Iddaily Mobile | Dari Anda Untuk Publik
Youtube Pilihan Iddaily: Pramoedya Ananta Toer
       

13 Februari 2010

Video Gol-gol Indah



Piala Dunia 2010 yang akan berlangsung Juni 2010 mendatang di Afrika Selatan haruslah menciptakan gol-gol indah dan spektakulet seperti yang tampak dalam video ini.

Akreditasi Dubes Jerman Dr. Norbert Baas di ASEAN

Press Release

Pada hari Junat, 12 Februari 2010 Duta Besar Republik Federal Jerman Dr. Norbert Baas menyerahkan surat akreditasinya sebagai Duta Besar Republik Federal Jerman untuk ASEAN kepada Sekertaris Jenderal ASEAN, Dr. Surin Pitsuwan.

Sehubungan dengan penyerahan akreditasi tersebut Duta Besar Dr. Norbert Baas menekankan bahwa langkah tersebut sebagai tanda bahwa hubungan Jerman dan ASEAN sudah berlangsung lama dan erat, serta komitmen Jerman untuk memperkuat hubungan antara Uni Eropa dan ASEAN. Duta Besar menekankan bahwa kerja sama antara kedua wilayah – Eropa dan Asia Tenggara semakin mempunyai peranan yang strategis.

Hal itu sudah berlangsung sejak Jerman menjadi Presiden Dewan Uni Eropa, kedua wilayah pada tahun 2007 sepakat untuk memperdalam hubungan kedua wilayah. “Kesepakatan Nürnberg” merupakan landasan kesepakatan menteri luar negeri negara anggota UE dan ASEAN untuk memperdalam hubungan kemitraan.

Piagam ASEAN, yang tanggal 15 Desember 2008 mulai berlaku, memberi dorongan baru bagi kerjasama ASEAN khususnya dalam bidang politik dan keamanan maupun bidang kebudayaan dan kemasyarakatan. Piagam tersebut membentuk dasar bagi pengembangan negara-negara aggota ASEAN dan memberi badan hukum bagi ASEAN.

Jerman juga mendukung penguatan peranan institusi-institusi ASEAN. Untuk itu pemerintah Republik Federal Jerman membantu pengoptimalan Sekertariat ASEAN dalam hal “capacity building” sejak tahun 2008 dengan dana sekitar lima juta Euro untuk tahun 2008 – 2010.

12 Februari 2010

Cari Makanan di Las Vegas

Maya Mandley

Lebih dari seminggu berada di Las Vegas, rasa bosan mulai merasukiku. Bosan dengan permainan mesin (slot machine) yang lebih banyak menelan uangku, bosan dengan suasana di luar hotel dan paling penting, bosan dengan makanan restoran yang ada di hotel.

Karena tak mau lagi berada di sekitar mesin (karena bawaannya pengen maen mulu), di hari ke-8 di Las Vegas, aku memilih mengurung diri di kamar dengan 'laptop kesayanganku'. Dan menjelang lunch time, aku iseng ingin coba makanan diluar hotel. Tadinya mau ke restoran Thai yang tak jauh dari hotel. Namun seoarng temen yang saat itu juga online lewat komputer, menyarankan aku untuk mencari restoran Indonesia yang pernah dia temui di Yellow Pages.

Sebelum berangkat, aku lakukan riset sebentar lewat website yang ada. Mulai dari how to get there dari hotel, palng penting menunya. Membaca menunya memang bikin ngiler. Ada rendang, batagor, lumpia sampai rawon (makanan Jawa Timur yang kuahnya hitam itu bikin aku tambah ngiler).

Untuk memastikan resto itu, aku telpon dulu. Di usaha pertama tak ada yang angkat. Aku pikir ahh mungkin sibuk karena memang lunch time. Tapi di usaha ketiga dan selanjutnya, tetap tak ada yang angkat. Aku mulai curiga, jangan-jangan restoran ini dah tutup alias out of business. Karena masih tetap penasaran, aku memutuskan untuk tetap berangkat dengan terlebih dahulu tanya ke concierge. Petugas concierge membantuku dengan menelpon dlu (meski dia juga tak dapat jawaban). Kemudian meng-google nya lewat komputer. Menurut dia yang muncul nama restoran itu saat dia cari Restoran Indonesia. Si petugas juga menyarankan restoran Malaysia yang ternyata berada di lokasi yang tak jauh beda.

