17 May 2010

Weesp, salah satu pertahanan terluar Amsterdam

Iman D. Nugroho (text/photo), Jacko Agun (video) Weesp



Sejak jaman pertengahan, Weesp sudah menjadi daerah yang penting di Belanda. Di kota ini, Amsterdam menempatkan salah satu pertahanan terluar dari serangan musuh. Masa berganti, kota ini pun seperti dilupakan. Mc Donalds pun tak ada di pusat kota.

Kastil Muiderslot adalah salah satu benteng pertahanan itu. Kastil yang namanya diadopsi dari bahasa Jerman "mui" atau mulut itu memang berada di mulut sungai Vecth dan kanal Rhine.

*Benteng dan meriam yang banyak tersebar di Weesp.

Hingga kini, kastil yang dibangun pada tahun 1280 ini masih tegak berdiri dan menjadi salah satu museum andalan kota Weesp. Bersama beberapa benteng kecil yang juga tersebar di sekitar sungai Vecth, terangkai sejarah heroik kastil dan benteng yang berjasa sebagai alat pertahanan.

Selain kastil dan benteng, kota berpenghuni 18 ribu jiwa ini juga dikenal sebagai kota kecil yang banyak memiliki jembatan di atas kanal. Jembatan ini bisa terbuka dan tertutup bila perahu berukuran besar melintas di bawahnya.

Dan yang tidak ketinggalan adalah Kincir Angin tradisional khas Belanda, yang juga banyak tersebar. Dahulu, kincir angin itu digunakan sebagai salah satu penggerak generator pengatur air kanal. Jaman juga yang membuat kincir angin itu menjadi peninggalan sejarah kota tempat coklat Van Houten diciptakan itu.

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

14 May 2010

Abraham dan Jadwal Sholat di Belanda

Iman D. Nugroho, Hilversum

Seorang laki-laki tua di Bussum, Netherlands, memiliki kebiasaan mulia; menyebarkan jadwal sholat lima waktu kepada setiap pendatang muslim di kota itu. “Saya hanya ingin saudara muslim tidak bingung ketika akan menjalankan ibadahnya,”

“Maaf, apakah di antara kalian ada yang muslim?” tanya, Bram, warga kota Bussum, North Holland, Sabtu lalu. Pertanyaan laki-laki berusia 70 tahun pada rombongan peserta kursus singkat Radio Netherlands Training Center (RNTC) ini sedikit mengejutkan.

Selama ini, masyarakat Belanda dikenal tidak mempersoalkan persoalan pribadi seperti agama. “Saya hanya ingin membagikan ini,” tambahnya, sembari memberikan selembar kertas.

Sekilas, lembaran kertas berukuran folio yang berisi tulisan arab dan latin berbahasa Belanda itu, memang tidak istimewa. Lebih mirip kertas stensil dengan huruf yang diketik dengan mesin ketik manual, plus beberapa coretan di dalamnya.

Namun, bila dibaca lebih detail, tulisan yang tertera di kertas itu sangat berharga bagi umat Islam. “Ini adalah jadwal sholat lima waktu hingga bulan Mei esok,” kata Bram.

Masjid Bussum

Jadwal yang dibagikan Bram, berasal dari Moskee Atakwa Bussum (Masjid Atakwa Bussum-Ind) yang terletak di pusat kota Bussum. Pengurus masjid itu secara berkala memperbaharui jadwal sholat lima waktu yang kerap kali berubah.

Seperti juga iklim Negara itu yang kerap kali berubah. Untuk umat Islam di Bussum saja, hal itu masih menjadi sesuatu yang membingungkan, apalagi untuk umat Islam pendatang.

Abraham tak bisa mengingat lagi, kapan dirinya memulai kebiasaan membagi-bagikan jadwal sholat itu. Namun, katanya, dirinya mengharapkan apa yang dilakukan itu tidak terlalu dipandang istimewa.

