
10 Juni 2008
Lisa "Face Off" Bertemu Meuthia Hatta

Jemek Tak Kalah Hebat,..

08 Juni 2008
Musik Ethnic Gelitik Solo
Press Release
Setelah sukses dilaksanakan pertama kali pada tahun 2007, Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival akan diadakan lagi pada tahun ini. Kali ini, Pamedan Pura Mangkunegaran Surakarta (Kompleks salah satu kerajaan di kota Solo) akan dijadikan venue festival.
SIEM yang akan dilaksanakan pada 17 – 21 Agustus 2008 dari pukul 20.00 hingga 23.30, itu akan mengundang pemusik etnik dari Bulgaria, India, Jepang, New Zeland, dan Senegal. Sedangkan dari dalam negeri akan ditampilkan musisi dari Selayar, Minang, Kalimantan Timur, Banyuwangi, Bali, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Flores, Surabaya, Solo dan Irian Barat. Direncanakan akan tampil pula dalam festival ini, Ebiet G. Ade, Letto, Balawan dan Syaharani yang tampil dengan komposisi etnik mereka.
Keseluruhan penampil dalam festival tahunan ini merupakan rekomendasi dari Prof.Dr.Rahayu Supanggah, S.Kar (pakar etnomusikologi, musisi dan pengajar Institut Seni Indonesi - ISI Surakarta) dan Gilang Ramadhan (musisi), yang ditunjuk panitia SIEM 2008 sebagai kurator.
Selain mengadakan pertunjukan musik di atas panggung SIEM 2008 juga mengadakan workshop dan eksplorasi dengan delegasi lain. Interaksi ini tidak saja menghasilkan diharapkan muncul karya kreatif, namun juga memperluas jaringan atau relasi musisi etnik dalam skala internasional. “Venue workshop sengaja dipilih tempat-tempat yang memiliki nilai historis, dan akan diikuti sineas dari berbagai kota. Workshop ini juga disengaja untuk menjadi inspirasi lahirnya film musik etnik,” ujar Putut H Pramono, Ketua Bidang Festival SIEM 2008.
Persoalan musik etnik di Indonesia akan dibahas dalam sebuah rangakaian konferensi dari berbagai sudut pandang dan disiplin di SIEM 2008. Berbagai aspek dalam musik etnik, dari sudut pandang ekologi/ lingkungan, etnik sebagai basis penciptaan kreatif, etnik dalam perspektif ekonomi dan industri akan dibahas dalam rangkaian festival.
Masih dalam rangkaian acara festival, pada tangal 16 Agustus, setiap delegasi SIEM 2008 akan menanam pohon yang disediakan panitia di kota Solo. Selain itu, festival akan melibatkan masyarakat dalam Gerakkan Resik-resik Kutho (Bersih-bersih Kota) di lokasi venue festival Pura Mangkunegaran hingga radius 1 Km.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap kesetiaan profesi para musisi tradisional, SIEM 2008 akan memberikan penghargaan bagi, kelompok karawitan, kroncong, cokekan dan musisi perseorangan. Penghargaan itu didasarkan atas kesetiaan para seniman pada profesi seni mereka.
Pada pelaksaan festival pertama tahun 2007 lalu, SIEM yang diadakan di kawasan cagar budaya Benteng Vastenburg Solo saat itu ditonton lebih dari 50.000 orang dari berbagai kota selama sepekan pelaksanaan. Kesuksesan itu membuat Pemerintah Kota Surakarta mendorong dan memfasilitasi agar SIEM tetap hadir di tengah-tengah masyarakat secara berkelanjutan.
Setelah sukses dilaksanakan pertama kali pada tahun 2007, Solo International Ethnic Music (SIEM) Festival akan diadakan lagi pada tahun ini. Kali ini, Pamedan Pura Mangkunegaran Surakarta (Kompleks salah satu kerajaan di kota Solo) akan dijadikan venue festival.
SIEM yang akan dilaksanakan pada 17 – 21 Agustus 2008 dari pukul 20.00 hingga 23.30, itu akan mengundang pemusik etnik dari Bulgaria, India, Jepang, New Zeland, dan Senegal. Sedangkan dari dalam negeri akan ditampilkan musisi dari Selayar, Minang, Kalimantan Timur, Banyuwangi, Bali, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Flores, Surabaya, Solo dan Irian Barat. Direncanakan akan tampil pula dalam festival ini, Ebiet G. Ade, Letto, Balawan dan Syaharani yang tampil dengan komposisi etnik mereka.
