15 September 2006

Tim Anti Teror TNI AL Akan Ditambah



Aksi Tim Anti Teror TNI AL ketika melumpuhkan teroris.
Peningkatan kualitas dan kuantitas aksi terorisme di seluruh dunia, termasuk Indonesia, membuat TNI Angkatan Laut (AL) mempersiapkan diri.
Dalam beberapa bulan ini, Tim Detasemen anti teror Explosive Ordonance Deposal (EOD) TNI AL akan menambah jumlah personelnya. Dari 15 personel menjadi 30 personel yang dibagi menjadi empat tim. Hal itu dikatakan Panglima Armada Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Moekhlas Sidik di sela-sela latihan pelumpuhan teroris di Bandara Juanda, Surabaya, Kamis (14/09) ini. "Melihat perkembangannya, jumlah personel EOD akan ditambah dua tim lagi menjadi masing-masing 15 orang per tim," kata Laksda TNI Moekhlas Sidik. Dalam rangka penambahan personel EOD itu, sebelumnya perlu dilakukan proses pendidikan ke luar negeri. Dua negara yang akan dijadikan tujuan pendidikan itu adalah Singapura dan Australia. Melalui dua negara itu diharapkan detasemen EOD bisa mengikuti perkembangan penanganan teroris sebagai bagian dari kejahatan trans nasional Rencana penambahan personal EOD itu juga terkait dengan rencana pemekaran Bandara Udara Juanda. Karena lokasinya menjadi satu dengan pangkalan udara TNI AL, maka secara otomatis menjadi tanggungjawab TNI AL. "Institusi pengamanan utama adalah TNI AL, tapi ada institusi lain seperti PMK dan petugas kesehatan yang juga kita ajak kerjasama," kata Moekhlas Sidik. Pengarmatim yang baru menduduki jabatannya selama dua minggu ini mengungkapkan, perkembangan itu sangat penting mengingat blue print rencana pengembangan TNI hingga 2024 akan merubah TNI AL menjadi Green Water Navy. Dan Armatim Surabaya direncanakan menjadi pusat Armada RI. "Kalau kita kaitkan, ini adalah bagian dari rencana itu dengan meningkatkan Sistem Senjata Api (SSAP) berupa peningkatan empat komponen, kapal, pesawat terbang dan pangkalan. Dari situ terlihat, keamanan pesawat udara adalah tanggung jawab TNI AL," katanya. Sementara itu, latihan pelumpuhan teroris yang dilakukan di Bandara Juanda Kamis ini berlangsung lancar, meskipun ada beberapa peristiwa di luar skenario. Pesawat Merpati Nusantara Airlines dengan nomor penerbangan MZ-831 jurusan Kuala Lumpur Malaysia menuju Bandara Selaparang Mataram diceritakan berhasil "dibajak" oleh empat Teroris. Dalam "pembajakan" itu, teroris empat mengaktifkan satu bom di dalam pesawat. Para teroris menuntut pembebasan teroris lain yang selama ini dipenjara di Indonesia. Bila permintaan itu ditolak, teroris mengancam akan membunuh seluruh penumpang. "Tuntutan itu dibuktikan dengan ditembaknya satu crew Merpati yang mencoba melarikan diri," kata M. Faisal, Komandan Satuan Pasukan Katak. Tim EOD kontra teroris segera turun tangan melaksanakan operasi pembebasan sandera. Satu tim anti teror EOD segera di merapat ke pesawat melalui bagian belakang pesawat. Tiga pesonel menaiki atap pesawat, sementara keempat lainnya menyiapkan penyergapan di bagian bawah pesawat. Saat proses ini, seorang anggota tim anti teror terpeleset dari atap pesawat dan jatuh ke landasan. Tim lain yang menyaru sebagai petugas catering bandara berhasil menerobos masuk ke dalam pesawat. "Penyergapan pun dilakukan, keempat teroris berhasil dilumpuhkan dan seluruh penumpang beserta crew pesawat diselamatkan," kata M. Faisal. Pekerjaan belum selesai, sebuah bom cair disetting untuk meledak 20 menit. Operasi pelumpuhan bom segera digelar. Dengan menggunakan bomb blanket, bom dibawa ke save area dan diledakkan. Sayangnya simulasi ledakan sebagai puncak latihan ini pun gagal dilakukan.***

No comments:

Post a Comment