“Tidak masalah bagi Saya tentang agama yang berbeda,” kata laki-laki pensiunan guru ini. Dengan semangat itu jugalah, Bram juga mendapatkan support dari orang tua bekas muridnya yang sebagian beragama Islam. Para orang tua bekas murid Bram ini secara kebetulan adalah jamaah di masjid Atakwa.

“Orang tua mantad murid Saya itulah yang tidak pernah berhenti menyuport saya, dan mengabarkan bila jadwal sudah berubah atau diupdate,” terangnya. Saat itulah, Bram pergi ke masjid Atakwa untuk mengambil jadwal, dan memfotokopinya. Bila dirinya bertemua dengan sahabat-sahabat muslimnya, Bram selalu menawaran jadwal sholat baru itu.

Tindakan yang aneh

Bram menyadari, apa yang dilakukan ini tergolong aneh. Apalagi untuk ukuran orang Belanda, yang seringkali tidak mempedulikan hal agama. Di Negara ini, sekitar 40-an persen penduduknya menganut atheism (tidak mengakui adanya Tuhan). Sementara sisanya terbagi menjadi berbagai macam agama dan sekte-sektenya. Dua kelompok (atheism dan beragama) ini hidup saling berdampingan.

“Dan itu memunculkan sesuatu yang mungkin hanya terjadi di Belanda,” kata Bram memanding rasa penasaran. Yakni, adanya gereja yang berubah fungsi karena umatnya tidak ada. Di sebuah gereja Katolik di kota Bussum misalnya. Karena ketika mejadi gereja tidak banyak jemaah yang hadir, maka pemerintah setempat mengubahnya menjadi apartemen.

Masyarakat, jelas Bram, tidak masalah dengan hal itu. Yang penting apa yang dilakukan pemerintah itu juga disetujui oleh rakyat setempat. “Saya sendiri Kristen Protestan dan bahkan sempat hampir menjadi pendeta. Tapi saya tidak masalah dengan itu semua,” kata Bram. Seperti juga, ketika Bram merasa perlu mendistribusikan jadwal sholat kepada warga muslim yang dikenalnya.

Melarang Tower

Hubungan antar agama di Eropa sempat mengalami beberapa masalah yang merusak kerukunan antar agama. Belum lama, Pemerintah Swiss dikritik karena melarang pembangunan tower masjid.

Keputusan itu dianggap diskriminatif kepada masyarakat muslim yang ada di negeri itu. Sebelumnya, sebuah media di Denmark, juga menuai kontroversi karena memuat karikatur yang diumpamakan dengan Nabi umat muslim, Muhammad. Hal itu memicu demonstrasi berdarah di beberapa Negara.

Namun, apa yang dilakukan Abraham, bisa jadi menjadi masa depan yang lebih baik bagi kehidupan beragama di Eropa. Terima kasih, Bram,..

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

Belanda, di mana sepeda adalah raja

Jojo Raharjo, Iman D. Nugroho (video/foto), Amsterdam



Ingin mencari kampanye hidup bersepeda secara nyata, maka Belanda adalah tempatnya. Di negeri kincir angin ini, tradisi bersepeda berjalan jauh sejak tahun 1800-an. Tentu jauh lebih tua dari gerakan “Bike 2 Work di Indonesia”.

Indonesia sempat terkaget ketika Walikota Jogyakarta Herry Zudianto meluncurkan program sepeda kanggo kanggo sekolah lan nyambut gawe (sepeda untuk sekolah dan bekerja-Indonesia) atau disingkat Sega Segawe, pada 2004.

Di Belanda hal itu bukan hal baru. Sepeda sudah menjadi budaya. Pejabat, pebisnis, penyiar radio, atau ibu rumah tangga menjadikan sepeda sebagai sarana utama untuk transportasi jarak dekat.

