Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

23 September 2007

Berkah Ramadhan di Ujung Jarum Jahit Permak

Ujung tajam gunting kecil di tangan M.Shodik seperti menari-nari kecil ketika ia membuka jahitan di bagian pinggang celana usang itu. Setelah beberapa simpul jahitan terbuka, ditariknya salah satu ujung benang yang terlepas. Srutt..! Dalam sekejap celana itu pun tak lagi terjahit di bagian pinggangnya. “Bila Ramadhan, order permak jahit saya bisa bertambah, mungkin untuk dipakai saat Lebaran,” katanya mengawali pembicaraan.

Kebiasaan berbusana rapi di saat merayakan Hari Raya Idul Fitri, adalah berkah bagi industri konveksi. Karena hampir pasti, di saat menjelang hari raya bagi umat Islam itu tiba ada tradisi berbelanja baju baru. Namun, di saat yang berba sulit seperti sekarang, ketika semua biaya hidup merangkak naik, memermak busana menjadi lebih baik sepertinya akan menjadi pilihan. Dan bila hal itu tiba, berkah akan pula dinikmati oleh tukang jahit permak baju seperti M.Shodik.

Tidak pasti, sejak kapan usaha jahit permak mulai menjamur. Hanya saja, bagi M.Shodik, tahun 2004 adalah awal baginya berjibaku dengan permak baju. Bersama salah satu teman dari Kediri, Jawa Timur, kota asalnya, M.Shodik mendirikan usaha jahit permak baju. “Tahun itu, pertama kali saya belajar menjahit, lucu juga,..karena sebelumnya saya tidak pernah bisa menjahit,” kenang Shodik yang sebelumnya bekerja sebagai buruh pabrik.

Setahun kemudian, Shodik memilih untuk membuka usaha jahit sendiri. Dengan berbekal uang Rp.150 ribu, dibelinya sebuah mesin jahit bermerk Butterfly. Setelah survey tempat mangkal, anak ke lima dari delapan bersaudara itu memilih membuka “praktek” jahit permak di Jl. Jemursari, Surabaya. Sialnya, tempat yang diperkirakan membawa hoki, justru berbuah bencana. Di tempat itu, Shodik jarang menerima order. Bahkan, suatu malam, mesin jahit yang menjadi andalannya hilang dicuri maling.

Nasib buruk yang menimpa Shodik, tidak membuat laki-laki pendiam ini menyerah. Beruntung, kakak iparnya mendengar kisah pilu hilangnya mesin jahit milik Shodik, dan memberikan salah satu masin jahit usang bermerk sama. “Saat itulah saya memutuskan untuk kembali mengadu nasib, kali ini memilih tempat baru di Jl. Waru, Sidoarjo,” katanya. Di lokasi pinggir rel, 20 meter sebelah utara dari Stasiun Waru itu nasib Shodik sedikit membaik.

Di lokasi yang juga merupakan wilayah pabrik itu, Shodik mulai mendapatkan langganan. Sekali jahit permak, Shodik memasang tarif Rp.5000-Rp.15 ribu. Tergantung seberapa banyak permak yang diinginkan. Dalam sehari, keuntungan yang didapat hingga mencapai Rp.50 ribu. “Alhamdulillah, sejak di sini saya bisa membeli mesin jahit bekas satu kali lagi,” katanya sedikit bangga.

Bila Ramadhan tiba, waktunya Shodik bekerja lebih keras. Biasanya order semakin banyak. Shodik menceritakan, pada Ramadhan hingga Idul Fitri, dirinya sampai bisa menolak order, lantaran tidak mampu mengerjakan order yang menumpuk. “Mungkin, rejeki saya lebih banyak waktu Ramadhan,” katanya. “Lumayan, sekalian untuk biaya mudik ke Kediri,” katanya, sembari terus membuat gunting kecilnya menari-nari.


21 September 2007

Isu Penyerangan Berhembus Kencang, Masjid LDII di Jember Dijaga Ketat

Usai peristiwa pengerusakan masjid milik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Tanggul Wetan Jember oleh masyarakat sekitar, membuat beberapa masjid LDII lain di khawasan itu dijaga ketat polisi. Ada kekhawatiran, peristiwa serupa akan kembali meletus. Hingga Jumat ini, polisi belum menetapkan tersangka peristiwa itu.

