khas anak muda yang begitu besar, tertuang dalam pertanyaan-pertanyaan yang meluncur tanpo teding aling-aling (ada yang ditutup-tutupi- JAWA) . Bahkan, ada juga yang meragukan kepakaran sang pemenang nobel. Hmm,…


Itulah suasana yang tampak dalam sebuah diskusi lingkungan yang digelar Tunas Hijau, organisasi remaja yang concern di bidang lingkungan hidup, Rabu(20/08) ini di Surabaya. Dalam forum itu hadir Roger A. Sedjo, pemenang Hadiah Nobel tahun 2007 dalam bidang lingkungan hidup asal Amerika Serikat sebagai keynote speaker. Audiensnya, siswa-siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di Surabaya.

Roger A. Sedjo membuka diskusi itu dengan paparan berjudul Menangani Keragaman Hayati dan Pemanasan Global dengan Melestarikan Hutan Tropis. Pemenang Best Book Award tahun 2000 untu buku berjudul A Vision for the U.S. Forest Service: Goals for Its Next Century, menerangkan dengan detail perihal kondisi bumi saat ini. Termasuk Brown Problem (perubahan bumi karena industri dan aktivitas manusia) dan Green Problem (perubahan bumi karena alam). Tidak ketinggalan adanya pemanasan global (global warming) yang sedang terjadi.

Roger yang juga menyinggung perlunya negara-negara menghormati Kyoto Protocol. Terutama poin perlunya membatasi penggunaan minyak bumi. Apalagi, gas buang minyak bumi menjadi salah satu penyebab terjadinya pemanasan global. “Kita sedang dalam masa transisi penggunaan sumber energi di luar minyak bumi, karena itu perlu sekiranya melaksanakan Kyoto Protocol,” kara Roger.

Untuk menghindari pemenasan global, ungkap Direktur Resources for the Future, Forest Economics and Policy Program, sejak 1977 hingga sekarang ini, perlu terus diingatkan pentingnya menjaga hutan dan fungsi-fungsinya. Hutan yang mengandung karbon dalam jumlah banyak, mampu memperkecil pemanasan global, dengan menyerap karbon dioksida.

Bahkan, Roger menyitir Europian Climate Exchange yang menempatkan nilai karbon pada kisaran USD 10-USD100/ton karbon. Dengan nilai itu, maka hutan di seluruh dunia yang diperkirakan memiliki luas 2 miliar Ha ini, bisa menampung 300 miliar ton karbon. Bila harga karbon dibuat USD 20,-, maka nilai karbon sama dengan USD 6 triliun,-. “Pertukaran ini memungkinankan pemilik lahan memperoleh keuntungan,” tulis Roger dalam makalah yang dibagikan dalam forum itu.

Acara diskusi itu mulai semarak ketika masuk ke sesi pertanyaan. Angga Jaya, siswa kelas 2 SMA Negeri V Surabaya mengawali sesi pertanyaan dengan menohok. Angga mengatakan, dirinya agak bingung dengan penjelasan Roger A. Sedjo tentang pentingnya negara-negara melakukan apa yang termaktub dalam Kyoto Protocol. “Kyoto Protocol memang penting, saya sepakat dengan itu, tapi, kalau Anda meminta negara-negara mentaati Kyoto Protocol, bagaimana dengan negara anda sendiri? Hingga saat ini AS belum melaksanakan Kyoto Protocol,” kata Angga bersemangat. Angga mengatakan, seharusnya Roger A. Sedjo mampu mengubah kebijakan pemerintah AS sebelum menyosialisasikan ke negara di luar AS.

Angga menilai, keengganan AS melaksanakan Kyoto Protocol, karena industri di negara itu masih menggunakan minyak bumi. Apalagi, kata Angga, AS mengendalikan negara Arab penghasil minyak bumi terbesar di bumi. “Menurut saya, bila AS melaksanakan Kyoto Protocol, maka akan ada protes dari perusahaan-perusahaan di AS yang menggunakan minyak bumi,” kata Angga.