Selain murah dan sehat, pemerintah Belanda sangat memanjakan para pengendara sepeda. Jalur khusus untuk pengendara sepeda ada di mana-mana, antar kota dan propinsi. Bahkan sampai ke Jerman atau Belgia. Pada jalur bercat merah ini juga terdapat rambu-rambu lalu lintas, lampu merah, dan terowongan.

Maka, kalau ada mobil melintas di perempatan atau sebuah bundaran, niscaya mereka akan memprioritaskan dua pemakai jalan, yang tak lain pejalan kaki dan pengendara sepeda.

PENCURIAN. Suasana bersepeda di Utrecht, Belanda.

Blog Radio Nederland menulis, 85 persen orang Belanda memiliki paling tidak satu sepeda. Tiap tahun, 1,3 juta sepeda baru terjual di negeri berpenduduk sekitar 16 juta orang ini. Tapi jangan salah, Belanda juga menjadi negara dengan angka pencurian sepeda tertinggi di dunia, bisa mencapai 1,5 juta sepeda raib pertahunnya.

Kriminalitas itu biasa terjadi di parkir-parkir sepeda yang dengan mudah dapat dijumpai di stasiun, kampus maupun gedung perkantoran. Percaya atau tidak, di Amsterdam terdapat parkir bertingkat khusus buat sepeda. Bahkan, di kawasan pelabuhan ada yang kapal bekas yang kini dipakai sebagai parkir sepeda!

Well, di Jakarta, buru-buru mau menikmati jalur sepeda, untuk mencari mall atau gedung yang menyediakan parkir sepeda saja susahnya minta ampun. Bandingkan dengan Belanda yang bisa melipat dan membawa naik sepeda ke trem, metro (kereta bawah tanah) atau kereta api jarak jauh.

Situs Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Eindhoven menulis, harga sepeda di Belanda amat bervariasi. “Sepeda curian bisa dibeli dengan harga di bawah 20 euro. Kalau yang baru, rata-rata, minimal 120 Euro (meskipun ada yang di bawah itu).

Harapan warga untuk mendapatkan transportasi yang murah dan ramah lingkungan dijawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan membangun jalur khusus sepeda. Katanya pembangunan itu dimulai tahun ini. Dengan syarat, pengguna sepeda harus satu juta orang.

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

13 May 2010

Inilah kota tertua di Belanda

Iman D. Nugroho, Nijmegen

MASA LALU. Dibangun enam tahun setelah Yesus dilahirkan.

Bagi banyak orang, Kota Amsterdam mungkin jauh lebih terkenal daripada Kota Nijmegen di Belanda. Tapi, tidak bagi sejarawan. Kota di pinggiran Belanda ini adalah kota tertua di Negeri Tulip. Dibuka enam tahun setelah kelahiran Yesus. Wow!

MASA KINI. Nijmegen 2010, dikenal sebagai kota pelajar.

Tahun 2010, kota yang berbatasan dengan Jerman ini berusia 2005 tahun. Sayangnya, bekas-bekas kejayaan masa lalu kota ini sudah tidak banyak terlihat. Perang Dunia pertama, yang ditandai dengan ekspansi besar-besaran Jerman ke beberapa negara di Eropa, membuat kota ini berantakan. Bom pesawat AS yang dihantamkan ke kota ini untuk mengusir Jerman, justru memporakporandakan bangunan di kota yang dijuluki sebagai Havana on the Waal itu.

Bangunan kuno yang tersisa itu, salah satunya Benteng Nijmegen yang dibangun di abad ke-14. Danau buatan yang dibangun di sekitarnya benteng, berpadu dengan taman kota, menjadikan bangunan di jantung kota Nijmehen ini semakin tampak kokoh. Begitu juga dengan Gereja Carolingian dan Gereja Stevem yang terletak tak jauh dari sungai Waal-Maas.