Keseluruhan penampil dalam festival tahunan ini merupakan rekomendasi dari Prof.Dr.Rahayu Supanggah, S.Kar (pakar etnomusikologi, musisi dan pengajar Institut Seni Indonesi - ISI Surakarta) dan Gilang Ramadhan (musisi), yang ditunjuk panitia SIEM 2008 sebagai kurator.
Selain mengadakan pertunjukan musik di atas panggung SIEM 2008 juga mengadakan workshop dan eksplorasi dengan delegasi lain. Interaksi ini tidak saja menghasilkan diharapkan muncul karya kreatif, namun juga memperluas jaringan atau relasi musisi etnik dalam skala internasional. “Venue workshop sengaja dipilih tempat-tempat yang memiliki nilai historis, dan akan diikuti sineas dari berbagai kota. Workshop ini juga disengaja untuk menjadi inspirasi lahirnya film musik etnik,” ujar Putut H Pramono, Ketua Bidang Festival SIEM 2008.
Persoalan musik etnik di Indonesia akan dibahas dalam sebuah rangakaian konferensi dari berbagai sudut pandang dan disiplin di SIEM 2008. Berbagai aspek dalam musik etnik, dari sudut pandang ekologi/ lingkungan, etnik sebagai basis penciptaan kreatif, etnik dalam perspektif ekonomi dan industri akan dibahas dalam rangkaian festival.
Masih dalam rangkaian acara festival, pada tangal 16 Agustus, setiap delegasi SIEM 2008 akan menanam pohon yang disediakan panitia di kota Solo. Selain itu, festival akan melibatkan masyarakat dalam Gerakkan Resik-resik Kutho (Bersih-bersih Kota) di lokasi venue festival Pura Mangkunegaran hingga radius 1 Km.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap kesetiaan profesi para musisi tradisional, SIEM 2008 akan memberikan penghargaan bagi, kelompok karawitan, kroncong, cokekan dan musisi perseorangan. Penghargaan itu didasarkan atas kesetiaan para seniman pada profesi seni mereka.
Pada pelaksaan festival pertama tahun 2007 lalu, SIEM yang diadakan di kawasan cagar budaya Benteng Vastenburg Solo saat itu ditonton lebih dari 50.000 orang dari berbagai kota selama sepekan pelaksanaan. Kesuksesan itu membuat Pemerintah Kota Surakarta mendorong dan memfasilitasi agar SIEM tetap hadir di tengah-tengah masyarakat secara berkelanjutan.
07 Juni 2008
Pasukan Berani Mati Latihan Untuk Hadapi FPI
Iman D. Nugroho
Pasukan berani dari Kabupaten Jember, Jawa Timur menggelar latihan beladiri untuk menghadapi Front Pembela Islam atau FPI. Latihan kali ini adalah persiapan bila pemerintah tidak bertindak tegas untuk membubarkan FPI.
"Kami selama ini tidak pernah berbuat anarkhi, FPI yang anarkhi, kalau FPI tidak dibubarkan, maka Pasukan Berani Mati ini akan berangkat ke Jakarta untuk membubarkan," kata Ayub Junaidi Sekretaris Tanfidiyah DPC-PKB Kabupaten Jember yang juga koordinator Pasukan Berani Mati.
Kepada The Jakarta Post, Ayub menjelaskan latihan beladiri itu dilaksanakan oleh 300 orang dari berbagai elemen organisasi masyarakat di bawah Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Seperti Garda Bangsa, Bantuan Serbaguna (Banser), Pemuda Ansor dan santri dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Jember dan sekitarnya.
Lokasi latihan berada di perbukitan Dusun Sucopangetok, Jember, sekitar 25 Km dari pusat kota Jember. Jumlah keseluruhan mencapai 10 ribu orang. "Namun latihan akan dilakukan 300 orang setiap minggunya," kata Ayub. Dalam waktu beberapa bulan, seluruh pasukan akan selesai berlatih. Dalam latihan itu, Pasukan Berani Mati akan berlatih fisik maupun non fisik. Seperti latihan beladiri tangan kosong, penggunakaan senjata dan sebagainya. Juga akan disisipi dengan latihan ilmu kebal.
