09 November 2010

Merapi, mengapa kau diam?

Iman D. Nugroho

Gunung Merapi mendadak tidak menunjukkan aktivitas pada Senin (8/11) malam hingga Selasa (9/11) dini hari. Tidak ada gemuruh, tidak ada lontaran lava pijar, dan semburan debu vulkanik seperti yang berhari-hari terjadi. Keadaan ini justru membahayakan, karena energi di perut Merapi tidak keluar.


Pantauan kondisi merapi dari pos warga di Universitas Islam Indonesia (UII), Kaliurang, yang berjarak sekitar 17 KM dari puncak Gunung Merapi, sama sekali tidak terdengar gemuruh. Termasuk tidak terlihat adanya semburan dari puncaknya. "Kalau seperti ini, Saya malah khawatir," kata salah satu petugas keamaanan yang juga penduduk setempat.

Hal yang sama pernah dikatakan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM), Surono. Gunung setinggi 2968 meter itu memang harus mengeluarkan energi yang dihasilkan oleh dapur magma di dalam perutnya, dalam bentuk asap dan sesekali disertai gemuruh.

Bila hal itu tidak terjadi, maka energi yang tertumpuk akan berada di dalam perut gunung. Bukan tidak mungkin, hal itu bisa menyebabkan letusan besar. Penjelasan yang sama juga berlaku untuk gunung aktif lain di seluruh belahan bumi.

Sementara itu, informasi yang sempat beredar di masyakarat melalui pesan singkat, tentang kemungkinan adanya letusan besar pada 8 November dengan efek sampai radius 60 KM, terbukti isapan jempol belaka.

No comments:

Post a Comment