Belanda jelas bukan cuma Amsterdam!



| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

12 May 2010

Menariknya sungai di Utrecht

Iman D. Nugroho, Utrecht

Salah satu sudut sungai (atau kanal?) di Utrecht, Belanda ini memang layak ditiru. Selain bersih, sungai ini juga dijadikan sebagai lahan rumah dan restauran terapung, dan tentu saja sarana transportasi air untuk perahu-perahu kecil yang digunakan penduduk setempat. Kalau sungai di kota-kota besar Indonesia ingin seperti ini, syarat utamanya sederhana, tidak boleh buang sampah di sungai. Bisa?


| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

Bila tukang sampah Belanda mogok kerja

Iman D. Nugroho, Utrecht

Melihat Amsterdam dan Utrecht Selasa (11/5) ini jadi ingat Bandung, beberapa waktu lalu. Ketika petugas kebersihan di Kota Kembang itu menggelar demonstrasi. Di Amsterdam dan Utrecht, Belanda pun sama. Saat tukang sampah mogok kerja, sampah pun bertebaran di mana-mana. Mereka menuntut pemerintah untuk menaikkan gaji. Buruh bersatu, tak bisa dikalahkan!



| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

11 May 2010

Keliling Indonesia untuk perangi human trafficking

Iman D. Nugroho, Press Release



Perdagangan manusia (utamanya pada remaja dan anak-anak) terus terjadi sampai sekarang. Stop now!

Kampanye MTV EXIT (End Exploitation and Trafficking) dengan menggelar konser nasional untuk tingkatkan kewaspadaan dan pencegahan perdagangan orang, mulai digelar pekan ini.

Acara hasil kerjasama MTV Europe Foundation bekerjasama dengan U.S. Agency for International Development (USAID) dan Australian Government’s Agency for International Development (AusAID) ini dimulai 2 Mei, pukul 7 malam, di Jalan Rahadi Oesman, Pontianak. Kemudian berlanjut ke Makassar, Surabaya dan tentu saja Jakarta.

“Saya sangat bangga bisa ikut ambil bagian di tur konser penting dan bisa mengajak orang untuk belajar tentang bentuk modern perbudakan yang tragis ini,” kata Agnes Monica, juru bicara dan juga salah satu artis yang ikut tampil dalam acara ini. Selain Agnes, juga ada Hijau Daun, Superman is Dead, The Changcuters, J-Rock dan Kotak, serta beberapa grup band lokal yang juga tampil di tiga kota itu.

“Konser ini akan menjangkau ribuan orang di Indonesia, sebagian besar anak muda yang beresiko terhadap perdagangan orang,” ujar Cameron Hume, Duta Besar Amerika untuk Indonesia. Sementara Pemerintah Australia merasa bangga dapat mendukung kegiatan anti perdagangan orang ini.

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

Dari Heemsherk untuk perdagangan yang lebih adil

Iman D. Nugroho (text and photos), Amsterdam

Dari berbagai negara mereka sepakat untuk perdagangan yang lebih adil.

Warga di sebuah kota kecil di Belanda bagian utara, Heemsherk, memperingati Hari Perdagangan Adil se-Dunia (World Fair Trade Day) 2010. Mereka mengingatkan kembali perlunya memperhatikan hasil produsen di negara kecil yang tergilas perdagangan bebas (free trade).

Tidak seperti hari biasanya yang selalu lengang, Jl. Maertelan, Heemskerk, Belanda mendadak riuh. Sekelompok pemain musik beraksi di antara hawa dingin kota di wilayah North Holland itu. Mereka menabuh alat-alat musik khas Afrika seperti djembe, hulu hide dan ashikos di trotoar jalan.

“Kami sedang memperingati Hari Perdagangan Adil se-Dunia 2010 yang jatuh pada hari ini,” kata Mariane Dijkstra, sukarelawan Wereld Winkel, NGO yang berkonsentrasi dengan fair trade. Aktivitas Mariane menarik perhatian penduduk setempat yang datang, dan ikut bergoyang mengikuti irama nada yang menghentak.

