26 January 2012

Panik karena mobil Esemka

Reaksi yang ditunjukkan pada mobil Esemka adalah kepanikan. Seolah-olah, orang Indonesia sangat jauh ketinggalan. Padahal, tidak. Menurut saya, potensi yang dimiliki negeri ini tenggelam, karena pemerintah tidak mampu mengelola, dan memilih untuk terlena dengan ukuran-ukuran barat. Hasilnya, semua yang tidak mengacu pada ‘barat’ dinilai tidak maju.


Barometer kebarat-baratan itu juga yang perlahan juga menjangkit di masyarakat. Secara umum, orang semakin paham dengan istilah ‘modern’ dan ‘tradisional’. Ukuran modernitas adalah barat. Yang tradisional justru milik Indonesia. Ukuran-ukuran yang mengkastakan ini, menciptakan perasaan selalu menjadi ‘nomor dua’.

Kembali ke soal mobil. Beberapa tahun lalu, Indonesia punya dua merk mobil nasional, Timor dan Cakra. Terlepas dari sejarah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang mewarnai hadirnya dua mobil itu, namun harus diakui, Timor dan Cakra menjadikan Indonesia memiliki mobil nasional. Sialnya, dua mobil itu dikesankan sebagai mobil yang buruk secara kualitas.

Orang berduit, lebih memilih mobil-mobil merk ‘luar’ yang dikenal kuat, dan memiliki suku cadang yang banyak. Bisa ‘dikanibal’ lagi. Belum lagi masalah kebanggaan. Dengan alas an kualitas itu juga, kebanggaan memakai produk dalam negeri pun luntur. Kalau ini, tidak hanya soal mobil, melainkan soal barang-barang lain. “Gimana ya, habisnya kalau pakai itu (merk lokal) cepat rusak.”

Dan pemerintah pun tidak menganggap kondisi psikologi masyarakat pada produk lokal Indonesia sebagai hal yang penting. Yang paling gampang adalah menilai barang-barang yang digunakan oleh elit pemerintahan dan politik. Presiden SBY, Ketua MPR Taufik Kiemas dan Ketua DPR Marzuki Alie misalnya. Coba lihat, berapa hal ‘asli Indonesia’ yang dipergunakannya.

Soal mobil kepresidenan misalnya. Menurut Wikipedia, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan Mercedes-Benz S600 keluaran 1994 yang dikelir baja anti peluru. Mobil ini digunakan sejak tahun 1995 oleh Alm. Presiden Suharto. SBY juga menggunakan BMW X5, yang merupakan mobil pribadinya. Sejak 2009, SBY mengganti mobilnya dengan Mercedes-Benz S600 keluaran tahun 2008 sebagai cadangan.

Juga sempat ramai, SBY menggunakan iPAD. Mengapa SBY tidak menggunakan gadget rakitan Indonesia seperti Axioo, Byon, Xyrex, Forsa dll. Mungkin soal kualitas menjadi alasannya. Yang menarik juga soal lagu, yang diciptakan SBY. Apakah lagu dengan balutan Jawa, Madura, Dayak, Papua, Medan dll? Tidak. Tapi lagu pop!

Belajar dari itu semua, mungkin kita khawatir ada yang bilang kita ‘ndeso!’ seperti yang sering dilakukan Tukul.

Iman D. Nugroho | *yang juga korban modernisasi

No comments:

Post a Comment