Ketatnya penjagaan terlihat di masjid Baitus Shohirin LDII yang berlokasi di Jl. Sawo, Tanggul Jember, Kamis (20/9)-Jumat (21/9) ini. Di masjid yang terletak 500 meter dari masjid yang diserbu Rabu malam lalu itu sejak Kamis malam menjadi perhatian masyarakat. Kabar yang beredar, Kamis malam usai shalat Tarawih dan Jumat usai Shalat Jumat, penyerangan akan terjadi di Baitus Shohirin.

“Kami mendengarnya seperti itu, makanya kami dan polisi bersiap-siap,” kata M. Dian, salah satu warga LDII pada The Jakarta Post, Jumat dinihari. Kabar burung direspon dengan penjagaan ketat aparat kepolisian di sekitar masjid. Polisi berjaga di ujung jalan dan mengusir selain warga Jl. Sawo yang berada di jalan itu. Polisi juga mengamankan bambu yang berserakan di jalan menuju masjid.

Masyakat yang tinggal di sekitar masjid Baitus Shohirin pun ikut katakutan. Bahkan, beberapa rumah yang berada dekat dengan masjid di coret nama organisasi keagamaan tertentu. “Seperti sebuah pertanda bahwa rumah kami bukan milik LDII,” kata Sahal, warga Jl. Sawo. Sahal mengaku khawatir, bila penyerangan itu benar terjadi, maka rumahnya pun akan menjadi sasaran.

Di dalam masjid Baitus Shohirin, keadaan pun tegang. Siapa saja yang akan masuk ke masjid itu harus rela ditanya identitas lengkapnya. Salah satu pengajar LDII, Ustazd Udin Haryanto mengatakan ketegangan itu disebabkan oleh isu penyerangan. “Ini cuma antisipasi dari berbagai kemungkinan,” kata Ustadz Udin Hariyanto pada The Jakarta Post.

Ustadz Udin Hariyanto menambahkan, penyerangan pada masjid LDII yang terjadi Rabu lalu itu terjadi karena ada salah persepsi tentang gerakan LDII. “Ada isu-isu yang mengatakan keburukan gerakan LDII padahal hal itu tidak benar,” kata Ustadz Udin Hariyanto. Seperti isu yang mengatakan bahwa masjid LDII hanya diperuntukkan bagi anggota LDII saja. Bila ada orang lain yang masuk ke masjid itu, maka lantai tempat sholat akan dipel. Karena orang di luar LDII dianggap kotor.

Hingga Jumat sore, isu penyerangan tidak terbukti. Meski begitu, polisi tetap melakukan penjagaan. Sementara itu, hingga saat ini Polres Jember masih belum menerapkan tersangka atas peristiwa pengerusakan masjid LDII Rabu lalu. Hanya empat orang, Budiyanto, Slamet Riyadi, Trisnadi dan Ahmad Basuki, yang diperiksa sebagai saksi.

20 September 2007

Menolak Difoto


MENOLAK DIFOTO.
Mantan Bupati Jember, Syamsul Hadi divonis enam tahun penjara dan denda Rp.100 juta dalam sidang kasus korupsi di PN. Jember, Kamis (20/9) ini. Syamsul dianggap bersalah karena bersama-sama memperkaya diri sendiri. Tampak dalam gambar Syamsul menolak diambil gambarnya saat memasuki mobil yang membawanya ke LP Jember usai persidangan.

Mantan Bupati Jember Divonis Enam Tahun


MENOLAK DIFOTO.
Mantan Bupati Jember, Syamsul Hadi divonis enam tahun penjara dan denda Rp.100 juta dalam sidang kasus korupsi di PN. Jember, Kamis (20/9) ini. Syamsul dianggap bersalah karena bersama-sama memperkaya diri sendiri. Tampak dalam gambar Syamsul menolak diambil gambarnya saat memasuki mobil yang membawanya ke LP Jember usai persidangan.

