Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pati berani!
       

27 Januari 2010

Demo 28 Januari yang Sangat Penting, itu,..

Iman D. Nugroho

Tanggal 28 Januari ini, bisa jadi menjadi hari yang sangat bersejarah bagi Indonesia. Setelah mantan Presiden Soeharto, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atau SBYlah yang akan didemo oleh puluhan ribuan orang. Seratus hari masa kepemimpinan presiden yang pernah mengklaim diri sebagai Presiden dengan dukungan mayoritas rakyat dalam Pemilu itu, akan benar-benar akan diwarnai dengan ungkapan kekecewaan.

Mengapa demonstrasi? Pertanyaan ini selalu saja ada ketika sebuah demonstrasi akan digelar. Jawabannya sangat sederhana: karena cara inilah yang terbukti sangat efektif untuk menunjukkan ekspresi tentang sesuatu. Apalagi di Indonesia. Sejauh yang Saya tahu, demonstrasi masih menjadi mekanisme yang paling tepat untuk mengekspresikan rasa yang kita punya. Dalam konteks pemerintahan sekarang apalagi. Apa masih mau bersandar pada DPR/MPR yang hampir semuanya mendeklarasikan diri menjadi anggota koalisi pro SBY? Hmm,..jelas tidak.

Belum lagi, DPR/MPR adalah arena ganas bola liar politik. Setiap persoalan yang digulirkan di Senayan, akan dinilai benefit apa yang mungkin akan didapatkan, bila diurus di Senayan. Bukannya berpikir rakyat sebagai ukurannya. Sangat menjijikkan. Lihat saja persoalan Bank Century. Semangat untuk mencari kebenaran dalam kasus itu, menjadi bergeser manjadi semangat untuk menjatuhkan Pemerintahan. Saat ada usulan memanggil SBY sebagai orang yang dianggap tahu, justru dimaknai beragam, berlawanan.

Karena itulah, gerakan politik demonstrasi, memang masih menjadi pilihan. Saya tidak menutup mata, demonstrasi juga bisa "dijual". Dengan broker yang memainkan harga Rp.25 ribu/kepala misalnya akan mudah menggelar demonstrasi tergantung pesanan. Tapi, itu tidak semuanya. Sangat gampang membedakan mana demonstrasi asli, dan mana yang bayaran. Secara fisik, lihat saja massa demonstrasi. Apakah mereka cukup memiliki kapasitas untuk meneriakkan isu yang diusungnya? Lalu, lihat yang berorasi. Kalau hanya orang-orang itu-itu juga, tanpa ada perwakilan dari elemen massa aksi, berarti ada yang "aneh".

Dan yang terakhir, lihatlah isunya. Ini butuh analisa sedikit. Misalnya, ketika atmosfir politik mengecam X, sementara demonstrasi itu justru membela X, maka lagi-lagi, ada yang "aneh". Namun, demokrasi adalah arena perbedaan. Silahkan saja mengusung isu apa saja, asalkan dilaksanakan dengan demokratis. Dan untuk yang akan didemo, tenang saja. Tidak usah panik, takut atau bahkan mencurigai ini dan itu.

Rakyat Indonesia yang sudah pintar ini cinta negerinya. Semua dilakukan atas dasar masa depan yang lebih baik. Jadi, yang sepakat dengan demo 28 Januari, ayo bergabung. Untuk yang tidak sepakat, lanjutkan kehidupan, sambil berdoa agar kebaikan tetap terjadi di Indonesia. Bagi SBY yang akan di demo, kalau urusan Banten sudah selesai, segera balik ke Istana Merdeka ya,... :P

26 Januari 2010

Ini Lho Tampang Pak Presiden Kalau Marah-Marah

Iman D. Nugroho | Youtube.com

Di balik wajahnya yang kalem, penampilan yang selalu rapi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sering juga marah. Empat video yang bisa disaksikan di youtube.com ini memunjukkan SBY yang sedang marah. Semoga, bukan kemarahan seperti ini yang ditunjukkan SBY ketika melihat rakyat menggelar demonstrasi besar pada 28 Januari 2010 ini. "Sabak par,..eh salah,..sabar pak!"



Bekas Rias Tertoreh di Solo, Jawa Tengah

Press Release

Monolog ‘Bekas Rias di Panggung’ Tour on Solo, menampilkan empat aktor sepuh berusia mendekati 60 tahun ke atas. Pementasannya akan berlangsung di Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah, Jl. Ir. Sutami 57 Surakarta, Kamis malam, 28 Januari 2010, mulai pukul 19.00.

Keempat aktor yang akan bermonolog ini, yaitu Multato (60 tahun), Mastohir (65), Fatimah (60) dan Suliswanto (58), masing-masing berasal dari basic seni pertunjukan teater yang berbeda-beda. Multato, misalnya, mendalami teater modern. Dia aktor kawakan dari kelompok Sanggar Teater Nuansa.

Sementara itu, Mastohir, Fatimah dan Suliswanto adalah aktor yang berangkat dari seni teater tradisi. Mastohir adalah anggota Kelompok Srimulat, pernah menjadi Sutradara di kelompok yang membesarkan nama Tarzan, Basuki, Timbul, Asmuni, dan lain sebagainya ini, di tahun 1980 hingga pertengahan 1990-an. Sedangkan Suliswanto adalah pemain Ludruk dan pernah menjadi Sutradara Ludruk RRI selama dua dasawarsa. Sementara itu, Fatimah, di masa mudanya adalah aktris Ketoprak.

Di masanya, mereka adalah aktor yang pernah menjadi kebanggaan Kota Surabaya. Hingga kini, boleh dibilang, mereka adalah orang-orang yang tampaknya sudah mantap memilih jalan hidup lewat teater. Terbukti, meski sudah lama tidak memperoleh ruang tampil, keempatnya masih selalu hadir di setiap peristiwa kebudayaan, khususnya dalam even-even pementasan teater, baik di Surabaya maupun di luar kota, walau sekadar hanya menjadi penonton.

Untuk pentas monolog ‘Bekas Rias di Panggung, 28 Januari di Surakarta nanti, mereka telah menyiapkan perannya masing-masing. Fatimah akan mementaskan lakon 'Sritanjung', sebuah kisah legenda dari Banyuwangi. Mastohir akan menampilkan lakon ‘Jo Kasmo’ yang diilhami naskah Nyanyian Angsa, karya Anton Chekov. Multato akan memainkan lakon ‘Maling’, naskah karya Yulius Siramanual. Sedangkan Suliswanto akan
memungkasinya dengan lakon karyanya sendiri yang berjudul 'Mak Satona’.

Mereka layak diketengahkan kembali dengan format monolog seraya menakar kekuatannya berakting. Karena itu kami sangat mengharap kehadiran Anda untuk menyaksikannya.