Sebuah berita mengejutkan disiarkan Suara Surabaya dalam acara Kelana Kota, Sabtu (19/1) pagi sekitar pukul 09.30. Seorang produser salah satu program di stasiun TV lokal Surabaya SBO TV, Titis Tatasari, melarikan diri setelah menabrak pengendara sepeda motor hingga tewas di Ngesong, Surabaya. Saat melarikan diri itu, sepeda motor milik korban masih menempel di body depan mobil.
Kejadian itu berlangsung Sabtu pagi menjelang Subuh. Saat itu, Titis yang mengendarai mobil jenis Panther B 8409 IK milik JTV (stasiun TV grup Jawa Pos) keluar dari Hotel Somerset. Saat keluar areal hotel dan menuju ke arah kanan. Tiba-tiba muncul sepeda motor yang dkendarai Abdullah Muslich dari arah kanan. Tabrakan keras tidak bisa dihindarkan. Abdullah terpental dengan luka parah.
Setelah menabrak, Titis melarikan diri ke arah Jl. Mayjend Sungkono. Sementara Abdullah dibawa ke RS Dr.Soetomo Surabaya. Pihak hotel melaporkan kejadian itu kepada Petugas Lantas Polsek Dukuh Pakis Surabaya yang segera melakukan pengejaran dan penghadangan. Di depan stasiun TVRI Jl. Mayjend Sungkono, Titis berhasil ditangkap. Sepeda motor milik Abdullah masih menempel di body depan mobil. Titis diamankan ke Polres Surabaya Utara.
Surya Aka, salah satu produser JTV yang mendengarkan siaran radio Suara Surabaya segera mengklarifikasi kejadian itu. Aka mengatakan, malam sebelum kejadian itu, Titis meliput konser band Nidji di salah satu pusat perbelanjaan. Mobil JTV dipinjam untuk dijadikan kendaraan operasional. Tugas Titis berakhir pada pukul 24.00. Aka memastikan Titis akan diberi sanksi oleh perusahaan tempatnya bekerja.
19 Januari 2008
18 Januari 2008
"Terjepit" Tambak Garam
Sekretaris Papernas Ditembak Polisi

Kejadian itu terjadi Kamis (17/1) pagi. Ketika itu aktivis yang akrab dipanggil Kojek itu sedang mencari nafkah dengan mengamen dari bus ke bus.Sabtu pagi lalu, Kojek memilih bus Akas jurusan Ponorogo-Surabaya. "Tanpa pikir panjang, saya langsung naik ke bus itu dan mengamen," kata Kojek. Lagu-lagu perjuangan yang biasa dinyanyikan saat demonstrasi pun melantun dari sosok tinggi besar itu. Seperti lagi berjudul Marsinah dan Di Sini Negeri Kami.
Usai dua lagu, layaknya pengamen kebanyakan, Kojek meminta uang dari para penumpang dengan menggunakan bungkus permen sebagai wadahnya. Ketika Kojek meminta di bangku depan, tiba-tiba salah satu penumpang yang duduk di tengah bangkit dan mencengkeram tangan Kojek. "Keluar-keluar!" kenang Kojek menirukan gertakan penumpang yang kemudian diketahui seorang Polisi bernama Briptu Joko Sutrisno, anggota Polsek Metro Kebayoran Baru, Jakarta itu.
Kojek melihat Briptu Joko menggenggam pistol, meski diarahkan ke bawah. Sembari terus didorong, Kojek melangkah keluar melalui pintu belakang. Begitu pintu dibuka, bapak seorang anak itupun melangkahkan kaki untuk keluar bus. "Tiba-tiba ada suara letusan, tangan kanan saya terasa panas, ternyata saya ditembak," kenang Kojek.
Suami Mamik, itu pun sempat tersungkur dan kemudian bangun dan berlari menghindari tembakan kedua yang mungkin akan diarahkan ke tubuhnya. Mengabaikan rasa sakit dan panas yang terasa di tangannya. Bus cepat itu terus melaju.
Kojek yang ketakutan berlari menuju pos polisi yang kebetulan ada tidak jauh dari tempatnya di tembak. Kepada seorang polisi yang berjaga di sana, Kojek melaporkan kejadian yang baru saja dialaminya. Seorang polisi pun melakukan pengejaran. Sementara seorang polisi lagi membawanya ke RS. Dr. Soedomo, Madiun. Briptu Joko pun ditangkap dan diserahkan Provost Polres Madiun.
Rumah sakit terbesar di Madiun itu mengaku tidak mampu mengangkat proyektil di tangan Kojek yang ternyata pecah menjadi proyektil kecil. Kojek pun dirujuk ke RS. Dr. Soetomo, Surabaya. Ironisnya, RS terbesar di Indonesia timur itu pun hanya bisa mengambil proyektil terbesar yang bersarang di tangan Kojek. Sementara proyektil kecil-kecilnya masih tersisa dan belum diangkat.
Hingga kini, Kojek masih dirawat di IRD Dr. Soetomo. "Saya akan memperkarakan kasus ini," katanya. Di Surabaya, Papernas Surabaya menyerahkan kronologi peristiwa itu ke Polda Jawa Timur.
Teks foto:
Tri Joko Kuncoro