Dengan berbekal 2 alamat itu, aku naik taksi menuju lokasi dengan terlebih dahulu minta diantar ke alamat Restoan Indonesia. Ternyata lokasi 2 restoran itu berada di daerah pecinaan atau Chinatown. Seperti halnya restoran-restoran Indonesia (dan Malaysia) yang aku jumpai di NYC dan Philadelphia. Ternyata alamat itu adalah komplek ruko 2 lantai dengan parkong lot yang tak seberapa besar.

Dugaanku ternyata benar, restoran itu sudah tidak exist lagi alias out of business alias tutup. Dengan menelan sedikit kecewa aku akhirnya minta diantar ke restoran Malaysia yang direkomendasi petugas concierge. Restoran Malaysia itu berada di komplek yang tak jauh beda. Meski jam makan siang, restoran itu terkesan sepi. Hanya 2 meja yang terisi saat itu. Melihat suasana restoran Malaysia itu, aku jadi berfikir, jangan-jangan restoran Indonesia yang namanya 'Taste of Indonesia' itu tutup karena sepi. Ahh sayang sekali ! Padahal aku sudah ngiler banget ngeliat menunya. Mau apalagi ? Whatever happens in Vegas, Stays in Vegas !

*Kabar dari seberang lain klik di sini.

Menggugat Hari Pers Nasional

Margiyono

Hari ini, presiden dan para tokoh pers memperingati Hari Pers Nasional di Palembang. Memang, sejak tahun 1985, setiap tangggal 9 Februari HPN selalu diperingati para petinggi pers dan pejabat negara. Tapi satu hal yang dilupakan, apa dasar penetapan tanggal 9 Februari sebagai HPN?

Penetapan tanggal 9 Februari sebagai HPN dibuat melalui Keputusan Presiden Soeharto No. 5 tahun 1985. Tanggal 9 Februari, sesungguhnya merupakan hari lahir Persatuan Wartawan Indonesia, yang berdiri pada 1946 di Solo, Jawa Tengah. Entah apa yang ada di benak Soeharto untuk menetapkan hari lahir PWI sebagai Hari Pers Nasional.

Jika patokan HPN adalah hari lahir PWI, maka berarti umur pers Indonesia masih sangat muda. Sementara, dalam literatur-literatur sejarah perjuangan bangsa ini, kita disuguhi fakta bahwa para insan pers merupakan bagian perintis kemerdekaan negeri ini. Jika pers Indonesia memang bagian dari perintis kemerdekaan, akal sehat kita tentu akan menyimpulkan bahwa pers Indonesia telah ada sebelum kemerdekaan RI tahun 1945. Hal ini tentu mengusik pikiran banyak orang.

Salah satu intelektual yang terusik oleh penetapan tanggal 9 Februari sebagai HPN adalah budayawan Tafik Rahzen. Bahkan, Taufik melakukan penelusuran sejarah secara serius. Hasil penelitiannya itu diterbitkan dalam buku “100 Tahun Pers Nasional” yang diterbitkan saat peringatan Satu Abad Kebangkitan Nasional tahun 2008. Dari penelusuran Taufik, ditemukan tonggak pers nasional adalah terbitnya Medan Prijaji pada 1 Januari 1907, dibawah nahkoda Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Dengan demikian, menurut Taufik seharusnya HPN diperingati pada 1 Januari, tonggak kelahiran pers nasional.

Harian yang terbit di Bandung tersebut memang bukan pers yang pertama kali terbit di bumi nusantara. Sebelumnya banyak koran yang sudah terbit di Hindia Belanda. Tapi, menurut Taufik, Medan Prijaji adalah koran nasional pertama. Alasannya, semua awak koran tersebut adalah pribumi dan koran tersebut yang pertama menggunakan bahasa Melayu.

Memang, pendapat Taufik tersebut juga banyak kelemahannya. Suryadi, peneliti sejarah di Universitas Leiden, Belanda, adalah salah satu yang mengkritik Taufik. Ia mengatakan bahwa Medan Prijaji bukanlah koran nasional pertama. Menurutnya, jauh sebelum ada RM Tirto Adhi Soerjo dan Medan Prijaji, pada 1894-1910 di Sumatera telah terbit selusin koran berbahasa Melayu yang digawangi Dja Endar Moeda. Bahkan sebelumnya di Padang, tahun 1890-1921, “Bapak Pers Melayu” Mahyudin Datuk Sutan Maharadja telah menerbitkan 6 surat kabar berbahasa Melayu. Juga, ada Dr. Abdul Rivai yang menerbitkan Bintang Hindia yang kritis pada 1903-1907.

