12 June 2006

Warga Marah, Tol Surabaya Kembali Ditutup Paksa

Lumpur panas yang keluar dari sekitar lokasi pengeboran PT. Lapindo Brantas membuat Warga Desa Siring, Kecamatan Gempol, Sidoarjo marah. Minggu (11/06) ini, ratusan warga Desa Siring menutup paksa jalan tol Surabaya-Gempol, dan mengalihkan aliran lumpur melalui jalan bebas hambatan itu. Kemarahan itu berujung lemparan batu ketika sebuah truk nekad melintas di jalan tol KM 38 itu.

Kemarahan warga berawal ketika pada Minggu pagi ini mereka mengatahui aliran lumpur panas yang sempat dialirkan melalui jalan tol dihentikan, dan dialirkan kembali ke saluran pembuangan dekat dengan perumahan warga. Akibatnya, volume lumpur panas yang tersembur sejak tiga minggu lalu dan menggenangi 25 hektar tanah, termasuk sawah, pabrik dan perumahan warga itu kembali meningkat.

"Kalau dibiarkan, maka tanggul yang sudah kami buat lama-lama akan jembol, akan semakin banyak warga yang menderita," kata Kusnadi, salah satu warga Siring. Karena itu juga, Minggu siang ratusan warga berkumpul di pinggir jalan tol untuk memaksa petugas membuka kembali aliran lumpur panas itu melalui jalan tol.

Tindakan warga itu sempat direspon tidak simpatik oleh polisi yang bertugas di lokasi. Warga diminta untuk kembali ke perkampungan dan mempercayakan penanganan lumpur panas kepada petugas. Warga melawan. Sempat terjadi aksi saling dorong antara warga dengan polisi. Bupati Sidoarjo, Win Hendrarso yang hadir di lokasi pun tidak luput dari sasaran umpatan warga. Melihat kondisi yang tidak memungkinkan, Bupati Win akhirnya menuruti permintaan warga.

Menyemburnya lumpur panas di desa Siring itu terjadi Senin (29/05) lalu. Warga Siring mengungkapkan, semburan itu awalnya kecil dan terkesan tidak membahayakan. Namun lama kelamaan volume lumpur panas yang keluar dari sekitar lokasi pengeboran gas alam itu semakin banyak. Setiap hari rata-rata 5000m3 lumpur tersembur, hingga menggenangi 25 hektar tanah. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan PT. Lapindo terkesan lamban menangani.

"Terus terang, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo tidak mampu mengatasi hal ini, dari mana kita memperoleh alat-alat berat untuk itu? Pemerintah pusat harus turun tangan," kata Bupati Sidoarjo, Win Hendrarso.

Sementara itu, Minggu siang, beberapa anggota DPR-RI Komisi 7 didampingi pengurus BP Migas dan Direksi PT lapindo Brantas mendatangi lokasi bencana lumpur panas. Sayangnya, kunjungan itu tidak mendatangkan solusi karena DPR RI dan rombongan terkesan tidak siap dengan situasi yang ditemui. "Kami masih akan melihat dan koordinasi serta konsolidasi apa yang bisa kita lakukan," kata anggota DPR RI Dito Ganindito. "Kalau memang perlu peralatan berat, akan kita datangkan," katanya.

Senada, Divisi Operasional BP Migas Dody Hidayat dan GM Lapindo Brantas Imam Agustin pun tidak memberikan solusi yang pasti. "Kita sedang mencari apa kepastian menyebab, dan bagaimana menyelesaikannya," kata Dody Hidayat. Dalam waktu dekat beberapa ahli dari AS dan Singapura akan didatangkan ke lokasi untuk membantu penyelesaian.

No comments:

Post a Comment