09 January 2009

"Sinagog ini tidak ada hubungannya dengan Israel"

Iman D. Nugroho, Surabaya, Jawa Timur

Kejadian Kamis (8/1/09) pagi lalu itu belum terhapus dari ingatan Sunarmi. Ketika itu, perempuan 43 tahun ini menyaksikan puluhan orang dengan membawa bendera organisasi Islam plus spanduk berisi caci maki kepada Israel berkibar di depan rumahnya. Diiringi orasi menolak serangan Israel ke Palestina dari speaker besar, beberapa orang memanjat pagar rumahnya, yang juga satu kompleks dengan Sinagog, tempat ibadah Agama Yahudi di Surabaya.


"Saya kebingungan, mengapa mereka berdemonstrasi di Sinagog, padahal Sinagog ini tidak ada hubungannya dengan Israel," kata Sunarmi pada The Jakarta Post. Tidak hanya Sunarmi, Fitri Ramalila, anak terakhirnya masih berumur 6 tahun pun juga merasakan hal yang sama. Fitri yang baru pulang dari sekolah taman kanak-kanak pun tidak bisa masuk ke rumah. Puluhan orang itu mengepung Sinagog (dan rumahnya). Fitri dan ibunya diminta menunggu di depan gedung Bank Central Asia (BCA) yang terletak di samping kiri rumahnya. "Fitri juga ketakutan, sampai sekarang dia masih mengingatnya," jelas Sunarmi, Jumat sore ini.

Sinagog di Jl. Kayun Surabaya itu adalah tempat peribadahan agama Yahudi satu-satunya di Indonesia. Tidak banyak orang yang mengetahui bangunan berarsitek Eropa ini sebagai tempat ibadah agama Yahudi. Dari luar, hanya tampak seperti rumah biasa. Yang membedakan hanya logo Bintang Daud dan tulisan Ibrani di pintu masuk depan. Pintu gerbangnya pun selalu tergembok rapat.

Sehari-hari, warga Belanda beragama Yahudi, Rifka Shayes, menjaga tempat peribadahan seluas kurang lebih 900m2 itu. Namun, karena penyakit diabetes basah yang dideritanya, Rifka lebih sering tinggal di rumah Hana Margaret, anaknya di kawasan Surabaya Selatan. Satu kompleks dengan Sinagog itu, tinggal Sunarmi bersama Sugeng, suaminya, dan tiga anaknya. Sunarmi adalah anak dari mendiang Yosef Aron dan Karti.

Yosef Aron adalah warga negara Myanmar beragama Yahudi, yang menikah dengan Karti, perempuan asal Kertosono, Jawa Timur. "Opa (panggilan Yosef Aron) memang beragama Yahudi, tapi almarhumah ibu saya (Karti) dan keluarga saya, tetap beragama Islam," kata Sunarmi. Setelah menikah pada tahun 1978, Yosef Aron dan Karti mengajak Sunarmi tinggal di samping Sinagog. Hingga akhirnya Yosef Aron dan Karti meninggal dunia, ganti Sunarmi meneruskan tinggal di Sinagog, sekaligus menjadi petugas kebersihan.

Sunarmi menjelaskan, meskipun berlabel tempat Ibadah Yahudi, namun aktivitas di Sinagog, tergolong sepi. Sehari-hari hanya Rifka Shayes yang beribadah di Sinagog ini. Salah satu sebabnya, jumlah penganut agama Yahudi di Surabaya, lebih tepatnya di Indonesia, tidak lebih dari 10 orang. Dalam keluarga Rifka Shayes saja, hanya ada tiga orang yang beragama Yahudi. Sayes (suami Rifka), Rifka dan Hana Margaret, anak perempuannya. Suami Hana, Yusran Samba, justru beragama Islam.

Hanya sesekali, ada turis dari manca negara yang datang ke Sinagog ini untuk melihat-lihat. "Dan ada pula yang menggunakan Sinagog ini untuk upacara kematian, memang orang Yahudi di Indonesia sudah tua-tua," kenang Sunarmi. Termasuk Yosef Aron, ayah Sunarmi yang sebelum dikuburkan, disembayangi dulu di Sinagog. Karena itulah, tidak habis pikir bila tiba-tiba ada demonstrasi menentang serangan Israel yang datang ke Sinagog ini. "Sinagog ini tidak ada hubungannya dengan Israel," katanya.


9 comments:

  1. Anonymous2:29 am

    Kira nya Yehovah Iesous Kristos memberkati dan melindungi Bet hashem ini.....,

    Damai di bumi....

    ReplyDelete
  2. Anonymous4:09 pm

    Sinagog tempat begog-begog menggogog... guk guk guk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anonymous8:53 am

      sikapmu mencerminkan ajaran agamamu

      Delete
  3. Ini dia cikal bakal yahudi di bumi ibu pertiwi. Pantas aja si ahmad dhani it penganut bintang david, trnyata pusatnya d surabaya

    ReplyDelete
  4. jesus9:13 pm

    damai di bumi.. saya yang mati.. ga inget siapa pembunuh om jess.. jangan bersekutu dengan para kafir!

    ReplyDelete
  5. isaac rabin9:24 pm

    yahudi & kristen sama2 musuh islam.. kami bersatu untuk menghancurkan agama muhamad

    ReplyDelete
  6. Anonymous7:42 pm

    DAMAI AJA LAHHHHHH
    GAKR!!! (GITU AJA KOK REPOT)!!!

    ReplyDelete
  7. Anonymous5:57 pm

    Lho, Opa Jhosef sudah meninggal ya?

    ReplyDelete
  8. Anonymous3:02 am

    sayang sekali memang orang Indonesia belum bisa membedakan mana Yahudi mana Zionis.

    ReplyDelete