Pertanyaan tidak kalah tajam diajukan oleh Alvin Prayudha, siswa kelas 2 SMA Negeri II Surabaya. Alvin tidak sepakat dengan penjelasan Roger yang mengatakan aktivitas manusia yang membuat global warming terjadi. “Saya membaca di internet kok tidak seperti itu, pemanasan alam memiliki efek pemanasan yang 1000 kali lebih tinggi dari aktifitas manusia,” kata Alvin.

Siswa berkacamata tebal ini mencontohkan ledakan gunung berapi. Efek dari ledakan gunung berapi memiliki efek pemanasan sama dengan aktivitas pemanasan satu tahun penuh yang dilakukan manusia di seluruh dunia. Alvin menginginkan Roger bisa memberikan penjelasan lebih dan terus mengingatkan manusia untuk berpikir juga tentang perlunya memperbaiki kondisi alam. “Jangan cuma mengingatkan aktivitas manusia, tapi melupakan alam, dua-duanya harus ditangani untuk meminimalisir pemanasan global,” kata Alvin.

Astri Febianti, siswi SMA St. Hendrikus fokus pada penjelasan Roger mengenai nilai nominal karbon. Menurut Astri Roger harus bisa menjelaskan nilai nominal hutan di Indonesia dalam prespektif harga jual karbon. “Apakah bila jumlah karbon yang dihasilkan hutan di Indonesia dikumpulkan, akan mampu membayar hutang-hutang Indonesia?” tanyanya.

Sayangnya, Roger A. Sedjo tidak memberikan jawaban tuntas atas pertanyaan Angga. Menurut Roger, apa yang terjadi di bumi tidak semata-mata tanggungjawab AS. Karena itu, tidak hanya AS yang melaksanakan Kyoto Protocol, tapi negara lain juga harus melaksanakannya. Menyangkut pertanyaan Alvin, Roger masih meyakini, menjaga aktivitas manusia lebih penting guna menghindari efek lebih parah global warming. “Kalau soal harga karbon yang dihasilkan Indonesia, saya belum tahu pasti,” katanya.

“Penjelasan Roger tidak menjawab pertanyaan saya,” kata Angga.

Hmm,...***


21 Agustus 2008

Pemred Surya Pindah Ke Surabaya Post

Pemimpin Redaksi Harian Surya yang juga ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Dhimam Abror, akan segera menempati pos baru sebagai Pemimpin Redaksi Surabaya Post. Kepindahan itu akhirnya menjawab teka-teki siapa yang akan memimpin harian sore yang baru saya mendapatkan suntikan dana dari Bakrie Groups itu.


Dhimam Abror mengatakan, kepindahannya ke Surabaya Post baru efektif pada 1 September mendatang. Menariknya, Abror menilai kepindahan itu adalah langkah profesional yang penuh resiko. "Selama 2,5 saya bekerja untuk kelompok media tertentu, tapi masih profesional, Insyaallah pengalaman itu (profesionalitas) bermanfaat SP," kata Abror.

Dhimam Abror adalah salah satu tokoh pers di Surabaya. Setelah menjadi Pemimpin Redaksi di Jawa Pos, Abror dipercaya menjadi Direktur Radar Timur Jawa Pos Group. Setelah itu, Ketua PWI Jawa Timur yang juga kandidat Ketua PWI Pusat 2008 ini mendirikan koran Suara Indonesia. Tak lama berselang, Abror menutup koran yang "baru tapi lama" itu (karena pernah diterbitkan oleh Jawa Pos Group) dan pindah ke Harian Surya, Kelompok Kompas Gramedia (KKG).

Sejak dipegang Abror, Surya berubah format menjadi koran mirip dengan Warta Kota di Jakarta. Harga jualnya pun turun menjadi Rp.1000,- dari Rp.2500,-. Oplah Surya langsung merangkak naik. Dan pada 1 September 2008 ini, Abror penempati pos baru di Surabaya Post, setelah mendapatkan suntikan dana dari Bakrie Groups.

