26 April 2016

SIMPOSIUM 1965 BERLALU SUDAH. LALU APA?

Pelaksanaan simposium “Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan" atau dikenal dengan sebutan Simposium 1965, belalu sudah. Lalu apa langkah selanjutnya?

14 February 2016

LESBIAN, GAY, BISEKSUAL, TRANSGENDER (LBGT) DAN KITA

 
ILUSTRASI. URL: http://baltimoregaylife.com/wp-content/uploads/2014/11/hands-in-air.jpg

Kita mengenal mereka, karena mereka ada di sekitar kita. Iya, mereka memang berbeda. Tapi apakah perbedaan membuat kita harus memusuhi mereka dengan terus mengembangkan sikap bermusuhan, melakukan hinaan, mengucilkan, dan pada ujungnya menilai mereka bukan manusia?

06 February 2016

TALANGSARI, DARI SURAT MENJADI TRAGEDI

ILUSTRASI KORBAN TALANGSARI | url http://edyaeffendi.com/archives/34870/talangsari
Di Cihideung, tentara melakukan penyerbuan. Puluhan jamaah pengajian pimpinan kyai karismatik Warsidi, tewas. Ratusan lain hilang. Tragedi kemanusiaan itu berawal dari surat menyurat.

Awalnya, Cihideung atau Umbul Cihideung, Kecamatan Way Jepara, Talangsari, Lampung, merupakan hamparan tanah kosong yang tidak berpenghuni. Ketika pertama kali “ditemukan” pada 1970, daerah ini hanya berisi semak belukar, tempat persembunyian binatang liar.

Program transmigrasi yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru yang mengubah semuanya. Sejak tahun 1970 pula, Cihideung menjadi pemukiman.

Pendatang dari berbagai etnis serta daerah asal Jawa, seperti Solo, Boyolali, Sukoharjo, Jakarta serta  beberapa tempat di Jawa Barat, tiba dan tinggal di tempat itu. Sebagian lain tinggal di Desa Rajabasa Lama, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Tengah.

TALANGSARI, PEMBANTAIAN YANG DILEGALKAN

ILUSTRASI | Url: http://gkkd-enchristo.org/wp-content/uploads/2015/03/prajurit.jpg

Penyerangan yang dilakukan aparat keamanan pada jemaah pengajian Cihideung mendapat restu dari pejabat militer. Sebuah pembantaian yang dilegalkan.

Masyarakat seolah tidak percaya ketika berita penyerangan di kampung Cihideung beredar pertama kali.

Apalagi, pada awalnya disebutkan, penyerangan itu adalah kesuksesan aparat keamanan memberangus kelompok bersenjata yang akan mengganti Pancasila dan UUD 1945, dengan keyakinan mereka.

Kelompok Warsidi disebut-sebut melakukan penolakan terhadap kebijakan asas tunggal Pancasila.

TALANGSARI, MENDORONG PENGUNGKAPAN, MENUNGGU KEAJAIBAN

Korban peristiwa Talangsari Amir (ketiga kanan) berbicara kepada Koordinator sub. Komisi Pengkajian dan Penelitian HAM Komnas HAM Roichatul Aswidah (kiri) didampingi Wakil Koordinator Advokasi Kontras Yati Andriyani (kedua kanan) dan Korban Talangsari Edi Arsadad (kanan) dalam pengaduan Korban Talangsari Lampung di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Jumat (14/11). (ANTARA FOTO/ROSA PANGGABEAN) | URL Link Medanbussinesdaily.net

 Berkali-kali, upaya menuntut keadilan kasus Talangsari dilakukan, namun hingga kini, upaya itu belum membuahkan hasil.

Pembantaian Talangsari, Lampung oleh ABRI/TNI pada kelompok pengajian pimpinan Warsidi, perlahan-lahan mulai terungkap. Pembenaran yang dilakukan Orde Baru atas kejadian itu tidak menghalangi upaya penuntutan keadilan atas kasusnya. Kelompok masyarakat sipil seakan tak henti-henti menuntut adanya penuntasan kasus yang menyebabkan 200 lebih orang tewas dan hilang itu.