Pelatih bela diri adalah pendekar-pendekar beladiri yang selama ini melatih di pesantren dan desa-desa di seluruh Jember. "Pendekar-pendekar itu sengaja turun gunung untuk memberikan latihan," katanya. Ayub menegaskan, kehadiran Pasukan Berani Mati ini bukan untuk menciptakan keresahan, melainkan justru menghentikan keresahan yang selama ini dilakukan oleh FPI dan kelompoknya.
Pada awal-awal berita penyerangan FPI pada massa AKKBB di Monas Jakarta beberapa saat lalu, warga NU dan PKB di Jember sempat melakukan penggerebekan di markas FPI Jember. Pada saat itu, FPI Jember memutuskan untuk membubarkan diri, karena merasa FPI pusat di Jakarta sudah keluar dari garis perjuangan Islam yang damai. Meski dua hari lalu, FPI Jember memutuskan untuk kembali berdiri dengan membawa semangat baru yang anti kekerasan.
Pasukan Berani Mati pernah muncul di era pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ketika kondisi politik di masa itu memuncak, pasukan inilah yang berangkat ke Jakarta untuk mengamankan Istana Presiden. Meski ketika itu Gus Dur tetap berhasil "diturunkan", kehadiran Pasukan Berani Mati tetap menjadi catatan sejarah.
Pasukan berani dari Kabupaten Jember, Jawa Timur menggelar latihan beladiri untuk menghadapi Front Pembela Islam atau FPI. Latihan kali ini adalah persiapan bila pemerintah tidak bertindak tegas untuk membubarkan FPI.
"Kami selama ini tidak pernah berbuat anarkhi, FPI yang anarkhi, kalau FPI tidak dibubarkan, maka Pasukan Berani Mati ini akan berangkat ke Jakarta untuk membubarkan," kata Ayub Junaidi Sekretaris Tanfidiyah DPC-PKB Kabupaten Jember yang juga koordinator Pasukan Berani Mati.
Kepada The Jakarta Post, Ayub menjelaskan latihan beladiri itu dilaksanakan oleh 300 orang dari berbagai elemen organisasi masyarakat di bawah Nahdlatul Ulama (NU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Seperti Garda Bangsa, Bantuan Serbaguna (Banser), Pemuda Ansor dan santri dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Jember dan sekitarnya.
Lokasi latihan berada di perbukitan Dusun Sucopangetok, Jember, sekitar 25 Km dari pusat kota Jember. Jumlah keseluruhan mencapai 10 ribu orang. "Namun latihan akan dilakukan 300 orang setiap minggunya," kata Ayub. Dalam waktu beberapa bulan, seluruh pasukan akan selesai berlatih. Dalam latihan itu, Pasukan Berani Mati akan berlatih fisik maupun non fisik. Seperti latihan beladiri tangan kosong, penggunakaan senjata dan sebagainya. Juga akan disisipi dengan latihan ilmu kebal.
Pelatih bela diri adalah pendekar-pendekar beladiri yang selama ini melatih di pesantren dan desa-desa di seluruh Jember. "Pendekar-pendekar itu sengaja turun gunung untuk memberikan latihan," katanya. Ayub menegaskan, kehadiran Pasukan Berani Mati ini bukan untuk menciptakan keresahan, melainkan justru menghentikan keresahan yang selama ini dilakukan oleh FPI dan kelompoknya.
Pada awal-awal berita penyerangan FPI pada massa AKKBB di Monas Jakarta beberapa saat lalu, warga NU dan PKB di Jember sempat melakukan penggerebekan di markas FPI Jember. Pada saat itu, FPI Jember memutuskan untuk membubarkan diri, karena merasa FPI pusat di Jakarta sudah keluar dari garis perjuangan Islam yang damai. Meski dua hari lalu, FPI Jember memutuskan untuk kembali berdiri dengan membawa semangat baru yang anti kekerasan.