Belakangan ini, beberapa pimpinan media memutuskan untuk menyeberang dan menjadi narkoda di "kapal" berbeda . Nezar Patria, Pemimpin Redaksi Majalah Tempo, meloncat ke Kanalone.com, dengan posisi Managing Editor atau Redaktur Pelaksana. Kanalone.com adalah sebuah portal berita yang juga dimiliki oleh Bakrie Groups.

20 Agustus 2008

Korban Lumpur Lapindo Demo PT. Minarak Lapindo Jaya

Iman D. Nugroho

Sekitar 200 orang warga lumpur yang mewakili 997 kepala keluarga warga Perumahan Tanggul Angin Sejahtera (Perumtas) menggelar demonstrasi di depan kantor PT. Minarak Lapindo Jaya di Surabaya, Rabu(21/08/08) ini. Mereka menagih uang sisa pembayaran yang dijanjikan PT. Minarak akan diberikan Juni lalu. Namun, hingga tiga bulan berselang, pembayaran itu belum juga dilakukan.


Kepada The Jakarta Post, koordinator demonstrasi Agus Hariyanto mengatakan, unjuk rasa kali ini terpaksa dilakukan karena janji PT. Minarak Lapindo Jaya tidak segera terealisasi. Bahkan, warga mengguhungi Direktur PT. Minarak Andi Darussalam, juga tidak ada kepastian. "Demonstrasi ini adalah jalan satu-satunya untuk mengingatkan kembali perihal pembayaran itu," kata Agus.

Sayangnya, saat demonstrasi berlangsung, tidak ada seorang pun dari PT. Minarak Lapindo Jaya yang ada di kantor yang terletak di lantai IV gedung Srijaya itu. Saat Andi Darussalam dihubungi melalui telepon, Andi malah meminta pertemuan dilakukan di sebuah restauran di khawasan Bandara Udara Juanda, yang berjarak sekitar 30 Km dari lokasi tempat korban lumpur berdemonstrasi.

Permintaan Andi ditolak oleh para demonstran. Lantaran, sebelum melakukan demonstrasi di depan kantor PT. Minarak Lapindo Jaya, warga korban lumpur sudah menghubungi Andi dan memberitahukan perihal lokasi demonstrasi. "Ini seperti mempermainkan kami saja, Andi harus ingat, PT. Lapindo yang menyebabkan ini semua, dan kami adalha korban," kata Agus.

Dari kelompok Hingga saat ini ada 997 Kk warga Perumtas yang terkatung-katung hidupnya. Janji rekolasi rumah yang dijanjikan oleh PT. Minarak Lapindo Jaya belum semua terealisasi. Bahkan, sebagian besar masih berbentuk tanah, tanpa bangunan. "Padahal janjinya, kami akan diberikan rumah, dan uang sisa penjualan diberikan lagi kepada kami," kata Agus.

Keterangan Foto: Hendro D. Laksono saat hearing dengan LBH Surabaya dan AJI Surabaya

19 Agustus 2008

Berpeluh Demi Tempat Penyu Berlabuh











Iman D. Nugroho

“Ada penyu bertelur!..ada penyu bertelur!..” Teriakan petugas Taman Nasional Meru Betiri (TMNB), Sabtu (16/08/08) malam lalu itu memecah keheningan Pos Penjagaan TNMB di Partai Penyu Sukamade, Banyuwangi. Sontak, beberapa pengunjung yang saat itu berada di areal pos penjagaan berlarian ke arah pantai yang berjarak sekitar 1 Km. Ada yang membawa senter, ada juga yang nekad menembus gelapnya malam sambil memanfaatkan cahaya bulan.