Memang, sampai saat ini belum ada kesimpulan para sejarawan kapan pers nasional pertama lahir, sehingga kita bisa menentukan tanggal Hari Pers Nasional yang layak diperingati. Tapi, adalah hal yang konyol jika kita memperingati HPN mengacu pada kelahiran PWI. Ini berarti kita merendahkan peran pers dalam perjuangan merintis kemerdekaan. Seolah-olah pers nasional baru lahir setahun setelah Indonesia
merdeka.

***

Apa Kata Boediono Soal Century?









11 Februari 2010

Festival Komik cergamboree 2010

Press Release

Komik bagi Prancis merupakan bagaian dari seni yang patut diperhitungkan. Selain berbagai festival yang diadakan di sejumlah kota di sana, terdapat Festival Angoulême, sebuah festival komik berskala internasional yang digelar tiap tahun. Untuk menularkan semangat festival tersebut kepada publik, para aktor dan pegiat komik di Indonesia, Surabaya khususnya, CCCL memasukkan “Cergamboree” sebagai agenda tahunan.

Dengan menggandeng peserta studio dan seniman komik dari Surabaya dan berbagai kota di Indonesia, dengan tamu seniman komik dari Prancis. Kesuksesan cergamboree di Surabaya pada tahun 2009, yang dikembangkan dari acara Comic Show Off! di tahun 2008, menunjukkan minat masyarakat Surabaya dan sekitarnya yang semakin meningkat terhadap komik buatan dalam negeri.

Pameran-Forum Komik “Cergamboree” ke-2 yang digelar pada 18 - 20 Februari 2010 di CCCL kembali bekerjasama dengan dengan perpustakaan C2O dan studio-studio independen dari Surabaya bersatu membentuk Comic Artists Society of Surabaya (CASS) untuk penyelenggaraannya.

Pada ajang ini, kami mengundang sejumlah seniman komik dan studio dari Surabaya dan berbagai kota, serta peserta tamu asal studio La boîte à Bulles Prancis, Clément Baloup, untuk berbagi pengalaman dan bertukar pendapat dengan seniman Indonesia dan publik Surabaya. Ia juga akan membuat catatan perjalanannya tentang Indonesia yang nantinya akan diterbitkan, seperti halnya Sylvain-Moizie, koleganya yang tahun lalu ikut pada ajang ini di Surabaya.


Salah satu tujuan “Cergamboree” adalah untuk memberi dukungan, agar komik buatan lokal/independan yang memiliki ciri khas masing-masing dan tak kalah dengan komik dari luar negeri, makin dikenal dan diterima oleh masyarakat negeri sendiri. Selain itu, kami ingin dapat membuka jaringan dan pertukaran wawasan antara Indonesia dengan Prancis melalui kehadiran tamu seniman asal Prancis tersebut.

Program “Cergamboree” antara lain: pameran, jumpa artis komik, workshop, peluncuran buku, talkshow, pemutaran film, permainan seputar komik. Semua kegiatan festival tidak dipungut biaya.


Program ‘Cergamboree’

Selasa, 16 Februari – Jurusan Diskomvis Universitas Ciputra
14.00-16.00 Roadshow/Workshop bersama Clément Baloup

Rabu, 17 Februari – CCCL
14.00 Jumpa pers “Cergamboree”

Kamis, 18 Februari - CCCL
14.00-16.00 Workshop Komik I bersama Clément Baloup
18.30 Pembukaan (pameran-forum) & diskusi/perkenalan peserta

Jumat, 19 Februari - CCCL
14.00-16.00 Workhop Komik II bersama Clément Baloup
18.00-20.00 Pemutaran film-film animasi (di antaranya: Grammar Suroboyo ep. 1, ep. 2, ep. 3 dan ep. 3.5
karya M. Sholikin (Gathotkaca Studio)

Sabtu, 20 Februari - CCCL
14.00 Reli Presentasi Komik bersama sejumlah studio/seniman peserta festival
17.00 Penutupan: Forum Komik “Keberagaman Komik di Indonesia dan di Prancis”

Selama festival berlangsung : Pameran karya, meet ‘n greet seniman komik, stand-stand peserta dll