Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Keroncong Kenangan
       

19 April 2007

Peserta Ujian Nasional Mengamuk!

Penjagaan yang dinilai terlalu ketat membuat peserta Ujian Nasional (Unas) di SMA Negeri II Tanggul Kabupaten Jember, Jawa Timur mengamuk. Selain melempari ruang kelas dengan batu, para siswa bahkan sempat menyandera guru penjaga ujian. Enam ruang kelas porak poranda dan seorang siswa ditangkap polisi akibat tindakan brutal itu.

Keributan itu bermula ketika Unas mata pelajaran Bahasa Inggris baru saja berlangsung sekitar jam 10.00 WIB. Sri Handayani, dari SMA Negeri Tanggul I dan Binawal dari SMA PGRI Jember menjaga di ruang 3 SMA Negeri II Tanggul. Menurut pengakuan beberapa siswa, sejak awal Sri memperlakukan peserta ujian dengan sangat ketat. Salah satunya melarang peserta ujian untuk pergi ke kamar mandi. Salah seorang peserta Unas bernama Wiwid menjadi salah satu "korban" ketatnya penjagaan itu.

"Karena dianggap terlalu lama meninggalkan ruang ujian, Wiwid dicurigai bertindak curang, dan kertas soal ujian Wiwid sempat disita petugas," kata salah seorang siswa. Padahal, tambahnya, ketika akan pergi ke kamar mandi, Wiwid sudah meminta ijin.

Kemarahan para siswa semakin memuncak ketika dua pengawas yang menjaga di ruang kelas tak memperingatkan waktu ujian yang akan berakhir. "Begitu bel tanda ujian berakhir, kertas ujian para siswa langsung ditarik," kata siswa yang lain. Emosi peserta Unas pun tidak terbendung. Entah siapa yang memulai, tiba-tiba terjadi keributan. Beberapa siswa berteriak-teriak mencaci maki ulah penjaga dan pelaksanaan Unas. Sebuah lemparan batu ke kaca jendela kelas menjadi pemicu aksi lemparan ke lima kelas lainnya. Suasana semakin tidak bisa dikendalikan. Sri Handayani dan tujuh guru lain yang ketakutan mengunci diri di kamar mandi hingga beberapa jam.

Beruntung, polisi segera datang dan menenangkan suasana. Khawatir terjadi penyerangan pada guru penjaga, polisi melakukan evakuasi pada tujuh orang guru SMA Negeri I Tanggul menuju ke Mapolsek Tanggul. Keributan tidak berhenti. Peserta Unas dari SMA Negeri II Tanggul meluruk SMA Negeri I Tanggul yang berjarak sekitar 5 KM. Beberapa siswa SMA PGRI yang melihat keributan itu berniat untuk bergabung dengan para siswa yang marah dan ikut menyerang SMA Negeri I Tanggul.

Polisi yang tahu rencana itu bertindak tegas dengan membubarkan gerombolan siswa. Rombongan siswa itu pun bubar. Ahmad Pitoyo, siswa SMA PGRI Tanggul yang tidak sempat melarikan diri ditangkap dan diamankan di Mapolsek Tanggul. Kapolsek Tanggul, AKP Bambang Purwo mengatakan hingga kini pihaknya masih memintai keterangan tujuh orang guru dan seorang siswa yang diamankan terkait aksi pengerusakan dan rencana penyerangan itu.

Karena penyidikan masih berlangsung, Bambang mengaku belum menetapkan seorang pun sebagai tersangka dalam kasus itu. "Kami masih meminta keterangan tujuh guru dan seorang siswa, belum ada tersangka dalam peristiwa itu," katanya. Sementara, Kepala Bidang Pendidikan SMP-SMA Dinas Pendidikan Kabupaten Jember, I Wayan Wesa Admaja mengaku sudah menerjunkan tim untuk mengusut kasus itu. "Setelah diketahui kepastiannya, akan diambil tindakan tegas," katanya. Unas di Kabupaten Jember diikuti 12.331 siswa.

Lokapala di Lembaran Kuno Rama Sungging

Teks Foto: Salah satu naskah yang dipajang di dalam pameran naskah kuno di House of Sampoerna Surabaya.

Rahwana Murka. Goh Muka, utusan Prabu Danaraja, kakak tiri Dewi Widowati pun dibunuhnya. Gara-gara Raja Kerajaan Alengka ini tersinggung dengan isi surat Danaraja yang diantarkan oleh Goh Muka. Surat itu berisi nasehat Danaraja untuk Rahwana agar tidak menikahi Dewi Widowati. Tidak hanya itu, Raja Rahwana dan bala tentaranya menyerang Kerajaan Lokapala yang dipimpin oleh Danaraja.

Rahwana tidak sendirian. Ia dibantu oleh Gurunya, Subali. Sementara Danaraja yang merasa diserang, meminta bantuan guru Wisnungkara serta sang paman Kisrahwana. Perang pun tidak terelakkan. Bumi bergetar. Rahwana dan pasukannya berhasil mengobrak-abrik Kerajaan Lokapala. Wisnungkara dan Kisrahwana pun terbunuh. Raja Danaraja terdesak. Saat itulah, Dewa Batara Narada turun dari kayangan dan melerai menghentikan perang itu.

Batara Narada meminta Raja Danaraja untuk mengalah. Danaraja pun menurut. Kerajaan Lokapala dan seisinya berhasil dikuasai oleh Rahwana. Sialnya, raksasa buruk rupa ini tidak menemukan Dewi Widowati yang telah melarikan diri entah kemana. Sejak saat itu, Rahawana bersumpah untuk terus mencari Dewi Widowati yang disebut-sebut sebagai titisan Dewi Sri.