Sekitar 20 meter menjelang bibir pantai, suara debur ombak mulai terdengar. Angin laut pun bertiup sedikit kencang, menggoyangkan rerumputan yang tumbuh liar di sekitar pantai. Kilatan blitz kamera pengunjung yang sudah sampai di lokasi penyu bertelur, bagai penunjuk arah di tengah gelap malam. “Tolong jangan terlalu dekat dengan penyu, hal itu akan mengganggu proses bertelurnya penyu,” kata Slamet, salah satu petugas TMNB yang ada di lokasi pendaratan penyu.

Saat akan bertelur, penyu menjadi sangat sensitif. Adanya sedikti cahaya saja mampu membuat penyu membatalkan aktivitasnya. Sebaliknya, ketika penyu sudah bertelur, dia akan lebih tenang. Penyu betina yang malam itu bertelur tergolong besar. Panjang cangkang penyu sekitar 1 meter, dengan sirip sepanjang 60 Cm di samping kanan dan kirinya. Kepala penyu sebesar dua kali kepalan tangan orang dewasa itu selalu bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri. Seperti mengawasi keadaan sekitarnya. Sesekali, sirip depannya mengibas pasir pantai, membuat lobang pendaratan penyu menjadi lebih dalam. Usai bertelur, penyu betina bergerak ke arah kiri, dan membuat lubang tipuan bagi predator. Setelah itu, bergerak pelan menuju pantai, dan menghilang dalam gulungan ombak.

Pantai penyu Sukamade hingga saat ini masih digunakan sebagai lokasi pendaratan penyu untuk bertelur. Di pantai sepanjang 3 Km seluas 250 Ha yang membentang dari timur ke barat ini sering didarati oleh empat jenis penyu. Penyu Hijau (Chelonia Mydas), Penyu Lekang (Lephidochelys olivacea), Penyu Sisik (Eretmochelys Imbricata) dan Penyu Belimbing (Dhermochelys Coriacea). Namun, hanya Penyu Hijau dan Penyu Selengkap yang paling sering “menyapa” pantai ini.

Kehadiran penyu di Pantai Penyu Sukamade, adalah hal yang penting. Tidak hanya bagi TNMB sebagai aparat pengelola pantai itu, melainkan bagi penduduk Jawa Timur pada umumnya. “Kehadiran penyu adalah bukti masih alaminya pantai, dan itu yang harus terus dijaga,” kata Heri Subagiyadi, Kepala TNMB pada The Jakarta post. Karena alasan itu jugalah, TNMB berupaya keras untuk menjaga kealamian Pantai Sukamade. Apalagi, berdasarkan pantauan organisasi World Wide Fund (WWF), Pantai Sukamade merupakan tempat makan penyu terbesar di Jawa.

Di pantai ini, setiap bulannya ada sekitar 20 penyu yang mendarat dan bertelur. Seekor penyu, rata-rata bertelur 100-150 butir. Penyu yang Sabtu malam lalu mendarat, bertelur sebanyak 118 butir. Setidaknya ada 2500 butir terlur yang ditanam di pantai Sukamade setiap bulannya. Namun jumlah itu bukan berarti angka “aman”. Jumlah penyu telur penyu yang menetas dan menjadi penyu dewasa adalah 1000:1. Artinya, untuk tiap 1000 telur yang menetas menjadi tukik dan kembali ke laut, hanya 1 tukik yang bertahan hidup.

Belum lagi bila ada predator yang siap memangsa telur penyu. Seperti anjing, elang, ular hingga macan tutul. “Namun, predator terganas adalah manusia, manusialah yang sering “memangsa” telur penyu untuk dijual,” kata Heri. Telur penyu memiliki harga cukup tinggi. Sampai Rp.1500-2000,-/ekornya. Sementara telur ayam hanya seharga Rp.15 ribu/Kg dan berisi 15-16 butir telur.

Tidak hanya itu, penangkapan penyu dewasa pun terus berlangsung. Utamanya di Pulau Bali, yang memiliki adat memakan daging penyu saat upacara keagamaan. “Tapi ternyata itu cuma alasan, karena investigasi kami menyebutkan, penangkapan itu terjadi setiap saat, tidak hanya saat upacara keagamaan, bahkan ada juga yang menjual lemak penyu untuk bahan kosmetik,” jelas Heri.