Bagi warga Negara Belanda, Free Trade memang bukan barang baru. Gerakan yang diprakarsai sejak Perang Dunia II ini memang tumbuh dan berkembang pesat di Belanda. Apalagi, tokoh Belanda Max Havelaar atau Eduard Douwes Dekker menjadi salah satu orang yang memotori gerakan perdagangan yang berkeadilan di Negara-negara koloni Belanda. Termasuk di Indonesia.

Ide dasar gerakan ini adalah menciptakan keadilan bagi produsen dan konsumen, dengan tidak semena-mena memainkan harga dan gaji buruh di bagian produksi. Fair Trade sangat membantu produsen di negara dunia ketika, ketika bekerjasama dalam negara maju.

Ide Max terus berkembang hingga muncul organisasi bernama Asosiasi Internasional untuk Perdagangan Berkeadilan (International Fair Trade Association) dan berubah menjadi Organisasi Perdagangan Berkeadilan Dunia (World Fair Trade Organization/ WFTO) pada 1989. Sejumlah 324 organisasi di 60 negara menjadi anggota dari organisasi ini.

Berawal dari gereja

Jauh sebelum WFTO terbentuk, perkembangan semangat fair trade tumbuh subur di Belanda. Sekitar tahun 1970-an, warga Negara Tulip ini mengenal apa yang disebut worldshop. Di beberapa tempat di Belanda, bertebaran toko-toko yang menetapkan ide fair trade ini. Salah satunya di Heemskerk. “Kami memulainya di depan Gereja Laurentius dan Gereja Dorps,” kenang Simon Zuidema,62, salah satu aktivis fair trade di Heemskerk.

Kegiatan yang awalnya hanya dilakukan pada hari Jumat, bersama dengan pasar rakyat di wilayah itu, akhirnya terus berkembang hingga mampu menyewa stand toko yang buka setiap hari, hingga saat ini. Masyarakat yang awalnya acuh tak acuh, perlahan-lahan semakin membuka diri dengan ide-ide yang ditawarkan oleh fair trade. “Kepedulian yang kami tawarkan, disambut dengan baik oleh masyarakat,” katanya.

Warga negara Indonesia juga menjadi bagian dari peserta World Fair Trade Day 2010

Salah satu trategi yang dilakukan aktivis fair trade untuk menyebarkan ide-idenya adalah dengan mengandeng beberapa sekolahan untuk menyisipkan kurikulum “tambahan”. Juga, dilakukan sosialisasi melalui situs jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dll yang tidak henti-hentinya mengabarkan berita tentang aktivitas fair trade. “Menumbuhkan kesadaran sangat penting untuk fair trade,” kata Simon.

Kesadaran yang dimaksud adalah bagaimana konsumen bisa memahami bagaimana nasib produsen, tempat asal barang yang dibuat. Tidak heran, bila setiap barang yang ada di toko-toko fair trade selalu disertai dengan asal dan diskripsi singkat negara yang bersangkutan. Tidak sedikit yang memiliki VCD yang secara khusus diputar di toko atau lokasi-lokasi tempat memasarkan barang-barang fair trade.

Harga lebih mahal

Toko yang akan memasarkan barang-barang fair trade, juga memiliki regulasi berbeda dengan toko-toko kebanyakan. Yakni, dengan selalu membeli secara kontan barang-barang yang dijual produsen, dengan harga lebih rendah dari harga jual, tapi lebih tinggi dari harga produksi. “Jadi, bila ada beberapa hal yang tidak diinginkan, seperti toko yang bangkrut, maka produsen tidak ikut rugi,” kata Danielle de Jong, divisi komunikasi Wereld Winkel.

Tidak mengherankan, bila harga barang di toko fair trade sedikit lebih mahal dari toko kebanyakan. Namun, hal itu tidak membuat pembeli pergi dari toko yang mengusung fair trade. Salah satu buktinya, semakin hari, semakin banyak gerai fair trade dibuka. Dan dalam peringatan World Fair Trade, selalu dimeriahkan oleh berbagai kalangan. Dalam peringatan di tahun 2009 saja, terdapat 1000 event di 70 negara dengan cakupan 8.2 juta orang.