Pasukan Berani Mati pernah muncul di era pemerintahan KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Ketika kondisi politik di masa itu memuncak, pasukan inilah yang berangkat ke Jakarta untuk mengamankan Istana Presiden. Meski ketika itu Gus Dur tetap berhasil "diturunkan", kehadiran Pasukan Berani Mati tetap menjadi catatan sejarah.
05 Juni 2008
Kun, Kalam dan Nun
Sebuah Puisi Karya Agung Purwantara
KUN
Aku menari dalam hamparan kaf-Mu
Justru setelah sadar bahwa suara itu
telah menghilang dari kesadaranku.
Kini aku tercenung pada titik lembaran nun-mu
KALAM
Pernah kau bertanya kepadaku
pada suatu masa sebelum kau beri aku pena
Aku sudah lupa
andai saja, seorang sahabat tidak bersua
Dia membawa berita juga sebotol tinta.
Ini tak akan cukup untuk menulis cerita-Nya, katanya
Tujuh samudra masih kurang luasnya
Tujuh belantara masih kurang banyaknya
Aku masih curiga
seberapa tebal buku yang kau tulis
sedang aku hanya membaca sekelumit saja
Terlalu banyak teka-teki yang kau punya
tersembunyi dalam tinta dalam pena
yang kau berikan padaku bersama cinta
Kau pernah bertanya kepadaku
Pada suatu masa ketika aku masih berada di Mina
Menurut sahabat, itulah rahim dunia
Kini aku mengerti
bahwa Kau selama ini tidak sembunyi
Kau hanya menanti, tulisan dari tinta dari pena
sebuah jawab dari tanya
"Adakah Engkau selain Eengkau"
Catatan Ya' berakhir Nun
Mulai Ya' itulah cerita yang terdengar
ketika setitik kehinaan dijadikan mulia
Bumi menangis
Air menangis
Angin menangis
Api menangis
Bahkan Adam sudah berbekal pengetahuan
bahwa di bumi tempat beraneka ragam
Ada mutiara harapan di lembah Mina
di genggaman wanita cantik
yang menunggu di Arofah
Terdengan seruan...Yaa Siin
menggelar cerita perjalanan
air hina itu menjadi mulia
namun sebentar mudahlah ia membangkang
lupa pada semestinya
hina atau mulia di sini sama saja
Hanya Dia
yang berhak atas cerita
dan memaksa semua
terdiam pada Nun
Surabaya, 4 Juni 2008
KUN
Aku menari dalam hamparan kaf-Mu
Justru setelah sadar bahwa suara itu
telah menghilang dari kesadaranku.
Kini aku tercenung pada titik lembaran nun-mu
KALAM
Pernah kau bertanya kepadaku
pada suatu masa sebelum kau beri aku pena
Aku sudah lupa
andai saja, seorang sahabat tidak bersua
Dia membawa berita juga sebotol tinta.
Ini tak akan cukup untuk menulis cerita-Nya, katanya
Tujuh samudra masih kurang luasnya
Tujuh belantara masih kurang banyaknya
Aku masih curiga
seberapa tebal buku yang kau tulis
sedang aku hanya membaca sekelumit saja
Terlalu banyak teka-teki yang kau punya
tersembunyi dalam tinta dalam pena
yang kau berikan padaku bersama cinta
Kau pernah bertanya kepadaku
Pada suatu masa ketika aku masih berada di Mina
Menurut sahabat, itulah rahim dunia
Kini aku mengerti
bahwa Kau selama ini tidak sembunyi
Kau hanya menanti, tulisan dari tinta dari pena
sebuah jawab dari tanya
"Adakah Engkau selain Eengkau"
Catatan Ya' berakhir Nun
Mulai Ya' itulah cerita yang terdengar
ketika setitik kehinaan dijadikan mulia
Bumi menangis
Air menangis
Angin menangis
Api menangis
Bahkan Adam sudah berbekal pengetahuan
bahwa di bumi tempat beraneka ragam
Ada mutiara harapan di lembah Mina
di genggaman wanita cantik
yang menunggu di Arofah
Terdengan seruan...Yaa Siin
menggelar cerita perjalanan
air hina itu menjadi mulia
namun sebentar mudahlah ia membangkang
lupa pada semestinya
hina atau mulia di sini sama saja
Hanya Dia
yang berhak atas cerita
dan memaksa semua
terdiam pada Nun
Surabaya, 4 Juni 2008