26 August 2022

Belajar dari Covid19 untuk merespon Cacar Monyet

 

Belum habis Covid19, muncul lagi Cacar Monyet atau Monkey Pox. Bagaimana kita menghadapi penyakit menular ini, tergantung bagaimana kita memandang Covid19. Bila kita meremehkan, bukan tidak mungkin, Cacar Monyet akan menjelma menjadi awal pandemi baru.

Kita tentu masih ingat, bagaimana respon kebanyakan dari kita ketika Covid19 pertama kali muncul ke permukaan. Kita disuguhkan video mengerikan dari China, tentang orang-orang yang tiba-tiba terjatuh di jalanan, tanpa sebab yang pasti.

Lalu seiring waktu, tiba-tiba saja, Covid19 sudah muncul di Indonesia, dan pertama kali mengenai 3 perempuan di Depok, Jawa Barat. Dan kemudian, selama dua tahun kita hidup dalam hiruk pikuk menanganan Covid19. Sejumlah 159 ribu warga Indonesia meninggal dunia, setelah 6 juta lebih tertular Covid19.

Lalu bagaimana dengan Cacar Monyet? Tentu, ada baiknya kita memperbaiki respon awal kita atas penyakit ini. Kemenkes RI menuliskan dari siarannya, Cacar Monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus ini ditemukan pertama kali pada tahun 1958, yang menyerang koloni monyet. Pada 1970 di negara Kongo, penularan pada manusia pertama kali terdeteksi. Dan tahun 2022 ini, penderita Cacar Monyet sudah "sampai" ke Indonesia.

Sudah bukan zamannya lagi kita menganggap remeh. Kenali gejalanya, yang dijelaskan seperti cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan. Bedanya, virus ini membengkakkan kelenjar getah bening dengan masa inkubasi mulai 6 hingga 13 hari atau 5 hingga 21 hari.

Kementerian Kesehatan RI memberikan cara pencegahan Cacar Monyet. Yakni dengan menghindari kontak dengan hewan yang sakit, di daerah yang terdapat virus ini. Termasuk, menghindari kontak melalui perantara barang-barang. Mencuci tangan-sebagai mana aktivitas pencegahan Covid19-sangat disarankan. Selain memasak daging dengan benar dan matang. (*)

*foto: URL Dinkes Kulon Progo

No comments:

Post a Comment