Meski demikian, ide fair trade belum mendapatkan angin segar di negara-negara dunia ketiga seperti di Asia dan Asia Tenggara. Di Asia Tenggara, kata Danielle, sampai tahun 2010, hanya Filipina yang tercatat memiliki gerai fair trade. Untuk itulah, dalam waktu dekat ini NGO yang bergerak dalam bidang fair trade akan mencoba membangun komunitas di Asia, khussusnya di Asia Tenggara.

“Uniknya, justru di negara seperti India, fair trade berkembang dengan pesat. Semoga di Asia Tenggara pun akan sama, asalkan awareness tentang kesejajaran produsen dan konsumen ditumbuhkan sejak dini dan di sekolah-sekolah,” kata Danielle.

Di Belanda, meski tidak menjadi gerakan di dunia pendidikan secara nasional, namun generasi muda di Negeri Kincir Angin itu cukup memiliki wawacan tentang fair trade. Nina Irambona, siswi sekolah menengah pertama di Heemsherk misalnya. Dirinya memilih untuk membelanjakan uang-nya di toko-toko fair trade untuk membantu produsen barang-barang, yang kebanyakan dari negara miskin.

“Saya sama sekali tidak keberatan dengan hal itu, bukankah kita hidup di satu dunia dan harus memanbu satu sama lain,” katanya.

*Klik di sini untuk video World Fair Trade 2010.


| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

10 May 2010

Mampir ke Kranenburg, Jerman

Iman D. Nugroho (text/photos), Jacko Agun (video), Kranenburg-Jerman

Dan tiba-tiba, muncul ide untuk ke luar batas Negara Belanda. Republik Federasi Jerman menjadi pilihannya. Dan tentu saja, ini bukan perjalanan yang "mudah". Bukan karena masih banyak tentara Nazi, seperti yang terjadi dalam Perang Punia pertama, tapi karena semakin menipisnya keuangan menjelang akhir-akhir perjalanan di Belanda ini. Show must go on!



Wilayah Jerman yang terpilih adalah Kota Kranenburg. Sebuah kotamadya di distrik Kleve wilayah Negara Bagian Nordrhein-Westfalen, Jerman. Letaknya dekat dengan perbatasan Belanda. Sekitar 12 kilometer Nijmegen dan 11 kilometer dari sebelah barat Kleve, Ibu Kota Negara Bagian Nordrhein-Westfalen.

*Suasana Kranenburg

Dari Amsterdam, kota ini bisa dijangkau dengan kereta api menuju Utrecht, dan dilanjutkan menuju ke Nijmegen. Selanjutnya, berganti dengan bus antar negara dengan tujuan ke Kleve, Jerman. Biaya yang dibutuhkan kurang lebih 40 Euro(pulang-pergi).

Tidak ada yang berbeda saat perjalanan KA dilakukan. Namun, begitu menggunakan bus antar negara, jumlah penumpang tergolong ramai. Tak jarang ada penumpang yang berdiri karena tidak kebagian tempat duduk.

Salib Keramat

*Gereja Kranenburg

Sekitar 30 menit perjalan dengan bus, sampailah di Negara Jerman. Tidak ada lambang khusus yang menunjukkan hal itu. "Tiba-tiba" banyak nomor mobil dan motor yang berplat nomor Jerman. Bus yang melintas di pusat kota Kranenburg memudahkan identifikasi kota yang dikenal dengan legenda Salib Keramat itu. Salib Keramat?

Yup! Ada sebuah cerita rakyat yang berkembang di daerah ini tentang sebuah salib keramat yang ditemukan di dalam hutan. Ceritanya, ada seorang pemuda yang memuntahkan air komuni yang didapatnya dari gereja Kranenburg, di sebuah hutan di wilayah itu.

