08 September 2009

Lima Tahun Kematian Munir yang Terasa Getir

Iman D. Nugroho

Munir memang sudah dikuburkan. Namun kenangan soal pejuang hak asasi manusia (HAM) itu seakan tidak pernah hilang bagi sahabat, rekan kerja maupun orang-orang yang pernah dibelanya. Mungkin juga bagi musuh-musuhnya. Orang-orang yang tidak senang dengan sepak terjang sosok yang akrab dipanggil Cak Munir itu. Dan Senin (7/9) malam ini, kenangan soal Munir kembali dihadirkan dalam film berjudul Kiri Hijau Kanan Merah karya Dandhy Dwi Laksono.



Film ini berbeda dengan film tentang Munir atau liputan media televisi yang sudah-sudah. Sama sekali tidak ada kesan glamour di dalamnya. Kesan "hero" Cak Munir sengaja didekati dengan sisi kemanusiaan dalam kesehariannya. Menurut Dandhy, dirinya sengaja memunculkan sosok lain dari Munir. Orang yang sering dicap "kiri", ternyata dalam kesehariannya sangat "kanan". Dandhy memperkirakan, film ini akan menggetarkan orang-orang yang selama ini salah menilai Munir.

Apapun itu, Munir telah tiada. Dalam penerbangan ke Belanda, 7 September 2004 lalu, laki-laki kelahiran Batu Malang ini diracun. Keterlibatan orang-orang di lembaga Badan Intelijen Negara atau BIN sempat muncul dalam persidangan kasus Munir. Namun, proses hukum itu kandas. Hanya tiga orang, pilot Garuda Pollycarpus, eks direktur Garuda Indra Setiawan dan sekretaris Chief Pilot Rohainil Aini yang berhasil dipenjarakan.

Ironirnya, keputusan hukum itu tidak menjelaskan adanya konspirasi jahat untuk membunuh Munir. Tersangka lain, Muchdi PR, orang BIN yang didakwa terlibat dalam kasus pembunuhan berencana Munir, justru dibebaskan oleh Mahkamah Agung. Komite Aksi Solidaritas untuk Munir atau KASUM sangat menyesalkan keputusan MA itu. Dalam amar putusannya, MA menolak kasasi yang diajukan oleh Kejaksaan Agung. KASUM menilai, bebasnya Muchdi akan mempersulit proses investigasi konspirasi kasus pembunuhan Munir.

Apakah Muchdi terlibat? Direktur Kontras Usman Hamid meyakini adanya keterkaitan itu. Dan sebagai ahli hukum, Usman Hamid pun tidak gentar saat dirinya dipanggil polisi dalam kasus pencemaran nama baik oleh Muchdi gara-gara keyakinan itu. Dalam situs www.sahabatmunir.com, Usman tetap meyakini adanya keterlibatan Muchdi dalam kasus terbunuhnya Munir. Karena keterlibatan itu pula, Muchdi dicopot dari jabatannya sebagai Danjen Kopassus.

Reporter ANTEVE yang concern dalam persoalan Munir, Alam Burhanan menilai, bukan hal yang aneh bila Muchdi PR terlibat dalam kasus Munir. Karena dalam mindset tentara, Munir bisa digolongkan sebagai "musuh" negara. Dalam diskusi di AJI Jakarta usai pemutaran film Kiri Hijau Kanan Merah, Alam mengatakan dirinya pernah diancam Muchdi usai wawancara khusus. Muchdi mengatakan dirinya salah menilai Alam sebagai "temannya".

Agaknya, apapun keberatan atas kasus hukum Munir yang tidak tuntas, akan tetap tidak akan "terobati". Janji Susilo Bambang Yudhoyono kepada istri Munir, Suciwati untuk menuntaskan kasus Munir pun, belum terbukti hingga kini. Hal ini juga yang dikhawatirkan Pemimpin Redaksi The Jakarta Post, Endy M. Bayuni. Yakni, kekhawatiran Indonesia akan menjadi negara biadab.

No comments:

Post a Comment