17 Januari 2008
Semanggi Suroboyo

Semanggi Suroboyo
Semanggi Suroboyo, makanan khas Kota Surabaya sudah mulai jarang ditemukan di Kota Surabaya. Kalau toh ada, penjaja makanan jenis ini jumlahnya hanya segelintir saja. Secara fisik, Semanggi Suroboyo tidak berbeda dengan Pecel. Hanya saja, jenis sayuran yang digunakan berupa daun Semangg dan kecambah. Dikombinasi dengan krupuk Puli berukuran besar dan sambel kacang plus petis.
Semanggi Suroboyo, makanan khas Kota Surabaya sudah mulai jarang ditemukan di Kota Surabaya. Kalau toh ada, penjaja makanan jenis ini jumlahnya hanya segelintir saja. Secara fisik, Semanggi Suroboyo tidak berbeda dengan Pecel. Hanya saja, jenis sayuran yang digunakan berupa daun Semangg dan kecambah. Dikombinasi dengan krupuk Puli berukuran besar dan sambel kacang plus petis.
16 Januari 2008
Saatnya Beralih ke "Teman-teman" Kedelai

Soal rasa, kedelai, sebagai bahan baku tempe dan tahu, memang tidak tergantikan. Tidak ada marga kacang-kacangan selain kedelai yang bisa diolah menjadi tempe dan tahu yang "sempurna", sesempurna kedelai. Seperti jenis tempe kacang beras dan tempe ampas kelapa (bongkrek). Keduanya memiliki rasa yang jauh berbeda dengan tempe kedelai.
Juga soal manfaat tempe sebagai pemenuhan kebutuhan protein nabati. Seperti diketahui, tempe memiliki manfaat untuk melawan radikal bebas yang sekaligus menghambat ketuaan. Tempe juga mampu mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, diabetes dan kanker sekalipun. Zat yang ada di tempe juga membuat bakteri diare tidak beraksi, sekaligus menurunkan kolesterol darah.
Agung Pranatono dari Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) Lawang, Jawa Timur mengatakan, posisi tempe sebagai bahan baku murah pembuat tempe dan tahu, tidak bisa diganti. "Saudara" tempe di marga kacang-kacangan, seperti Kadang Koro pun memiliki ciri fisik yang berbeda. "Tempe juga bisa dibuat dari Kacang Koro, meski sama-sama murah, tapi tempe Kacang Koro menjadi lebih keras," kata Agung, Selasa (15/1) ini.
Namun, posisi kedelai sebagai sumber protein nabati yang murah, bisa didapatkan dari "teman-teman" kedelai, meski dari marga yang berbeda. Seperti jagung dan ubi (sweet potatoes). Jagung yang merupakan marga rumput-rumputan mengandung zat gula, kalium, asam jagung dan lemak. Ketika jagung masih berusia muda, zat yang terkandung jauh lebih banyak. Mulai lemak, protein, kalsium, fosfor, vitamin A, B1, B6, C dan K.
"Orang yang mengkonsumsi jagung bisa berefek lancar air seni, mencegah radang ginjal, hipertensi, diabetes, rakhitis, batu empedu, cacar air hingga diare, juga melancarkan ASI," katanya. Soal, harga pun jauh lebih murah. Di Jawa Timur, jagung biasa dijual dengan harga Rp.1500/kg. Sementara jagung manis, dihargai Rp.2200/kg. Jelas jauh lebih murah dari harga perkilogram kedelai.
Jagung juga bisa diolah menjadi makanan yang tidak kalah lezat untuk lauk makanan. Selain dibakar atau direbus menjadi jagung bakar dan jagung rebus, jagung bisa diolah menjadi bakwan jagung yang bisa dikombinasi dengan berbagai bahan makanan lain. Atau dijadikan sayur dan berbagai makanan kecil lain.
Selain jagung, Agung Pranatono menyarankan masyarakat untuk mencoba mengkonsumsi ubi atau sweet potatoes.Mengutip Nutrition Action Health Letter, ubi menempati rangking satu dari 58 jenis sayuran yang ada. Kandungan vitamin A yang empat kali dari wortel, yang berarti pula mencegah kebutaan, adalah salah satu keunggulan ubi.
"Beta carotene yang bagus untuk pertumbuhan, kandungan gula yang rendah, bebas lemak dan zat anti oksidan membuat ubi memang layak untuk dikonsumsi," kata Agung. Apalagi, ubi bisa diolah menjadi makanan yang menggantikan posisi kentang. Sebut saja untuk perkedel, roti hingga mie. Sentra Pengembangan Agribisnis Terpadu (SPAT) sediri sudah mengolah ubi menjadi berbagai makanan. Mulai brownies, juice hingga ice cream ubi. "Harganya hanya Rp.800-1200/kg," katanya.
Bagi masyarakat kelas bawah, jagung paling masuk akal menjadi pengganti tempe. Nur Khasanah, warga Pasuruan Jawa Timur misalnya, memilih jagung untuk diolah sebagai laut untuk menggantikan tempe. "Sekarang, beli tempe seribu dapat kecil," kata Nur Khasanah sambil menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya sebagai contoh.
Selasa kemarin, Nur Khasanah memborong jagung 10 kg di Pasar Porong Sidoarjo. Selain dikonsumsi keluarganya, jagung-jagung itu juga akan dijual. "Dicampur bumbu, jagung bisa jauh lebih enak dari tempe, jadi nggak usah bingung kalau tempe semakin mahal," katanya.
Keterangan foto:
Jagung, salah satu teman kedelai yang bisa diandalkan. Foto dokumentasi.