Beberapa saat setelah itu, si pemuda merasa bersalah, dan bermaksud menebus kesalahannya. Saat sang pemuda kembali ke daerah tempat ia memuntahkan air itu, ternyata justru dirinya menemukan sebuah salib dari kayu. Cerita itu begitu membekas di benak masyaralat Krenenburg, hingga menjadikan kota yang dibuka pertama kali oleh Baron of Kleve di tahun 1200-an itu.

*Benteng Muhlenturm

Hal lain yang menjadikan kota ini bermakna adalah adanya Banteng Muhlenturm. Benteng yang memiliki menara setinggi 30 meter lebih itu pertama kali dibangun dan digunakan sebagai alat pertahanan pada tahun 1270.

*Rathaus Kranenburg

Benteng ini kini menjadi obyek touris. Dengan membayar 3 Euro perorang, turis bisa menaiki benteng ini, plus masuk ke museum kota dan mendapatkan segelas kopi gratis yang disajikan di resto unik bekas stasiun KA Kranenburg yang terletak tak jauh dari benteng.

Bangunan unik kuno lain yang juga dinikmati adalah Rathaus Kranenburg. Rathaus adalah tempat yang biasa digunakan tempat berkumpul bagi Dewan Kota di masa lalu. Berminat ke Kranenburg?

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

09 May 2010

Permen ganja? Kenapa tidak?

Iman D. Nugroho, Jacko Agun (video), Amsterdam

Sebuah even bernama Cannabis Bevrijdingsdag (kebebasan ganja) digelar di Westerpark, Amsterdam, Belanda, Sabtu (8/5) ini. Ajang itu adalah sarana bertemunya komunitas penggemar ganja di Amsterdam, Belanda. Juga sebagai kampanye legalisasi ganja di negara itu. Selain untuk dihisap, ganja juga bisa digunakan untuk permen, makanan ternak, shampoo dll. Seperti yang tampak dalam video ini, ganja digunakan untuk permen lolipop.




| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

08 May 2010

Berkumpul untuk World Fair Trade Day 2010!

Iman D. Nugroho (text and video)

World Fair Trade Day 2010 dirayakan di Heemsherk, North Holland, Sabtu (8/5) waktu Belanda. Gerakan yang idenya dimulai sejak 40 tahun lalu di India dalam pertemuan jurnalis sedunia ini mengusung ide-ide untuk keadilan pasar di seluruh dunia. Hingga saat ini, gerakan yang berpusat di Belanda ini terus berkembang.




| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

05 May 2010

Amerika bisa sangat tidak nyaman (lagi),..

Iman D. Nugroho, Netherlands

Bom di New York City (NYC) baru-baru ini membawa kembali ingatan ketika mengunjungi tempat itu, dua tahun lalu. Dari tujuh bandara yang Aku kunjungi di empat state di AS, ada lima bandara yang "mengharuskan" Aku terkena random check oleh Homeland Security. Hal yang sama akan kembali terjadi pasca bom NYC 2010 ini?

Bisa jadi. Mungkin kali ini warga negara AS keturunan Arab dan Asia (terutama Indonesia dan Malaysia) serta pengunjung dari luar AS yang secara fisik berbeda dengan orang bule, bisa jadi akan merasakan hal yang sama. Aku memperkirakan, mereka akan hidup tidak nyaman karena regulasi keamanan itu.

Persis sama seperti ketika peristiwa peledakan WTC di AS, pada tahun 2001 lalu. Seorang kawan yang sudah bekerja bertahun-tahun di kapal pesiar Disney, harus pulang karena tidak tahan dengan perlakuan itu."Bagaimana bisa tahan, Aku harus di-screening tiap dua bulan," kata seorang kawan ini. Hebatnya, tiap screening itu menanyakan hal-hal yang sama. Data-data pribadi, tempat tinggal dll.

