Dalam rilis persnya, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Kepulauan Bangka Belitung menyebutkan, tekanan aktivitas industri ekstraktif telah menyebabkan krisis multidimensi di Kepulauan Bangka Belitung.
Mulai dari kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, hingga krisis ruang hidup.