27 July 2011

Ingatkah tragedi 27 Juli 1996?



Disebut juga Sabtu Kelabu, satu peristiwa penyerbuan kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia di Jl. Diponegoro, Jakarta. Pertikaian terjadi di antara para pendukung Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang telah pecah untuk memperebutkan kantor DPP mereka yang terletak di Jl. Diponegoro 58 Jakarta Pusat.


Bermula pukul 06.15 pagi, ratusan pemuda berkaos merah bertuliskan Pendukung Kongres IV Medan dengan ikat kepala merah uba di depan kantor DPP PDI. Satuan tugas yang berjaga mengira mereka adalah teman, namun segera diketahui bahwa rombongan yang datang dilengkapi dengan pentungan dan menggenggam batu adalah pendukung Soerjadi, Ketua Umum PDI hasil kongres Medan.

Massa pendukung Megawati yang berada di dalam pagar terperanjat mendapat serangan mendadak. Sebagian berlarian untuk meloloskan diri, sedangkan yang di dalam pagar hanya bisa bertahan. Setelah sekitar 10 menit terjadi perang batu, datang serombongan pasukan anti huru-hara. Mereka memecah diri menjadi dua rombongan untuk memblokir Jl. Diponegoro.

Di perempatan Jl. Surabaya dan Jl. Pegangsaan serta di bawah jembatan layang kereta api Cikini. Setelah terjadi perundingan yang alot antara para satgas PDI yang berada di dalam gedung dengan aparat keamanan yang dikoordinasikan Kapolres Jakarta Pusat, Letkol Pol.Abu Bakar, sekitar pukul 08.45 WIB kantor DPP POI sepenuhnya dikuasai aparat dan dipasang Police Line.

Kabar itu segera menyebar ke segala penjuru Jakarta. Massa di Jl. Diponegoro bertambah banyak. Dengan tidak sabar mereka ingin tahu apa yang terjadi di Markas PDI. Sebuah bis kota yang parkir di Jl. Surabaya dibakar massa yang marah, akibat mereka tidak bisa mendekati kantor PDI.

Blokade aparat keamanan semakin ketat, termasuk tambahan pasukan dari berbagai kesatuan, serta menempatkan panser di dekat stasiun Cikini. Sekitar pukul 11.00 massa mulai merangsek ke arah pasukan keamanan. Massa akhirnya berhasil menembus blokade pertama di depan Megaria dan depan stasiun Cikini. Selanjutnya massa menggelar mimbar bebas di depan blokade lapis kedua aparat keamanan, yang berada di bawah jembatan layang.

Mimbar bebas yang diiringi dengan lagu-lagu perjuangan berlangsung selama 30 menit. Diantara teriakan massa muncul seruan untuk mengecek kondisi markas PDI. Permintaan itu diluluskan oleh penanggung jawab lapangan Letkol PoL. Abu Bakar, sekembalinya utusan tadi membawa kabar bahwa di dalam gedung tidak ada apa-apa selain darah berceceran. Tidak lama kemudian terjadi bentrokan antara massa dan aparat yang lebih seru, gerakan menjadi surut setelah ada ultimatum untuk bersabar bagi petugas hingga pukul 15.00.

Sekitar pukul 14.15. tambahan pasukan didatangkan, aparat berhasil membubarkan massa dan mengejar massa yang mundur ke arah Jl. Salemba sampai depan RS. Cipto Mangunkusumo. Di tempat ini massa membakar sebuah bus PPD, setelah melihat seorang pemuda terkapar dihajar aparat keamanan. Sebuah bus dibakar lagi di perempatan Jl. Salemba Raya, massa terus bergerak ke arah Jl. Matraman. Selanjutnya massa terpecah menjadi dua bagian, ke arah Pasar Senen dan Jl. Pramuka.

Gerakan massa ini diikuti dengan aksi pembakaran gedung-gedung di sepajang jalan yang mereka lewati. Sementara itu, massa yang bergerak ke arah Jl. Cikini juga hancur berantakan. Massa sebagian masuk ke Taman Ismail Marzuki untuk menyelamatkan diri dari kejaran pasukan keamanan.

Akibat peristiwa ini (Sabtu Kelabu), tercatat kerugian material berupa 56 gedung dan 197 mobil rusak dan terbakar, sehingga menurut Gubernur Soejadi Soedirdja, total kerugian mencapai Rp.100 miliar. Dalam peristiwa ini 200 orang ditangkap.

Menurut laporan Komisi Nasional Hak-Hak Azasi Manusia, ada tiga unsur penyebab kerusuhan yang terlibat, yakni unsur pendukung PDI kelompok Soerjadi dan Megawati, unsur pemerintah/aparat keamanan, dan masyarakat | Jakarta.go.id | Youtube.com

No comments:

Post a Comment