Di NYC, program Edward R. Murrow for Journalists yang diprakarsai US State Departement, resmi berakhir, Aku sempat tinggal selama sebulan. Sudah tidak terhitung lagi, berapa kali ke lokasi bernama Time Square. Entah untuk membeli makan, minum kopi, atau sekedar menikmati dingin 4 derajat celcius yang mencengkeram tubuh saat itu.



| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

02 May 2010

Sex Museum Amsterdam, wow!

Iman D. Nugroho | Amsterdam, Belanda

Museum ini memang hanya salah satu "pelengkap" dalam wisata Red Light District (kawasan sex di Amterdam). Namanya tidak ada di situs resmi Negara Belanda.

Tapi, tempat yang letaknya hanya 200 meter dari Stasiun Amsterdam Centrum ini menjadi jujukan bagi pengunjung Amsterdam, selain mengunjungi lokasi Red Light District di negeri Kincir angin ini tentunya.

Di tempat tiga lantai yang dibangun di ruko (rumah toko) ini pun selalu ramai oleh pengunjung. Dengan membayar tiket masuk sebesar 4 Euro, pengunjung langsung disuguhi dengan tampilan vulgar semua hal tentang seks dari semua jenis orientasi. Hetero seksual, homo seksual dan lesbian. Bahkan, museum ini menampilkan pula masochism yang mencengangkan.

Soal sejarah seks tak kalah heboh. Sebut saja patung dari abad ke 17 yang menunjukkan adegan percintaan perempuan Tibet dan laki-laki China. Juga sebuah patung berbentuk Mr.P, yang dibuat di era Romawi. Patung berukuran setinggi 50 cm dan berbahan batu cadas itu menjadi salah satu penarik perhatian pengunjung.

Dan yang tak kalah menariknya adalah sosok symbol seks legendaris Marilyn Monroe yang ditampilkan dalam sebuah adegan pemotretan telanjang Monroe untuk kalender tahun 1955. Kejadian itu direkonstruksi ulang dengan menggunakan patung manekin.


| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |

Mencoba coffee shop "special" di Belanda











Iman D. Nugroho | Hilversum, Belanda 

Pengalaman mengunjungi Belanda, akhirnya lengkap sudah. Setelah beberapa museum dan red light district (lokasi pelacuran), akhirnya Sabtu (1/5) ini mendapatkan kesempatan mengunjungi "coffee shop" yang menyajikan cannabis. Dan tentu saja, mencoba sajian istimewa bunga cannabis yang dihisab dengan tembakau dan cengkeh. Ngeri-ngeri asyik,.. 

27 April 2010

Menyusuri Kanal Amsterdam,..

Iman D. Nugroho, Amsterdam

Kanal-kanal di Amsterdam menyimpan berbagai cerita. Tidak hanya sampan dan boat yang dengan elegan membelah aliran di sela-sela gedung tua itu, melainkan juga kehidupan orang-orangnya. "Percayalah, Eropa jauh lebih bebas dan nyaman dari Amerika," kata seorang kawan. Hmmm,..benar juga.

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |





24 April 2010

Penggalan Cerita Schiphol-Bussum,..

Iman D. Nugroho, Netherands

Penggalan cerita di Bandara Schiphol, hingga ke Bussum, North Holland, Sabtu (24/4) ini. Ingat beberapa hal yang sempat tercatat. Salah satunya, mendaratnya jenazah aktivis HAM Cak Munir.

| republish | Please Send Email to: iddaily@yahoo.com |





23 April 2010

Mendarat di Malaysia, disambut berita sensor TV di Malaysia

Sekitar pukul 09.30, waktu Malaysia. Untuk pertama kali, akhirnya ada kesempatan juga mengunjungi negara serumpun yang pernah tercatat mengklaim budaya Indonesia ini. Bandara International Kuala Lumpur, tidak berbeda dengan Soekarno Hatta. Sedikit lebih bersih dan lebih tertata. Yang tidak mengenakkan, saat membuka email, eh, ada alert dari SEAPA. Berikut selengkapnya: