11 July 2007

Oerip Soedarman dan Kebenaran di Tumpukan Buku Tua

Tangan lelaki renta itu sedikit bergetar ketika membolak-balik halaman buku setebal 7 cm itu. Mata dibalik kaca mata tebalnya memicing, saat dia membaca halaman perhalaman buku tersampul merah tua berjudul Staatblad Van Nederlandsch-Indie atau Lembaran Negara dari Hindia Belanda itu. Raut yang sudah terbalut guratan mendadak cerah. "Ini adalah bukti bahwa informasi tentang Provinsi Jawa Timur semua terungkap di buku ini," katanya.

Laki-laki itu itu adalah Ir. H. Oerip Soedarman. Pensiunan pegawai di pemerintahan provinsi Jawa Timur ini adalah salah satu ahli sejarah Jawa Timur yang tersisa. Selasa (10/7) ini, Sudarman menggelar jumpa pers di salah satu kantor pengacara kenalannya untuk meluruskan sejarah provinsi Jawa Timur. Bagi laki-laki yang juga keponakan pencipta lagu kebangsaan RI Indonesia Raya W.R. Soepratman itu, sudah bukan masanya lagi masyarakat dibingungkan hari lahir provinsi Jawa Timur. "Hari lahir Jawa Timur itu 1 Januari 1929," kata Soedarman.

Belakangan, hal pencarian hari lahir provinsi Jawa Timur sedang menjadi bahan pembicaraan di provinsi ini. Tidak tanggung-tanggung, Komisi A DPRD Jatim bahkan memutuskan untuk berangkat ke Belanda hanya untuk mencari kepastian tentang kelahiran provinsi Jawa Timur yang selama ini diyakini dalam tiga pilihan tanggal. Masa Kerajaan Singosari pada 28 Desember 1255, masa Kerajaan Mataram pada 14 Agustus 1636, masa Hindia Belanda pada 1 Januari 1929 dan masa setelah Kemerdekaan RI pada 19 Agustus 1945.

Soedarman tidak habis pikir atas rencana keberangkatan anggota DPRD Jawa Timur ke Belanda itu. Karena semua pertanyaan yang dicari anggota dewan sudah gamblang termuat dalam lembar negara pemerintah Kerajaan Belanda yang dikeluarkan ketika Belanda masih berkuasa. “Dalam Pasal I Staatblad Van Nederlandsch-Indie no.298 tahun 1928 jelas termuat het gewest oost-Java is een provincie atau daerah Jawa Timur adalah sebuah provinsi,” katanya. Malahan, dalam lembar negara yang dibuat di Cipanas Jawa Barat itu ditetapkan, pada pasal terakhirnya bahwa deze ordonnantie treedt in werking met ingang van 1 Januari 1929. Yang artinya, ordonansi ini mulai berlaku pada 1 Januari 1929.

Kepastian kelahiran provinsi Jawa Timur yang berhasil ditemukan oleh Soedarman adalah satu dari sekian fakta sejarah yang ditemukan. Hari kelahiran Pemerintahan Kota Surabaya dan RSU Dr.Soetomo adalah dua fakta sejarah lain yang berhasil dibuktikannya. Selain itu, laki-laki asli Surabaya ini juga berhasil menelusuri sejarah kelahiran lagu Indonesia Raya yang diciptakan WR. Soepratman. Fakta kelahiran lagu kebangsaan Indonesia itu akan dituangkan dalam bentuk buku yang akan dilaunching pada 17 Agustus 2007 mendatang.

Kedekatan Soedarman dengan buku tua berawal dari tugas kecil yang diberikan oleh Mantan Gubernur Jawa Timur Sunandar Priyosudarmo, ketika Soedarman masih bekerja sebagai pegawai negeri pada tahun 80-an. Ketika itu, Sunandar memintanya untuk mencari Hari kelahiran Pemerintahan Kota Surabaya di tumpukan buku tua di gudang buku yang terletak di bawah lonceng gedung Pemerintah Provinsi Jawa Timur. “Ketika saya masuk pertama kali, saya melihat bahwa di buku-buku tua itu tercatat banyak informasi yang terselip, termasuk hari kelahiran Pemerintahan Kota Surabaya yang ternyata lahir pada 1 April 1906,” kenangnya.

Sejak saat itu, kehidupan Soedarman seakan tidak bisa lepas dari buku-buku tua. Mulailah ia mencari buku-buku tua peninggalan ayahnya, Oerip Hasan Sengari. Dari penelusurannya itu dirinya mendapatkan fakta-fakta sejarah baru yang terabaikan atau bahkan belum terungkap. “Salah satunya asal mula lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R Soepratman,” katanya.

Uniknya, dalam penelusuran tentang lagu Indonesia Raya itu, pensiunan Pegawai Negeri tahun 1994 ini mengetahui bahwa awal terciptanya lagu itu dari sebuah rasa “marah” W.R. Soepratman atas tantangan seorang penulis di majalah Timbul terbitan Solo Jawa Tengah. Selama dua tahun, mulai 1926 hingga 1928, W.R. Soepratman mencipta lagu itu. “Hingga kemudian dinyanyikan pertama kali pada 28 Oktober 1928, meskipun setelah itu dilarang untuk dinyanyikan, lengkapnya baca saja pada buku saya,” katanya setengah berpromosi.

Soedarman menilai, keengganan orang untuk mempelajari sejarah melalui buku-buku tua, disebabkan oleh dua hal. Pertama adalah tidak ada minat baca, dan yang kedua biasanya terletak pada keterbatasan berbahasa asing. Sebagian besar, buku-buku tua yang dibaca Soedarman adalah buku-buku berbahasa Belanda. “Nah, kebetulan waktu saya kecil masih ada pelajaran bahasa Belanda, karena itulah saya bisa berbahasa Belanda,” katanya.

Dalam kasus kelahiran provinsi Jawa Timur misalnya, anggota DPRD Jatim lebih memilih untuk datang ke Belanda dan bertanya tentang ada atau tidaknya lembaran-lembaran sejarah tentang hal itu. Padahal, bila mau, anggota DPRD Jawa Timur itu bisa mencari semua hal tentang Jawa Timur melalui perpustakaan yang ada di Jawa Timur dan Jakarta. Buku tentang Jawa Timur yang ditemukan oleh Soedarman misalnya, tergolong lengkap.

Tidak hanya keputusan Ratu Belanda tentang Jawa Timur, namun di buku itu juga ada pembagian wilayah di Jawa Timur oleh Belanda yang dijelaskan dalam bentuk peta kuno. Plus, nama-nama penguasa Jawa Timur. “Orang tidak tahu sejarah Gubernur Jawa Timur pertama kali, W.Ch, Hardeman. Dia adalah mantan Repala Residen Surabaya,” kata Soedarman.

Karena ketekunannya itu juga, Soedarman sempat diminta bergabung dengan Tim Sejarah Provinsi Jawa Timur. Tim ini yang mencari sejarah lengkap Jawa Timur. Salah satunya sejarah tentang RSUD Dr.Soetomo. “Semua tentang hal itu ada, bahwa, ketika saya mencari kelahiran RSUD Dr.Soetomo, saya malah menemukannya di Perpustakaan Nasional Jakarta,” katanya.

No comments:

Post a Comment