Karena alasan itulah, TNMB merasa perlu melakukan intervensi penetasan telur penyu yang sering disebut dengan penetasan semi alami. Penetasan semi alami yang dimaksud di sini adalah menetaskan telur dipasir pantai yang diawasi secara ketat oleh aparat TNMB. Prosesnya tergolong sederhana. Telur penyu yang “ditanam” secara alami oleh induk penyu betina akan diambil dan kembali ditanam di pos TNMB yang terletak sekitar 1 Km dari bibir pantai. Di tempat itu, telur-telur penyu akan didata. Biasanya, dalam jangka waktu satu minggu, telur akan menetas menjadi tukik. Tukik-tukik itu akan dikembalikan ke habitatnya di laut lepas. Hingga Juli ini, sudah 13.510 tukik dilepas di laut lepas. Dalam satu tahun TNMB rata-rata menetaskan 20 ribu telur penyu.

Yang unik, jenis kelamin penyu bisa “diatur” berdasarkan panas pasir pantai yang digunakan untuk penetasan. Untuk “menghasilkan” penyu jantan, diperlukan pasir pantai bersuhu 26-28 derajat celcius. Sementara untuk penyu betina bisa terbentuk dengan pasir pantai yang sedikit lebih hangat, sekitar 29-31 derajat celcius.

Ironisnya meski penanganan sudah begitu rupa, tetap saja masih ada upaya pencurian telur penyu. Setidaknya, TNMB mencatat ada 30 persen dari keseluruhan telur penyu dicuri setiap tahunnya. “Dalam tahun 2008 ini, TNMB sudah melaporkan empat pencurian telur penyu kepada polisi, meski hingga saat ini belum ada tindak lanjutnya,” kata Heri.

Apapun kondisinya, Heri bertekad untuk terus membangun Pantai Sukamade menjadi khawasan konservasi penyu yang disebut Unit Pengelolaan Konservasi Penyu. Unit baru ini akan berkonsentrasi pada aktivitas penelitian, pengambangan habitat dan produksi (penetasan telur penyu) dan pemberdayaan masyarakat. “Saya sudah mempresentasikan hal itu di depan Direktorat Jasa Lingkungan dan Wisata Alam (PJLWA), entah bagaimana hasilnya,” jelas Heri.

Bila proposal itu disetujui, maka akan ada peralatan penelitian baru ditempatkan di TNMB Sukamade. Plus, perbaikan unit penetasan semi alami dan tempat pengamanan penyu. Setidaknya, untuk berbagai hal itu dibutuhkan dana sebesar Rp.150 juta/bulan. Dana terbesar digunakan untuk peralatan tagging (penanda penyu). Alat seharga Rp.24 juta dengan kemampuan pengiriman signal ke satelit ini seharga Rp. 24 juta perbuah. “Namun semua itu penting dilakukan demi menyelamatkan masa depan penyu,” jelas Heri.

Selama ini, anggaran perbulan yang dikeluarkan TNMB Sukamade “hanya” menelan Rp.15 juta/bulan untuk enam orang pekerja. Anggaran itu untuk membiayai 3 orang polisi hutan, 1 aparat pengendali ekosistem hutan (PEH) dan 2 orang non struktural. Sekaligus untuk membeli bahan bakar genset untuk lampu dan satu sepeda motor. Keenam aparat itu bertanggungjawab mengawasi kawasan TNMB seluas 11 Ha dan terdiri dari pantai dan hutan. “Dengan kondisi itu, kita berusaha sebaik mungkin,..” kata Heri. Pripritas utama, segera mengamankan telur penyu yang baru ditanam di pantai, seperti Sabtu malam itu.

“Ada penyu bertelur!..ada penyu bertelur!..”***