Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

11 April 2010

Reuters journalist killed in Bangkok

SEAPA Alert

Reuters journalist killed, freelance photographer hurt in clashes between security forces and anti-government protesters in Bangkok

A Japanese journalist working for Reuters was killed while a freelance photographer was injured when Red Shirt protesters and police-military units battled in Bangkok on 10 April 2010, media
reports said.

Reuters said its TV cameraman, Hiro Muramoto, 43 years old, died from a bullet wound in the chest. He was pronounced dead on arrival at Klang Hospital in Bangkok.

"The Nation" quoted Central Hospital director Dr. Pitchaya Nakwatcharaya that freelance photographer for ABC news, Winnai Ditthajorn, was admitted to the hospital with a gunshot wound in his left leg.

The "Bangkok Post" said the Bangkok Metropolitan Authority (BMA) has reported that as of the morning of 11 April 2010, 19 people died while 825 were injured. Four of the dead were soldiers. The wounded were sent to several hospitals in the capital.

Muramoto was covering the dispersal operations by security forces at Ratchadamnoen Klang Avenue near the Red Shirts' protest camp at Phan Fah bridge when he was shot.

Several clashes in Bangkok's old quarter, where the protesters had set up base five weeks ago, started in the early afternoon of 10 April as security forces began dispersing the Red Shirts.

According to "The Nation", Center for Resolution of Emergency Situations (CRES) spokesman Col. Sansern Kaewkamnerd accused the protesters of attacking the soldiers with grenades and petrol bombs.

Red Shirts leaders, on the other hand, presented guns and military gear allegedly captured from the soldiers.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

10 April 2010

Perang Dewa versi Tiga Dimensi

Jojo Raharjo

*Resensi Fim “Clash of The Titans”

Rubrik film kali ini mengupas film Hollywood berjudul “Clash of The Titans” yang sedang tayang di jaringan bioskop 21 di Indonesia. Menyaksikan pemutaran khusus “Clash of The Titans” bagi wartawan di Plaza Indonesia Theater, Jakarta saya merasakan betapa film yang diangkat dari mitologi Yunani, didukung dengan efek suara dan visual dahsyat banget.

Kisahnya diawali saat manusia memberontak terhadap para dewa dengan merobohkan patung Dewa Zeus. Maka, para dewa pun murka dan mengirimkan monster bernama Kraken untuk menghancurkan negeri Agros beserta seluruh penghuninya. Di saat itulah, muncul pahlawan bernama Parseus, manusia setengah dewa yang memimpin rakyat bertarung melawan para dewa. Parseus dilahirkan dan ibu seorang manusia dan berayahkan Zeus, yang kemudian memimpin perang melawan dendam karena dia juga sakit hati dibuang ke dunia.

Dalam film produksi Warner Bross ini, penonton menjadi terhibur dengan perpaduan antara adegan perang, aksi aksi perkelahian dan gambar imajiner, misalnya suasana pada tempat antara kehidupan manusia dan kekuasaan Sang Maha Kuasa.

Seusai pemutaran “Clash of The Titans”, Dona Asri, wartawati Majalah Angkasa mengaku, dirinya selalu memiliki kesan tersendiri setiap menonton film bertemakan mitos para dewa. “Pasti ada sesuatu yang menarik untuk dipelajari dari mitos para dewa. Dalam kisah ini, kita tahu betapa siapapun bisa jadi dewa kalau ada sesuatu dari dalam kita yang bisa keluar, saat kita betul-betul yakin dengan kemampuan kita,” katanya.

Tapi, ada juga kritikan yang mengatakan bahwa alur cerita film “Clash of The Titans” terlalu mengada-ada, seperti disampaikan Arvero Iwantra, Editor For Him Magazine. “Dari segi cerita terlalu khayal. Ya, ini memang fantasi, tapi seharusnya sebuah film mesti ada logika ceritanya. Sebagai hiburan oke, tapi sebagai sebuah karya sinema, kurang maksimal,” kata Arvero.