Mantan Bupati Jember 2000-2005, Samsul Hadi Siswoyo divonis enam tahun penjara dan denda Rp.100 juta dalam persidangan di PN Jember, Kamis (20/9) ini. Dalam persidangan itu, Samsul juga diwajibkan membayar ganti rugi RP.9,8 miliar. Bila ganti rugi itu tidak dibayar, maka harta benda milik Samsul akan disita. Bila tidak cukup, maka hukuman pidana akan ditambah dua tahun.

Majelis hakim yang diketuai Arif Supratman menegaskan, keputusannya kali ini dibuat dengan seadil mungkin. Karena itu, Majelis hakim tidak ragu "melepas" Samsul dalam dakwaan primer, namun menjeratnya dalam dakwaan subsider tentang pemanfaatan jabatan. "Memang, terdakwa secara obyektif tidak bisa dikenai dakwaan primer, namun memenuhi dakwaan sekunder," kata Arif usai persidangan.

Karena itu, semua kewajiban terdakwa harus dipenuhi, termasuk membayar ganti rugi, atau harta bendanya disita atau pidana dua tahun," tegasnya. Vonis hakim ini lebih rendah dari tuntutan subsider Kejaksaan yang menuntut 12 tahun penjara.

Persidangan yang sudah digelar sebanyak 24 kali dengan menghadirkan 34 saksi itu sempat diwarnai oleh perbedaan jumlah kerugian negara. Pada awal persidangan, terungkap adanya penyimpangan uang negara sebanyak Rp.27 miliar yang didakwakan pada Samsul dan jajarannya. Padahal, hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI menyebutkan, korupsi yang dilakukan dalam kasus ini mencapai Rp.41 miliar. Dan diakhir "cerita" hanya RP.9,8 miliar

Usai persidangan, Samsul tampak tenang. Menurut laki-laki yang akrab dipanggil Abah Samsul itu, Majelis hakim telah salah membaca angka dan membuat keputusan. Dalam kasus penyelewengan dana kas daerah Jember dan penggunaan bunga Deposit On Call di Bank Jatim versi BPK misalnya Abah Samsul menilai dirinya sangat dirugikan. "Bagaimana bisa lembaga negara seperti BPK membuat laporan tentang saya, tapi tidak pernah bertanya kepada saya," kata Samsul. Karena itu, Abah Samsul bertekad untuk melanjutkan kasusnya naik banding ke Pengadilan Tinggi (PT) Jawa Timur.

Korupsi yang dilakukan Samsul Hadi didakwakan dilakukan bersama-sama pejabat Pemkab Jember. Seperti Sekda Pemkab Jember Djoewito, Kabag Keuangan Soenardi dan Agus Herwan Darmanto, Asisten Banwas Pemkab Jember Ahmad Sahuri dan Kepala Keuangan Sekda Jember Mulyadi. Sempat terungkap arah aliran dana yang digunakan untuk berbagai kegiatan yang bermuara pada keuntungan pribadi.

Seperti biaya untuk Tenaga Relawan Abah Samsul (panggilan populer Samsul Hadi-red) atau TRAS, bantuan atas nama Bupati Jember untuk untuk kegiatan Bulan Suci Ramadhan sebanyak Rp.182 juta, bantuan untuk anak cabang ranting PKB sebesar Rp.122 juta, bantuan kegiatan operasional untuk PCNU Kencong, Jember senilai ratusan juta.

Juga ada arus uang yang mengalir ke aparat negara seperti biaya Patroli Pengawal (Patwal) Polres Jember untuk keluarga besar PN Rp 15,5 juta dan biaya kedatangan Kapolda Jawa Timur Rp 34 juta. Termasuk untuk wartawan senilai Rp 9,5 juta, wartawan Andung Kurniawan senilai Rp 47 juta dan Harian Memorandum senilai Rp.40 juta.

Masjid LDII Dirusak


MASJID DIRUSAK.
Masjid milik Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Jember dirusak massa, Rabu (19/9) malam usai Shalat Tarawih. Pengerusakan bangunan yang sedang dalam proses pembangunan itu terjadi karena massa menolak rencana menjadikan masjid sebagai masjid berbendera LDII.