06 May 2010

Mengunjungi lokasi bom di New York

Maya Mandley, New York

Nama New York City sangat identik dengan Times Square. Di perempatan yang penuh dengan iklan inilah, tujuan utama turis ke kota Big Apple. Jangan ditanya betapa ramainya perempatan yang selalu jadi tempat pusatnya malam detik-detik pergantian tahun itu. Di sepanjang perempatan juga jadi pusat pertunjukkan panggung musical yang terkenal dengan sebutan broadway. Pedagang kaki lima juga ramai. Mulai menjual syal sampai lukisan, plus pelukis jalanan. Bahkan di salah satu pojok perempatan ini, ada restoran Indonesia. Sayang aku gak pernah kesana. Katanya, rasanya disesuaikan dengan lidah Amerika. :)

Berita pengoboman yang gagal sabtu malam itupun sempat menyita perhatianku. Beritanya terus marathon di televisi lokal sampai esok paginya. Walikota Bloomberg yang malam itu sedang berada di Washington DC memenuhi undangan Presiden Obama, langsung terbang ke NYC hanya berjarak satu jam penerbangan. 

Pedagang Syal 

Menurut Bloomberg, gagalnya bom itu karena kesigapan warga dan anggota NYPD. Bom yang diletakkan di mobil SUV itu pertama kali dicurigai oleh salah seorang PK5 yang menjual syal. Pedagang yang veteran perang vietnam itu curiga melihat mobil SUV yang mengeluarkan asap dengan mesin yang masih menyala, tanpa ada orang di dalamnya. Pedagang berusia sekitar 50-an itu langsung memberitahu anggota NYPD berkuda. Si anggota polisi ini langsung melakukan evakuasi seperlunya dan minta bantuan. Dalam hitungan menit saja, petugas penjinak bom 'melumpuhkan' bom yang menurut penelitian dibuat sangat teramat amatir.
Para turis keliatannya tak keberatan harus keluar dari hotel tempat mereka menginap. Pertunjukkan panggung musical Broadway juga harus dibatalkan untuk show sekitar jam 8 malam (karena bom ditemukan sekitar pukul 6 sore). Meski Times Square sangat teramat ramai, dari berita Televisi yang aku liat, sepertinya evakuasi tergolong tertib. Tidak ada sirine yang membuat keadaan bisa lebih jelek karena banyak orang yang panik. Tak ada korban jiwa akibat bom yang gagal itu maupun akibat orang yang berdesak-desakan karena panik. Menurutku ini karena sangat terlatihnya anggota NYPD. Malah ada turis dari Belanda yang sempat mengabadikan momen itu lewat camera videonya dan ditayangkan salah satu televisi lokal, lengkap dengan interview dengan si turis. Saat ditanya apakah situasi ini membuat mereka kapok karena merupakan pertama kalinya ke NYC? Mereka menjawab tidak, malah looking forward for next vacation kata mereka. Sebab keadaan seperti ini tak setiap kali terjadi. Hmm,..

Kunjungan Selasa

Aku sendiri sempat mengunjungi NYC pada hari selasanya. Karena tak sempat melihat berita malam dan paginya, aku tidak mengetahui kalo si pemilik SUV yang notabenenya si pembuat bom, sudah tertangkap. Aku baru tahu beritanya saat berjalan dari stasiun kereta komuter Penn Station ke stasiun bus komuter Port Authority yang letaknya tak jauh dari Times Square lewat lapak koran sepanjang jalan. Sayang aku hanya membaca judulnya saja, karena aku tak ada waktu untuk membaca. Berita lengkapnya baru aku ketahui saat sudah ada di rumah lagi. Menurut media, penangkapan pria keturanan Pakistan ini bisa dibilang sangat dramatis. Karena pria yang sudah jadi warga negara Amerika lewat naturalisasi ini, ditangkap di pesawat Emirat saat akan pergi ke Dubai. Pesawat yang sudah berjalan ke tarmac untuk take off itu, harus kembali ke gate. Menurut saksi mata yang berada di pesawat, pria yang pernah kuliah di salah satu universitas di Connecticut itu, tak memberi perlawanan sama sekali. Dua orang petugas yang masuk ke pesawat pun sangat tenang menuju si pembom dan memintanya untuk mengambil barang bawaannya dari kabin atas untuk ikut bersama mereka. Menurut berita, pria yang memiliki gelar MBA dan pernah bekerja di sebuah perusahaan asuransi ini, malah bertanya. "What took you so long? I was expecting you. Are you from FPI or NYPD? (Kenapa lama sekali ? Saya sudah menunggu anda, apakah anda dari FPI atai kepolisan New York ?)," katanya.
Menurut pengamatanku sendiri, setelah bom yang gagal meledak itu, keadaan NYC tergolong normal. Hanya saja jumlah polisi keliatan lebih banyak. Termasuk polisi K-9 alias polisi yang ditemani anjing terlatih. Belum lagi polisi yang berada di stasiun kereta bawah tanah alias subway, juga stasiun-stasiun komuter seperti Penn Station dan Port Authority yang selalu padat dan sibuk. Kalau ditanya, apakah aku takut berada di NYC, yang selalu jadi sasaran bom kaum teroris? Aku akan menjawab tegas TIDAK. Karena kematian adalah rahasia Sang Pencipta. Bukan begitu? 

*text and photo by maya mendley

No comments:

Post a Comment