Film ini menjadi menarik dinikmati karena beberapa gedung bioskop menyediakan versi 3D. Dalam versi tiga dimensi, penonton mendapatkan kacamata khusus sehingga mendapatkan suasana film seperti nyata. Kesan itu juga yang disampaikan Dona Asri. “Pasti beda nonton film 3D dibanding film biasa, seperti kita masuk ke dunia nyata,” papar Dona,

Namun, Arvero Iwantra punya pendapat lain. Menurutnya, teknologi 3D memang bagus, tapi tetap tidak akan berarti bila tidak diimbangi plot cerita yang berkualitas. “Tiga Dimensi itu hanya gimmick, ibarat kecantikan wajah dia cuma kosmetik atau make up luar saja. Yang penting sebuah film dibilang bagus atau jelek bukan dari teknologinya, tapi jalan cerita film itu,” kata Arvero.

Apalagi kata Vero, film ini merupakan karya remixed. “Film ini kan sudah pernah diputar pada era 1980-an. Nah, zaman dulu orang tertarik karena dongengnya, bukan karena efeknya kan?” katanya.

| republish | Please Send Email to: [email protected] |

[ My Family ] Beruntunglah Hidup di Indonesia

*Pengalaman Sebelum Pameran di Belanda

Berangkat dengan KLM 0810 (maskapai Belanda) jam 18.50 on time, meskipun tidak cepat take off dikarenakan cuaca yang kurang bersahabat. Menunggu beberapa pesawat landing barulah pesawat kami take off. Keberangkatan kami sebelumnya dari Surabaya – Jakarta dengan pesawat kebanggaan kita bersama justru mundur (delay) satu jam.

Satu Jam kemudian kami mendarat di bandara Malaysia. Ops…kesan pertama saya, indah dan megah. Sangat modern. Sulit membayangkan, negara tetangga kita yang katanya dulu mengirimkan guru-gurunya untuk belajar di perguruan tinggi kita, mempunyai bandara yang luar biasa megah. Jauh lebih megah dari bandara kita. Orang-orang asing berseliweran, lebih banyak dari yang kami lihat ketika kami di bandara Soekarna Hatta – Jakarta.

Tidak terjadi penumpukan penumpang, karena trem siap setiap saat mengangkut penumpang yang datang untuk dibawa ke tujuannya masing-masing. Padahal ketika di Soekarno Hatta, untuk masuk immigrasi dan masuk ke pintu penerbangan kami harus melalui antrian cukup panjang. Didominasi orang local yang hendak melakukan ziarah dan umroh. Nampaknya kita mesti belajar dari Malaysia dalam hal ini, effisiensi dan memudahkan. Sehingga tidak terjadi penumpukan. Kasihan sekali, lansia (lanjut usia) yang mau berangkat umroh maupun haji. Sebaiknya tidak antri berlama-lama, karena mereka mesti menyimpan tenaga untuk melakukan ibadah selanjutnya.

Dari Malaysia, sekitar 30 menit kemudian kami berangkat menuju Amsterdam (Belanda). Sebelum memasuki pesawat, kami harus menunjukkan passport an tiket pesawat kami. Petugas di Malaysia tidak menunjukkan senyum, inilah kelebihan kita. Petugas kita masih lebih ramah. Ah seandainya semua bisa kita tingkatkan menjadi lebih baik, sehingga negara kita lebih menyamankan orang untuk tinggal.

Kami mendapatkan 3 kali makan, ketika penerbangan ke Malaysia, ketika terbang ke Amsterdam dan sarapan pagi sebelum sampai di Amsterdam. Jadi jangan takut untuk kelaparan. Setiap dua jam, pramugari berseliweran untuk menawarkan minuman termasuk ice cream. Saya agak kawatir karena pengalaman saya di toilet manapun di tanah air yang ‘tidak cukup bersih’ dan selalu dengan aroma yang khas. Maka saya menahan diri untuk pergi ke toilet pesawat apalagi saya lihat banyak orang yang menggunakannya. Namun saya hanya bertahan 10 jam dari sekitar 16 jam penerbangan kami.

Ternyata, toilet tersebut meskipun kecil tetap berbau harum. Cukup berbekal bahasa inggris sederhana kita bisa nyaman menggunakan toilet tersebut. Jadilah berkali-kali saya masuk ke toilet. Apalagi saya sedang datang bulan. Tips: Untuk teman-teman wanita yang akan melakukan bepergian seperti saya dan sedang datang bulan, sebaiknya membawa tas wanita dengan diisi cukup pembalut. Dan bisa menggantinya sesering yang dibutuhkan. Meskipun, jika anda meminta bantuan pramugari mereka akan dengan senang hari mencari dan memberikan tampon. *next, click here!


| republish | Please Send Email to: [email protected] |