Cerita Rahwana mencari Dewi Widowati itu adalah salah satu penggalan cerita yang termuat di Rama Sungging, sebuah naskah asli yang dipamerkan di House of Sampoerna, 19 April-13 Mei. Rama Sungging adalah salah satu peninggalan sejarah pewayangan jenis "sungging" atau gambar yang bercerita tentang kisah awal terjadinya epos Ramayana. Biasa disebut cerita nenek moyang Rahwana di Kerajaan Lokapala.

Rama Sungging memiliki tiga arus besar cerita pra Ramayana. Cerita pertama tentang Cupu Manik Astagina, benda karamat yang dimiliki Dewi Windradi, hasil pemberian Dewa Batara Surya. Dalam Cupu Manik Astagina ini terdapat rahasia alam nyata dan alam khayangan. Cerita kedua tentang Sastra Jendra, kisah tentang pemerangan antara Raja Lokapala, Prabu Danaraja dan ayahnya, Begawan Wisrawa. Peperangan itu dipicu oleh pernikahan Wisrawa dengan Dewi Sukesi, perempuan yang dicintai Prabu Danaraja. Yang terakhir, cerita Rahwana mencari Dewi Widowati.

Naskah Rama Sungging yang dipamerkan ini adalah milik Bentara Budaya Yogyakarta. Naskah bernilai sejarah tinggi ini didapatkan dari seorang pencinta buku asal Jakarta yang enggan disebutkan namanya. Rama Sungging didapatkan pertama kali tahun 2006 dalam keadaan tidak terawat. Dari penelitian Bentara Budaya Yogyakarta, buku ini diperkirakan dibuat sekitar abad ke-18.

Terutama dari kertas yang digunakan. Logo bergambar singa dalam lingkaran dengan tulisan Concordia, merupakan kertas buatan Belanda yang digunakan abad 18 dan 19. Coretan huruf jawa atau dikenal dengan Honocoroko bersanding dengan gambar wayang. Diperkirakan, tulisan berbahasa Sansakerta dan gambar-gambar wayang itu dibuat oleh pujangga atau juru sungging keraton. Karena pada masa itu, hanya keraton yang memiliki jalur dengan Pemerintah Belanda yang menyediakan kertas.

Hanya saja, berbeda dengan naskah "sungging" yang pernah ada dan dimiliki keraton, Rama Sungging kali ini memiliki karakter yang lebih ekspresif. Tidak ada kesan "tumbar" atau cara penulisan huruf jawa yang bulat dan lancip, khas keraton. Melainkan dengan coretan-coretan tidak teratur. "Dari bentuk huruf dan bahasa Sansekerta yang digunakan, ini adalah naskah kuno," kata Surono, Persatuan Pedalang Indonesia yang hadir di House of Sampoerna.

Begitu juga dengan sunggingan (gambaran) yang ada di Rama Sungging. Gambar yang ada di naskah ini adalah jenis wayang purwa dengan tiga karakter penggambaran yang berbeda. Dalam cerita Cupu Manik Astagina misalnya, wayangnya digambarkan memiliki bentuk tubuh sama seperti manusia. Sementara dalam dua cerita lain memiliki karakter wayang yang hampir sama dengan wayang kulit yang ada sekarang.

Bagian tubuhnya lebih panjang. Meskipun terdapat dua goresan yang berbeda pula. "Jenis gambar seperti ini, adalah gambar Jawa Timuran, lihat saja bentuk kumis yang melingkar dan keris yang sebagian letaknya di bagian depan," kata Surono. Hanya saja, Surono melihat masih tajamnya gambar dengan warna-warna serta adanya goresan pensil memunculkan keraguan atas kekunoan naskah Romo Sungging. "Apakah pada jaman sungging ini dibuat sudah ada pensil dan warna," katanya.

Stop Perdagangan Burung Ilegal!



STOP BURUNG ILEGAL. Perdagangan burung ilegal yang masih bebas di beberapa pasar burung di Indonesia, membuat gerah aktivis pemerhati binatang langka ProFauna Indonesia. Kamis (19/04) ini, aktifis ProFauna menggelar demonstrasi di depan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur menuntut agar dilakukan operasi di pasar burung di Jawa Timur. Dalam satu bulan ProFauna mencatat ada 1000 ekor binatang langka berbagai jenis yang diperdagangkan secara ilegal.

16 April 2007

Perempuan Pencari Kerang



MENCARI KERANG. Mencari kerang adalah salah satu cara warga yang tinggal di sekitar Danau Klakah, Lumajang untuk menyambung hidup. Kerang yang bersembunyi di sela-sela tanaman danau itu harus dicari dengan cara memilah satu persatu, menyaringnya dengan menggunakan keranjang dan membawanya dengan perahu bambu.

Menyelamatkan Aset dan Berteduh



MENYELAMATKAN ASET. Petugas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sidoarjo terus menyelamatkan aset-aset kabupaten yang masih bisa digunakan. Seperti tampak pada gambar, petugas Dinas Pekerjaan Umum melepas lampu jalan di Desa Siring, Porong, Sidoarjo, Kamis (12/04).



BERTEDUH. Teriknya sinar matahari di lokasi semburan lumpur Lapindo membuat block cluvert yang berjajar di tepi jalan raya Porong, Sidoarjo memiliki fungsi ganda. Salah satunya, berfungsi sebagai tempat berteduh.